Menu

Mode Gelap
Arus Mudik Lebaran di Pelabuhan Dwikora Pontianak Mulai Padat

Daerah · 21 Sep 2020 19:17 WIB ·

Aksi Nelayan Pukat di Kantor Bupati Mempawah Diwarnai Ricuh


					Aksi nelayan pukat di kantor Bupati Mempawah sempat diwarnai ricuh. (foto:das) Perbesar

Aksi nelayan pukat di kantor Bupati Mempawah sempat diwarnai ricuh. (foto:das)

Mempawah, reportasenews.com –  Aksi saling dorong mewarnai aksi unjuk rasa sekitar 600 perwakilan nelayan pukat atau nelayan juluk di halaman Kantor Bupati Mempawah, Senin (21/9/2020) pukul 11.00 WIB.
Para perwakilan nelayan ini mencoba menerobos masuk ke dalam Gedung Kantor Bupati Mempawah karena waktu menunggu kehadiran Bupati Mempawah, Erlina Ria Norsan untuk hadir di tengah-tengah aksi mereka telah habis waktunya.

Ratusan massa sendiri sejak tiba di halaman Kantor Bupati Mempawah dengan pengawalan ketat aparat kepolisian Polres Mempawah, silih berganti berorasi dengan pengeras suara yang lantang. Terik panas matahari hingga guyuran hujan, dirasakan para pengunjuk rasa yang berada di lapangan terbuka. Namun aksinya tak kunjung ditemui Bupati Mempawah, Erlina Ria Norsan yang di waktu yang sama sedang memimpin rapat sosialisasi Koperasi Tenaga kerja Bongkar Muat (TKBM) Pelabuhan Internasional Kijing PT Pelindo II Pontianak.

Rapat TKBM ini sendiri dihadiri Sekretaris Induk Koperasi (INKO) Pelabuhan Seluruh Indonesia, Agus Budianto, dan rapat berlangsung di ruang pertemuan Kantor Bupati Mempawah.

Karena tak kunjung ditemui Bupati Mempawah, Erlina Ria Norsan, massa kemudian bergerak dan mulai memaksa merangsek masuk ke dalam Gedung Kantor Bupati Mempawah. Mereka akhirnya terlibat aksi saling dorong dengan polisi yang sejak awal mengawal dan menjaga aksi ini agar tetap damai, tak berbuntut anarkis atau keributan.

Setelah massa gagal masuk ke dalam gedung karena dihalau aparat kepolisian, Bupati Erlina Ria Norsan pun bersedia menemui massa.
Bupati Erlina langsung naik ke atas mimbar berupa bak pick up dan menyapa para demonstran dengan ramah. Bahkan Bupati Erlina beberapa kali menebar senyuman ke para pengujuk rasa.


Bupati Mempawah, Erlina Ria Norsan saat menemui para demonstran. (foto:das)

Meski sempat terjadi perdebatan, karena massa meminta Bupati Erlina segera mempertemukan mereka (nelayan) dengan pihak Pelindo II, akhirnya massa luluh setelah Bupati Erlina berjanji dengan pengeras suara akan segera meminta stafnya untuk mengundang pihak-pihak terkait termasuk pihak IPC/ PT Pelindo II untuk membahas masalah ganti rugi terutama nelayan pukat atau nelayan juluk yang sejak dua tahun ini terdampak pembangunan proyek strategis nasional, Pelabuhan Internasional Kijing.

“Dengar ya semua, soal kebijakan ganti rugi ini sebenarnya persoalan ini berada di tangan pemerintah provinsi, namun sebagai Bupati saya akan meneruskan aspirasi masyarakat Sungai Kunyit termasuk para nelayan yang saat ini belum menerima ganti rugi atau kompensasi yang terdampak dari pembangunan Pelabuhan Kijing. Segera kami surati pihak PT Pelindo untuk mempertemukan bapak-bapak dan menyerap aspirasi bapak-bapak, tetapi saya minta nanti pertemuannya diwakili saja karena saat ini di tengah pandemi Covid 19, karena itu saya minta 20 orang perwakilan nelayan bisa menghadap pertemuan ini nanti Insya Allah diadakan pada Rabu (23/9/2020)  pekan ini karena kebetulan ada pemaparan dari pihak PT Pelindo II,” jelas Bupati Erlina.

Mendengar aspirasinya mulai diterima, massa kemudian membubarkan diri, dan Bupati Erlina kembali ke kantornya dengan dikawal satpol PP Mempawah. Sementara ratusan massa nelayan ini kembali melanjutkan aksinya ke Gedung DPRD Mempawah.

Sementara Koordinator aksi Nelayan ini, Mohlis Saka, yang juga Sekretaris LPM Mempawah menegaskan aksi Aliansi Nelayan Sungai Kunyit bukanlah mencari keuntungan, akan tetapi agar nelayan-nelayan disini terjamin keberlangsungan hidupnya karena sejak ada pembangunan Pelabuhan Internasional Kijing, nelayan sangat terdampak akibat kurangnya hasil tangkapan nelayan.

Selain itu, nelayan yang berjumlah 1.023 ini yang tercatat di sepanjang pesisir Mempawah Hilir dan Sungai Kunyit sangat terdampak sehingga tidak mungkin bertahan karena itu perlunya pemerintah memikirkan nasib para nelayan kecil ini, agar diberikan kompensasi yang sesuai.

“Nelayan togok dan kelong memang sudah mendapatkan kompensasi dari pihak PT Pelindo II/IPC Pelabuhan Pontianak, tetapi nelayan kecil juluk dan nelayan pukat juga seharusnya mendapatkan kompensasi serupa, karena sehari-hari mereka juga mencari nafkah di laut di sepanjang pesisir Pantai Kijing. Adanya pembangunan pelabuhan Kijing, penghasilan nelayan jauh berkurang, karena itu pikirkan juga kami ini,” tegasnya. (das)

Komentar
Artikel ini telah dibaca 22 kali

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Pasca Libur Lebaran, Ratusan Pemudik Mulai Berdatangan Melalui Terminal Bus Alam Barajo Jambi

18 April 2024 - 17:27 WIB

Bandar Ekstasi Dibekuk Satuan Narkoba Polres Binjai 

18 April 2024 - 16:20 WIB

Pasca Lebaran, BBM di Kabupaten Kapuas Hulu Sempat Alami Kelangkaan

18 April 2024 - 16:14 WIB

Tiga Lokasi Tenpat Perdagangan Narkoba Dirobohkan Polres Binjai.

18 April 2024 - 10:22 WIB

Gunung Ruang di Sulawesi Utara Meletus, Sebanyak 828 Warga Dievakuasi

18 April 2024 - 05:18 WIB

Pohon Berukuran Besar Tumbang, Jalur Pantura Situbondo Sempat Macet

17 April 2024 - 20:05 WIB

Trending di Daerah