Langkat, Reportasenews – Tim Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah II Kabupaten Langkat bersama tim dokter hewan beserta warga berhasil mengeluarkan mata pancing yang tersangkut di tenggorokan buaya muara sepanjang dua setengah meter dan berbobot seratus kilogram itu, dengan menggunakan kail.
Proses mengeluarkan mata pancing yang berada di mulut buaya pun berlangsung lama, sebab mata pancing tersebut masuk terlalu dalam ditenggorokan, sehingga sulit dikeluarkan. Sebelum mata pancing di keluarkan, tim dokter hewan terlebih dahulu menyuntikkan obat penenang.
“Karena terlalu agresif maka terpaksa buaya ini kita berikan obat penenang dan ini hanya bertahan berkisar lima belas menit saja,” ucap Drh Fatimasari.
Ketika buaya sudah terlihat tenang, tim BKSDA beserta warga mengeluarkan buaya tersebut dari kandang ke tempat yang lapang dan tim pun mulai mengeluarkan mata pancing yang berada di tenggorokan buaya dengan menggunakan benang nilon, namun ternyata tidak mudah, karena mata pancing terlalu dalam tersangkut.
Lebih dari lima belas menit akhirnya mata pancing berhasil dikeluarkan oleh tim, walaupun sedikit melukai tenggorokan buaya. Agar tidak terjadi infeksi dan dapat bertahan hidup, tim dokter menyemprotkan antiseptik dan menyuntikkan vitamin pada buaya.
Kepala BKSDA Kabupaten Langkat Herbert Haritonang mengatakan, bahwa buaya tersebut dipancing dengan mata pancing khusus oleh warga yang tinggal di bantaran sungai Sangga Lima, Desa Sangga Lima Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat.
“Buaya diberi umpan bebek pada empat hari yang lalu, karena menurut keterangan warga kemunculannya sudah sangat meresahkan dan membahayakan warga sekitar. Makanya saya langsung menurunkan tim untuk membawa buaya tersebut kesini, guna mengeluarkan mata pancing dan mengobatinya.” Jelas Helbert.
Helbert juga menambahkan, bahwa untuk sementara buaya tersebut di inapkan beberapa hari ini di kandang BKSDA Wilayah II Langkat, guna pemulihan oleh dokter hewan.
“Informasi yang saya dapatkan dari masyarakat buaya disungai tersebut masih ada, kami akan tetap monitor. Kalau memang berpotensi menimbulkan konflik dengan manusia disana, pasti akan kita lakukan upaya tindak lanjut.” Pungkas Helbert. (Prb)