Reporter: Dewi Fatmawati
JAKARTA RN.COM -Pernah bergabung dengan keseruan ajang lari? Mungkin sebagian pecinta lari pernah mengikuti fun run yang belakangan marak di Indonesia.
Tapi bagaimana dengan lari ‘mundur’? Mundur? Ya.. mundur!
Hari Minggu, 18 September 2016 sebuah ajang lari mundur ‘Retro Run’ pertama di Indonesia dilaksanakan.
Sekitar 1500 peserta turut bergabung memeriahkan aksi lari mundur yang diadakan oleh PT Mundipharma Healthcare Indonesia bekerja sama dengan Perkumpulan Onkologi Indonesia dan Yayasan Kanker Indonesia. Aksi kegiatan lari mundur sejauh 3,5 Kilometer ini diadakan sebagai sebuah aksi sosial atau charity.
“Kami mengemas ajang ini dengan konsep ‘charity fun run’ dengan tujuan tidak hanya untuk memberikan kontribusi bagi sesama, dalam hal ini adalah para penderita kanker namun kami pun ingin mengajak para peserta dan para survivor kanker yang berada di bawah naungan YKI turut bergembira bersama melalui nuansa tematik dari tiga era yang kami suguhkan dalam event ini, yakni era 90’an, 80’an dan 70’an. Sehingga dengan begitu mereka tidak akan pernah merasa sendiri menghadapi penyakitnya, masih ada kami yang akan senantiasa peduli untuk membantu dalam penanggulangan kanker,” ujar Mada Shinta Dewi, Country Manager PT Mundipharma Healthcare Indonesia.
Prof. DR. dr. Aru Wicaksono Sudoyo selaku Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) juga Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) juga menyatakan, Kegiatan ini adalah salah satu bentuk metode pengobatan yang dikenal dengan istilah metode paliatif.
Berjalan beriringan dengan metode pengobatan, metode paliatif lebih menyasar pada aspek psikologi penderita kanker. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita kanker tanpa merasa tertekan atas penyakit yang diderita.
“Masih banyak masyarakat dan para penderita kanker di Indonesia yang belum mengetahui tentang metode paliatif ini, oleh karena itu YKI merasa turut bertanggung jawab untuk bekerjasama dengan pihak medis dalam mensosialisasikan metode ini,” terang Prof. DR. dr. Aru Wicaksono Sudoyo.
Berawal dari garis start di depan FX Jalan Jendral Sudirman, kemudian ke Jalan Gerbang Pemuda, masuk ke Jalan Stadion Senayan lalu keluar di Jalan Asia Afrika melewati Century Park Hotel dan touch down garis finish di Jalan Pintu Gelora I tepat di pintu samping FX. Setiap langkah peserta Retro Run dihitung sebagai aksi charity mereka.
Keunikan dari Retro Run sendiri ternyata sesuai dengan artinya Retro memiliki arti ‘berbalik’ dan juga ‘kembali lagi’ sehingga selain berlari berbalik atau mundur tepat sekali bila tiap peserta yang bergabung dapat bergaya vintage seakan kembali lagi ke tahun lawas tersebut.
Seperti sekumpulan alumni Griffith University, Brisbane, Australia yang turut memeriahkan aksi charity Retro ‘fun’ Run ini.
Marisa Permatasari, Fitria Faridy, Dinnie Arianti, Fellycia Chahyadi dan Sari Lenggogeni yang telah mendaftarkan diri sejak bulan Agustus lalu pun telah mempersiapkan diri dengan berlatih lari mundur sebelum ‘fun run’ ini diadakan.
“Ikut Retro Run karena temanya ‘Retro’ jadi pengen berkostum tematik dan costnya reasonable Rp. 100.000 sampai Rp. 150.000 untuk 3,5 K.. worthed-lah. Nah kalau untuk lari mundurnya sendiri itu sesuatu yang baru dan lucu, tentu effortnya juga lebih karena pernah denger lari mundur itu lebih bakar kalori dan lebih cepet bentuk otot, sepertinya bener juga sih karena saya sama temen-temen keringetannya lebih berasa daripada event lainnya sebelumnya,” kata Marisa sambil terengah.
Tak hanya itu, bukan hanya persiapan fisik tapi property dan kostumpun tak ketinggalan mereka persiapkan matang untuk menambah keseruan aksi fun run ini.
“Kita ngelist gitu property yang udah kita punya apa aja kaya head band, anting gede, kaos kaki warna kinclong terus juga sempet beli sarung tangan jala warna warni, stocking, rok dan celana pendek buat bergaya ala eighties.. terus kaos bagian kerah kita gunting gitu buat seru-seruan aja, apalagi inikan aksi sosial jadi kita super excited ikut Retro Run,” sharing Marisa dengan sumringah sambil menunjukan sarung tangan jala berwarna hijau stabilonya.
Di beberapa titik terdapat turning point atau check point dimana peserta dapat berputar balik sementara dan kemudian berlari mundur kembali. Setiap peserta Retro Run mendapatkan medali sebagai tanda penghargaan telah berpartisipasi dalam aksi sosial tersebut. 100 Persen dari dana yang terkumpul sebanyak Rp. 150 juta diserahkan langsung sebagai donasi oleh PT. Mundipharma Healthcare Indonesia kepada Ketua YKI, Aru Wicaksono Sudoyo seusai acara Retro Run 2016. Donasi ini diharapkan dapat digunakan untuk penanggulangan kanker di Indonesia.
Retro Run ternyata juga pernah dilakukan oleh negara-negara lain dengan bertajuk serupa yaitu charity run, seperti di Switzerland pada tahun 2006, Italy tahun 2008, Austria di tahun 2010, Spanyol 2012 dan masih banyak negara lainnya. Negara tetangga Australiapun akan menggelar aksi charity Retro Run pada November 2016 mendatang. (df)