Jayapura, reportasenews.com – Kelompok Kriminal Besenjata (KKB) Organisasi Papua Merdeka di areal Freeport, Kecamatan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, yang melakukan penyandraan terhadap 1300 warga hanya menjadikan anggota TNI dan Polri sebagai sasaran.
Hal itu diungkapkan Komandan Lapangan Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka, Kodap III, Mimika, atau yang disebut polisi sebagai Kelompok KKB, Gusby Waker alias Gusti, ketika di hubungi melalui telepon celulernya, Senin (13/11).
“Kita hanya melakukan penyerangan dengan TNI dan Polri saja. Masyarakat tidak. TNI dan Polri itu suka tipu-tipu,” Ungkapnya.
Hanya saja Gusby mengaku ada ratusan masyarakat pendatang salah satunya suku dari Jawa dan masyarakat lokal Papua yang ditahan atau dilarang keluar dari kampung.“Kami melarang masyarakat untuk keluar dari kampung, sudah satu bulan. Semuanya saat ini masih sehat,” Pungkasnya.
Waker mengaku adanya penganiayaan terhadap masyarakat yang sempat viral di media social. “Itu masyarakat kami aniaya, karena mereka kerja sama dengan TNI dan Polri, sehingga kita berikan hukuman,” paparnya.
Gusti menambahkan, pihaknya tak akan melepaskan tiga kampung dikuasai selama tiga pekan ini. “Ada sekitar 3.000 anggota kami yang berada di Tembagapura. Kami akan menembaki aparat TNI dan Polri yang berani memasuki tiga kampung ini,” tegasnya.
Kapolda Papua Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengungkapkan, saat ini Kelompok KKB di bawah pimpinan Sabinus Waker kembali merusak fasilitas publik di Distrik Tembagapura, dengan menggunakan alat berat untuk menutup jalan umum dari Kampung Utikini ke Kampung Banti dengan tumpukkan batu.
“Anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) mencuri alat berat berupa eksavator milik PT Freeport untuk merusak satu-satunya akses jalan darat dari Utikini ke Kimbely,” Ungkapnya.
Untuk mengoperasikan alat berat itu, kelompok ini menculik tenaga salah satu pegawai subkontraktor Freeport. “Saat ini kami masih menelusuri identitas pegawai tersebut,” kata Boy.
Aksi penutupan jalan oleh KKB, lanjut Boy, berdampak untuk upaya evakuasi warga di Utikini, Kimbely dan Banti. ”Saat ini kami mengupayakan langkah negosiasi dengan tujuan upaya evakuasi berjalan aman, namun upaya evakuasi warga sepertinya semakin sulit,” paparnya. (riy)