Liputan Khusus Reklamasi
Jakarta, reportasenews.com – Reklamasi pantai membangun pulau-pulau buatan di Teluk Jakarta, membuat mata pencarian nelayan menurun drastis.
Seorang nelayan yang tinggal Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, mengaku hampir kehilangan mata pencahariannya karena jumlah ikan yang ditangkap dari Teluk Jakarta mulai habis.
“Sebelumnya kami bisa menghasilkan 40 kilogram ikan setelah pulang melaut. Namun setelah ada reklamasi dapat 20 kilogram saja susah,” kata Basman (52), Ketua Nelayan Dermaga Kaliadem, Penjaringan, Jakarta Utara kepada reportasenews.com.
Pria paruh baya yang sudah mencari penghidupan di laut sejak umur 13 tahun itu, menceritakan bahwa akibat reklamasi, jarak tempuh nelayan mencari ikan menjadi dua kali lipat.
“Sejak ada reklamasi itu, kami harus memutar jauh ke lokasi menjaring ikan. Biasanya hanya menghabiskan dua liter solar, kini harus mengeluarkan lima liter solar, sementara hasilnya tak seberapa,” imbuh Basman.
Tekanan hidup yang semakin keras ini, membuat upaya Basman dan kawan-kawannya tidak lagi menggantungkan hidup dengan mencari ikan. Banyak kapal-kapal nelayan tidak melaut. Mereka memilih menggulung jaring, karena minimnya jumlah ikan yang bisa didapat.
“Sekarang banyak nelayan nyambi kerja yang lain. Ada yang jadi pemulung, ngojek atau nganter orang yang mau mancing,”jelasnya.
Para nelayan berharap, pemerintah mau mendengarkan keluhan sulitnya kehidupan nelayan di Teluk Jakarta. Basman juga menyayangkan, banyak orang yang mengaku-ngaku sebagai warga Muara Angke agar menerima “uang diam†dari pengembang proyek reklamasi Pulau G.
“Jeleknya gitu, sudah banyak yang disuap mulai dari preman sampai Ketua RW setempat,” keluhnya.
Para preman yang menerima uang itu, yang bertindak menjadi centeng developer bila ada nelayan-nelayan yang mencoba protes dampak lingkungan reklamasi.
Irul (43) yang juga rekan Basman, meneguhkan jika reklamasi juga mengakibatkan pendangkalan di jalur laut ke lokasi menjaring ikan.
“Boro-boro dapat ikan banyak, ikannya juga enggak ada. Kedalaman laut mulai dangkal, terus juga sering banjir masuk ke kampung nelayan karena tumpukan pasir proyek reklamasi,” tambah Irul.
Berdasakan pengamatan tim reportasenews.com, tinggi air laut disekitar area pulau reklamasi telah berubah. Saat surut, dasar laut hanya tinggal 1 meter saja dari permukaan air.
“Padahal, sebelumnya kedalaman laut di sana mencapai tiga meter, sehingga nelayan masih bisa mendapatkan ikan dengan mudah,†aku Irul. (yoe/tm)