Filipina, reportasenews.com – Al Habsy Misaya dipastikan telah tewas dihajar pasukan pemerintah Filipina saat dicegat dalam baku tembak sengit di wilayah Indanan, Jolo (Ibukota Provinsi Sulu), 950 kilometer dari Manila.
Menteri Pertahanan Malaysia, Datuk Seri Hishammuddin Tun Hussein membenarkan kematiannya, mengatakan bahwa ini adalah hasil dari ikatan trilateral yang erat antara Malaysia, Indonesia dan Filipina.
Pertempuran senjata terjadi sekitar pukul 9.35 malam pada hari Jumat ketika pasukan keamanan Filipina melacak orang-orang bersenjata Abu Sayyaf di pulau itu. Sumber mengatakan mereka melarikan diri dari operasi kelautan di daerah Silang di Parang di pulau tersebut.
Kematian Al Habsi dilihat oleh intelijen Philipina dan Malaysia sebagai pukulan besar bagi kelompok ekstremis yang bertanggung jawab atas lusinan penculikan di kedua sisi Filipina selatan dan perbatasan laut timur Sabah.
Al Habsy Misaya digambarkan aparat sebagai pecandu narkoba dan salah satu dari empat komandan tempur tertinggi teroris Abu Sayyaf yang dikenal kejam melakukan penculikan sistematik dan serentetan pembunuhan di Sabah dan perbatasan laut Filipina bagian selatan.
Al Habsy Misaya juga dikenal sebagai aktor utama penculikan awak kapal tugboat “Brahma” sebanyak 10 WNI beserta 5 warga negara Malaysia. Dengan negosiasi dan kekuatan lobi Indonesia bisa membebaskan 10 WNI itu 1 Mei 2016 lalu.
Pada Mei 2015, Misaya menculik penduduk Sabah, Bernard Then (39) dan Thien Nyuk Fun (50). Nasib malang buat Bernard Then dia dipenggal kepalanya. Sedangkan Thien bebas dengan membayar tebusan untuk kepalanya.
Sebagian besar pemimpin kunci Abu Sayyaf telah terbunuh atau ditangkap dalam beberapa bulan terakhir selama operasi militer intensif terhadap kelompok tersebut.
“Kami percaya hanya ada 25% anggota kelompok yang tersisa. Mereka harus dihapuskan dalam tindak lanjut operasi pembersihan di Filipina selatan,” kata seorang sumber intelijen kepada The Star.
Dia mengatakan bahwa pemimpin utama kurang lebih dinetralkan dengan hanya beberapa “tentakel” mereka yang tersisa.
Sumber tersebut mengatakan beberapa pemimpin Abu Sayyaf lainnya, termasuk saudara Sawadjaan, sub komandan Sarip Muna dan sub komandan Halipa (seorang mantan penyelundup berbasis Sandakan menjadi penculik), masih banyak.
“Mereka tidak bisa berbuat lebih, tapi mereka menjadi putus asa. Itu sebabnya mereka masih berbahaya, “kata sumber tersebut.
Sumber tersebut mengatakan bahwa sekarang cuma masalah waktu sebelum para pemimpin ini ditangkap atau dibunuh dalam serangan habis-habisan terhadap Abu Sayyaf yang diperintahkan oleh Presiden Filipina Rodrigo Duterte. (Hsg)