Menu

Mode Gelap

Daerah · 12 Des 2017 06:00 WIB ·

Alat Panen Air Hujan Dibangun di Pengungsian Gunung Agung


					Memasuki musim penghujan dan mengatasi krisis air bersih dipengungsian. BNPB berinisiatif merancang alat panen air hujan di Desa Tembok Kecamatan Tejakula. Alat ini selain mencegah banjir juga merupakan solusi air bersih bagi pengungsi/ BNPB Perbesar

Memasuki musim penghujan dan mengatasi krisis air bersih dipengungsian. BNPB berinisiatif merancang alat panen air hujan di Desa Tembok Kecamatan Tejakula. Alat ini selain mencegah banjir juga merupakan solusi air bersih bagi pengungsi/ BNPB

Bali, reportasenews.com – Berdasarkan Sumber dari BMKG Denpasar Peringatan Dini Cuaca Bali tgl. 11 Desember 2017 pkl.07:00 WITA masih terjadi Hujan Sedang-Lebat di Tuban, Kuta, Nusa Dua, dan dapat meluas ke wilayah Pecatu, Jimbaran, Ungasan, dan sekitarnya.

Memasuki musim penghujan dan mengatasi krisis air bersih dipengungsian. BNPB berinisiatif merancang alat panen air hujan di Desa Tembok Kecamatan Tejakula. Alat ini selain mencegah banjir juga merupakan solusi air bersih bagi pengungsi. Demikian menurut keterangan dari Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB.

Berdasarkan data BNPB pada tanggal 10 Desember 2017 tercatat jumlah pengungsi gunung Agung berjumlah 70.079 tercatat di 237 titik. Jumlah pengungsi yang besar merupakan indikasi kebutuhan air bersih dipengungsian masih tinggi.

Berbagai cara dalam memanen air hujan telah ditempuh di indonesia. Misalnya dengan mengumpulkan air dalam embung, telaga, bak penampungan air hujan, hingga membuat biopori dan sumur resapan. Namun, air yang terkumpul sering kali bercampur dengan debu atau dedaunan sehingga kesehatan air tersebut diragukan. Berbeda dengan alat pemanen hujan ini selain bebas daun, debu, dan sangat jernih. Alat ini memiliki cara penghalau daun dan debu. Air di dalam juga masih disaring lagi sehingga terjamin kebersihannya.

Alat Panen Hujan dengan teknologi pemanen air hujan awalanya diciptakan oleh Dr. Agus Maryono selaku Dosen Magister Sistem Teknik UGM. Alat ini kemudian dikembangkan tim UGM telah diterapkan di Imogiri, Kali Code Yogyakarta dan Deles-Klaten. Selain bermanfaat, alat ini juga relatif murah. Alat ini sangat berguna untuk menampung air hujan dimusim penghujan dan air tersebut sangat bermanfaat ketika krisis air bersih dimusim kemarau panjang.

Firza dari BNPB saat merakit Alat Pemanen Air Hujan di desa Tembok, Kecamatan Tejakula pada Minggu, (10/12) mengatakan, “ Alat Pemanen Air Hujan dapat mengurangi volume air hujan yang terbuang masuk ke saluran air atau sungai, sehingga jika alat ini bisa diaplikasikan secara masif di masyarakat, dapat mengurangi potensi genangan atau banjir yang mungkin dapat ditimbulkan.

Selain itu alat ini juga dapat di hubungkan dengan sumur resapan, untuk menyimpan air dan meningkatkan imbuhan air tanah, sehingga alat ini juga dapat bermanfaat ganda tidak hanya untuk mengatasi banjir namun juga dapat mengurangi dampak pada saat musim kekeringan. Pemanfaatan alat panen air hujan ini melalui penggunaan bak penampungan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di masyarakat.

Pengungsi yang berada dititik pengungsian dapat menampung dan memanfaatkan air hujan. Tidak perlu khawatir dengan kualitas air hujan yang hendak ditampung. Karena pada dasarnya kualitas air hujan sangat baik.

Pada alat panen air hujan ini juga sudah ada sistem penyaringan, 4-5 menit hujan awal akan masuk ke dalam tabung penyaringan, dan selanjutnya baru akan masuk ke dalam bak penampungan setelah melalui saringan halus terlebih dahulu. Sehingga air yang berada dalam bak penampungan sdh bersih dan dapat dimanfaatkan sebagai air bersih.

Alat ini sedang di ujicobakan di desa Tembok, Kecamatan Tejakula. Kami merancang sebanyak 5 tendon air besar hasil curahan air hujan dan akan ditempatkan dibeberapa titik pengungsi. Biaya membangun Alat Pemanen Air hujanini sekitar Rp 2,6 juta, ”ujar Firza.

Peralatan ini akan berfungsi selayaknya waduk penampung air. Jadi ketika hujan turun dengan deras, alat penampung hujan ini akan menampung limpahan air hujan melalui talang air yang sudah terpasang. Kemudian air yang tertampung akan diolah dengan sistem penyaringan guna menyaring berbagai polutan yang terlarut di dalamnya sebelum digunakan. Sehingga airnya bisa bersih dapat digunakan.

Ada semacam bola seperti bola pingpong yang dipasang di alat pemanen air hujan sehingga air hujan yang pertama kali turun bisa dikeluarkan dan digantikan dengan air hujan berikutnya.

Air hujan yang pertama kali turun biasanya masih mengandung banyak kotoran dan tak layak untuk digunakan. Setelah melalui berbagai proses sterilisasi air hujan, air hujan ini akan dialirkan menuju tempat penampungan. Kapasitasnya bisa mencapai 2.000 liter air.

Alat pemanen hujan semakin lengkap jika bersanding dengan sumur resapan. Fungsinya untuk menampung kelebihan air hujan yang sudah tidak mampu ditampung. Meski demikian, penggunaan alat pemanen hujan ini juga punya aturan main.

Pada minggu pertama dan kedua musim hujan, jangan masukkan air hujan karena atap masih sangat kotor dan penuh debu ketika musim kemarau. Walau sudah ada penghalau debu dan daun, lebih baik tetap bersabar dulu. Operasional alat bisa dimulai pada minggu ketiga atau keempat. (*)

Komentar

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Penggelapan Jaminan 452 Hektar, Siapa Berbohong ? BI atau Kemenkeu ?

23 Maret 2025 - 13:49 WIB

Kemenkeu, Sri Mulyani dan Gubernur BI, Perry Warjiyo. (foto. Ist)

Mengawali Masa Siaga Ramadhan, PLN UIT JBT Lakukan Audiensi dengan BPN, Perkuat Kolaborasi Pengamanan Aset

13 Maret 2025 - 20:20 WIB

Membedah Kontroversi Putusan Mahkamah Agung No. 1688 dan Pidato Presiden Prabowo

25 Februari 2025 - 07:45 WIB

20 Februari 2025 - 08:10 WIB

Polresta Sleman Tangkap 6 Oknum Wartawan Peras Korban Rp 300 Juta

16 Februari 2025 - 11:07 WIB

Tangani Kasus Bank Centris, PUPN & KPKNL Gelapkan Jaminan Lahan 452 Hektar

15 Februari 2025 - 15:45 WIB

Trending di Hukum