Aleppo Suriah, reportasenews.com  : Semalaman Aleppo diguyur oleh derasnya bom dan tembakan tanpa henti membuat ribuan penduduk sipil terjebak ditengah dua kubu antara pemberontak dan tentara pemerintah. Paginya baku tembak sempat terhenti dengan gencatan senjata karena alasan mengutamakan membuka jalur pengungsian bagi penduduk yang masih berdiam dipusat konflik.
Namun dalam sejam ini (sore hari waktu Indonesia), dua kubu bertikai saling baku tembak kembali, ini membuat proses evakuasi pengungsi menjadi terhambat. Kedua belah pihak saling menuduh siapa yang lebih dulu melanggar gencatan senjata. Demikian sebut media Independent dalam edisi Breaking News nya
Tentara Suriah akan melanjutkan operasi militernya di Aleppo, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, setelah melaporkan pelanggaran pemberontak yang merusak perjanjian gencatan senjata sementara. Pihak pemberontak mengatakan kepada AFP bahwa kesepakatan gencatatan senjata untuk evakuasi itu dibatalkan.
Kantor berita Rusia Interfax mengatakan bahwa pemberontak telah mundur akibat tekanan pasukan pro-pemerintah yang akan melanjutkan operasi menekan posisi pemberontak pada Rabu pagi waktu setempat.
Sebuah kesepakatan gencatan senjata ini disponsori oleh Rusia dan Turki dan dijalankan sejak Selasa malam (semalam). Diharapkan dengan gencatan senjata maka proses evakuasi 5.000 orang penduduk sipil bisa dilakukan kenegara tetangga yang dikuasai pemberontak di provinsi Idlib.
Channel Lebanon al-Manar TV menyiarkan gambar yang menunjukkan bus berwarna hijau pemerintah Suriah meninggalkan pos pemeriksaan tanpa penumpang satupun, ini menunjukkan bahwa proses evakuasi tertunda. Antara 50.000 – 100.000 orang penduduk sipil diperkirakan masih terjebak dalam wilayah pemberontak di Aleppo timur setelah tentara Suriah dan pejuang yang disokong oleh Iran ditangkap.
Pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad dikatakan telah merebut kembali kota ini setelah empat tahun pertempuran sengit menjadikan Aleppo sebagai episentrum perang sipil berdarah Suriah. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa ia mengharapkan semua perlawanan pemberontak runtuh dalam dua sampai tiga hari ke depan (HSG/ Independent)