Jakarta, reportasenews.com-Bertempat di ruang rapat kantor Gatra, Jalan Kalibata Timur IV nomor 15, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, Cagub Anies Baswedan memenuhi undangan Majalah Gatra untuk berdiskusi terkait Pilkada Jakarta, Rabu (28/12).
Anies, mengawali pertemuannya dengan memaparkan data tentang kemiskinan yang ia lihat saat terlibat dalam gerakan Indonesia Mengajar. Gerakan yang mengirimkan putra putri dari universitas terbaik di Indonesia ke berbagai pelosok tersebut sampai saat ini masih diminati sebagai salah satu gerakan sosial yang sukses menginspirasi Indonesia.
“Saya telah datang ke daerah yang disebut miskin, tidak ada sinyal, tidak ada listrik, tidak mengenal teknologi. Terisolasi sudah,” papar Anies.
Namun 2 bulan terakhir sejak Anies diamanahkan sebagai Calon Gubernur, mantan Menteri Pendidikan ini merasa bahwa ia tidak tahu apa-apa tentang kemiskinan. Ia telah berkeliling ke tempat-tempat yang sebelumnya tidak pernah ia kunjungi di Ibukota.
“Sejak ditugaskan sebagai Cagub, saya menemukan kemiskinan ekstrim di Jakarta. _I have not learn about poverty_. Di pelosok itu miskin, namun kemiskinan dalam udara bersih, memetik apa saja ada di situ, hidup gotong royong, satu suku besar yang saling mendukung, dan dalam kebahagiaan.
Di Jakarta, kita akan menemukan kemiskinan dalam polusi yang luar biasa tinggi, kesendirian, ketimpangan, serta keputusasaan. Kemiskinannya pun diturunkan lintas generasi,” papar Anies dengan nada bergetar.
Karena itulah, Anies berencana untuk mengentaskan kemiskinan ekstrim di Jakarta melalui dua pendekatan utama berdasarkan jangka waktunya.
“Jangka pendek melalui tersedianya lapangan pekerjaan, turunnya angka pengangguran. Tapi itu tidak cukup. Jangka panjang, kita akan selesaikan (kemiskinan) melalui pendidikan,” tegas Anies.
Upaya pengentasan kemiskinan, sambung Anies, adalah bagian terpenting untuk tegaknya keadilan sosial. Dalam pandangan Anies, keadilan adalah tanggung jawab moral besar yang harus dibereskan oleh gubernur terpilih.
“Rasanya persoalan di Jakarta adalah keadilan sosial. Ini core problem yang menurut pandangan kami tidak menjadi perhatian serius. Yang jadi perhatian adalah benda mati, infrastruktur penopang kehidupan. Tapi kehidupannya itu sendiri kurang diperhatikan,” ujar Anies lebih lanjut.
Dalam forum diskusi yang hangat tersebut, Anies kembali mengingatkan agar jangan pernah mengatakan mereka yang miskin itu orang dari luar Jakarta. “Karena kita belum ada di sini, mereka sudah ada selama puluhan tahun tinggal di Ibukota,” papar Anies.
Anies berharap bahwa setiap warga Jakarta harus memandang warga miskin sebagaj saudara sebangsa. Dan tugas seorang gubernur bukanlah meniadakan orang miskin, namun menghapuskan kemiskinan itu sendiri.
“Selama ini orang miskin dipindahkan ke gedung-gedung, dihilangkan. Orang miskin dipinggirkan dan termarjinalkan. Kita akan berikhtiar untuk mengubah itu. Insya Allah kita buat Jakarta berubah,” tutup Anies. (Amc, yoe)