Sulsel, reportasenews.com – Menjelang perayaan Hari Natal 2016 dan Tahun Baru 2017, Polda Sulawesi Selatan (Sulsel) tidak ingin kecolongan oleh aksi serangan terorisme.
Guna mengantisipasi ancaman teror sekecil apapun, Polda Sulsel telah mengerahkan 5300 personil polisi yang ditempatkan di sejumlah obyek vital, terutama di tempat-tempat ibadah.
Meski tidak memungkiri adanya potensi ancaman keamanan di wilayah hukum Sulsel, namun Kapolda Sulsel Irjen Pol Muktiono menyatakan, sejauh ini wilayahnya masih aman dari ancaman teror.
“Potensi kerawanan tetap ada. Kita akan terus tindak lanjuti potensi gangguan sekecil apapun. Oleh sebab itu kita akan libatkan seluruh potensi yang ada untuk mengantisipasi gangguan tersebut,” ujar Irjen Pol Muktiono, Senin (19/12) di kantornya.
Khusus untuk mengamankan gereja, setidaknya Polda Sulsel siapkan 18 ribu personil.
Di Provinsi Sulsel sendiri terdapat 2529 gereja. Tiap-tiap gereja akan dijaga oleh personil polri dibantu oleh TNI dan aparat Linmas.
“Jumlah personil yang akan menjaga tiap-tiap gereja tidak sama, tergantung seperti apa potensi gangguannya,” tutur Muktiono.
Sistem pengamanan yang dilakukan menjelang perayaan Natal, dengan cara menjaga pintu-pintu masuk ke wilayah Sulsel.
“Kita akan melakukan pemeriksaan ketat di pintu-pintu perbatasan Sulsel dan Sulteng. Karena kita tau masih banyak pengikut gembong teroris Poso, almarhum Santoso yang masih belum tertangkap. Jangan sampai mereka melakukan aksinya di sini,” tegas Muktiono.
Mengingat pelaku teror sudah mulai  melibatkan kaum perempuan, seperti yang berhasil diungkap Densus 88 di Bekasi, Jawa Barat belum lama ini, Polda Sulsel juga sudah menyiapkan ratusan Polwan baik yang berpakaian preman maupun berseragam.
“Setiap wanita yang kita curigai sebagai pelaku atau kelompok terosris, maka yang melakukan penangkapan dan pemeriksaan adalah polwan, ujarnya.
Muktiono mengatakan, wilayah Sulsel yang bertetangga dengan Sulawesi Tengah (Sulteng) yang dikerahui sebagai basis kelompok jaringan pelaku teoror di Indonesia, pihaknya terus berkordinasi dengan Polda Sulteng.
“Kita berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan perhatian besar terhadap masalah terorisme dan terhadap kelompok-kelompok radikal yang kita perkirakan masih ada di Sulteng. Jadi setiap saat kita kordinasi dengan Polda Sulteng,” kata Muktiono.
Menurut Muktiono, upaya menangkal aksi terorisme di Indonesia, tidak bisa diserahkan hanya kepada kepolisian saja. Perlu peran serta dari berbagai kalangan untuk bersama-sama berupaya melakukan pencegahan semakin berkembangnya faham tadikalisme di masyarakat.
“Masalah terorisme ini tidak bisa diatasi oleh polisi saja. Para tokoh masyarakat, ulama, dan potensi masyarakat lainnyya juga harus ikut turun tangan,” pungkas Irjen Pol Muktiono. (Tjg)