Menu

Mode Gelap

Internasional · 25 Okt 2017 09:00 WIB ·

AS Pertimbangkan Jatuh Sanksi ke Myanmar Atas Krisis Rohingya


					AS Pertimbangkan Jatuh Sanksi ke Myanmar Atas Krisis Rohingya Perbesar

Amerika, reportasenews.com – Amerika Serikat tampaknya akan mempertimbangkan jatuhnya sanksi terhadap otoritas Myanmar karena “kekerasan dan pelecehan traumatis” kepada muslim Rohingya di negara Rakhine yang bergolak.

Washington mungkin menggunakan undang-undang hak asasi manusia untuk mentargetkan pemimpin atau kelompok yang terlibat dalam kekerasan di negara bagian barat tersebut, kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan.

“Kami mengungkapkan keprihatinan kami yang paling serius dengan kejadian kekerasan baru-baru ini di negara bagian Rakhine, kekerasan traumatis yang dilakukan atas Rohingya dan komunitas lainnya telah dialami,” kata pernyataan tersebut.

“Adalah penting bahwa setiap individu atau entitas yang bertanggung jawab atas kekejaman, termasuk aktor dan warga negara non-negara, bertanggung jawab.”

Sejak 25 Agustus, tentara Myanmar melakukan kampanye militer yang brutal di Rakhine membasmi etnis Rohingya.

Lebih dari 600.000 orang Rohingya telah meninggalkan negara tersebut, sebagian besar tiba di Bangladesh dengan berjalan kaki atau dengan kapal, dengan kawalan lembaga bantuan asing yang berjuang untuk mengatasi arus masuk.

“Kami mengeksplorasi mekanisme akuntabilitas yang tersedia berdasarkan undang-undang AS, termasuk sanksi yang ditargetkan Global Magnitsky,” kata Heather Nauert, juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

Berdasarkan Undang-Undang Akuntabilitas Intelijen Global Magnitsky, presiden dapat memblokir atau mencabut visa individu dan entitas asing tertentu atau mengenakan sanksi properti terhadap mereka.

PBB mengatakan 14.000 anak-anak Rohingya mungkin meninggal karena kekurangan gizi
AS juga mengumumkan bahwa mereka menarik bantuan militer ke perwira dan unit Myanmar yang beroperasi di Rakhine utara.

Pekan lalu, Sekretaris Negara Rex Tillerson mengatakan bahwa AS memegang kepemimpinan militer Myanmar yang bertanggung jawab atas tindakan kerasnya terhadap Rohingya.

PBB menggambarkan Rohingya sebagai orang yang paling teraniaya di dunia.

Kelompok minoritas telah bertahun-tahun mengalami diskriminasi dan telah ditolak kewarganegaraannya di Myanmar sejak tahun 1982.

Dalam pernyataan Senin, AS mendesak kembalinya yang aman dan sukarela dari orang-orang yang telah melarikan diri atau telah dipindahkan ke Rakhine, dan juga sebuah “jalur kewarganegaraan yang kredibel”. (Hsg)

Komentar

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Menhan Prabowo Temui Presiden erdogan Bahas Kerjasama Strategis

31 Juli 2024 - 15:19 WIB

Indonesia Desak ASEAN Tingkatkan Upaya Pelucutan Senjata Nuklir

24 Juli 2024 - 15:56 WIB

Menkes Arab Saudi Sebut Lebih dari 1.300 Jamaah Haji Meninggal Dunia di Mekkah

24 Juni 2024 - 11:27 WIB

Kepala Grup Pengembangan UMKM dan Keuangan Inklusif BI Pusat Apresiasi UMKM Batik Sawit Mitra KPW BI DIY pada IBSE 2024

27 April 2024 - 14:32 WIB

UKMK Sawit Sm-art Batik Berikan Edukasi Batik Sawit ke Pengunjung WNI dan WNA di INACRAFT 2024.

2 Maret 2024 - 08:07 WIB

PR Besar Kasus BLBI Yang Ditinggalkan Mahfud MD Sebagai Menko Polhukam

1 Februari 2024 - 21:12 WIB

Trending di Ekonomi