Hongkong, reportasenews.com – Operator pesawat Hong Kong, Cathay Pacific, mengatakan pada hari Senin bahwa salah satu awak pesawatnya melihat apa yang mereka yakini sebagai rudal yang diluncurkan oleh Korea Utara pekan lalu, saat mereka terbang antara kota Cina selatan dan Amerika Serikat.
Korut melepaskan rudal balistik antar benua yang diyakini mampu menyerang daratan AS Rabu lalu.
Sebuah pernyataan dari Cathay mengatakan bahwa awak kapal pada hari itu melihat “apa yang diduga merupakan rudal uji coba milik DPRK Korut”.
Cathay tidak memberikan lokasi penerbangan pada saat penampakan tersebut, namun mengatakan awak kapal CX893 antara Hong Kong dan San Francisco telah memberitahukan kontrol lalu lintas udara Jepang “sesuai prosedur”.
Operasi penerbangan terus berlanjut seperti biasa, pernyataan tersebut menambahkan.
Pyongyang mengatakan bahwa rudal itu mencapai ketinggian 4.475 kilometer dan meluncur turun 950 kilometer dari lokasi peluncurannya.
Ini juga mengklaim rudal Hwasong-15 yang dilepaskan pada hari Rabu dapat diberi muatan dengan “hulu ledak super besar” yang mampu menyerang seluruh daratan AS.
Cathay mengatakan tidak ada rencana saat ini untuk mengubah rute penerbangan, yang menggambarkan penerbangan tersebut sebagai “jauh dari lokasi terbang rudal”.
“Kami tetap waspada dan meninjau kembali situasi saat ini,” kata pernyataan tersebut.
Dalam sebuah pesan yang disampaikan bersama staf, general manager Cathay Mark Hoey mengatakan bahwa awak kapal telah menggambarkan bahwa rudal tersebut “meledak dan berantakan”, South China Morning Post melaporkan.
Hoey mengatakan bahwa pesawat lain, CX096 yang merupakan layanan pengangkutan antara Hong Kong dan Meksiko, hanya beberapa ratus mil jauhnya dan bisa lebih dekat daripada penerbangan San Francisco, menurut laporan tersebut.
Analis tetap tidak yakin bahwa Korea Utara telah menguasai teknologi maju untuk memungkinkan roket tersebut bertahan masuk kembali ke atmosfer bumi.
Kebuntuan nuklir selama berbulan-bulan antara pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un dan presiden AS Donald Trump telah memicu kekhawatiran akan konflik lain, setelah Perang Korea 1950-1953 meninggalkan sebagian besar semenanjung hancur berantakan. (Hsg)