Blitar, reportasenews.com-Hujan deras yang mengguyur puncak Gunung Kelud, membuat debit air di sejumlah sungai aliran lahar di Kabupaten Blitar, mengalami peningkatan drastis. Sungai Putih mengalami peningkatan 50cm dari permukaan sabo dam, Sngai Semut peningkatan 30cm dan sungai Lekso peningkatan 30 cm.
Kondisi ini, juga membawa dampak bagi aktivitas penambangan pasir di aliran lahar Sungai Semut, Kecamatan Gandusari. Sedikitnya 4 truk milik penambang di hulu aliran sungai Semut, terjebak banjir, satu diantaranya terguling, serta sebuah sepeda motor ikut hanyut.
Sementara, sebuah jembatan permanen penghubung dua dusun di Desa Sumberagung, putus akibat tebing longsor di sisi selatan jembatan.
Informasi yang dihimpun oleh reportasenews.com menyebutkan, banjir bercampur material sisa erupsi Kelud ini, terjadi sekitar dua jam setelah puncak hujan deras, Sabtu petang (25/02).
Debit air sungai meningkat tajam, hingga menyebabkan banjir lahar hujan di sejumlah sabo dam yang menjadi penghubung sejumlah desa, hingga tidak bisa dilalui kendaraan.
Bahkan para penambang pasir di sungai Semut sempat panik dan berlarian meninggalkan truk mereka. Akibatnya, 4 truk terjebak dan satu diantaranya terguling serta sebuah sepeda motor ikut hanyut. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
“Dari 4 truk tiga sudah bisa dievakuasi saat banjir surut tadi malam, sementara tinggal satu yang masih belum terevakuasi hingga siang ini,” terang Luqman, seorang relawan BBS MITRA kepada reportasenews.com Minggu siang (26/02).
Sementara, dampak banjir lahar hujan juga sempat membuat sebuah jembatan di Desa Sumberagung, putus. Putusnya jembatan, akibat tidak mampu menahan derasnya arus banjir serta longsornya tebing di sisi selatan jembatan. Akibatnya, warga harus memutar sekitar dua km karena jalur ditutup total.

Hujan deras yang mengguyur puncak Gunung Kelud, membuat debit air di sejumlah sungai aliran lahar di Kabupaten Blitar, mengalami peningkatan drastis. Sungai Putih mengalami peningkatan 50cm dari permukaan sabo dam, Sngai Semut peningkatan 30cm dan sungai Lekso peningkatan 30 cm.
“Ya kami harus memutar balik arah sekitar dua km, untuk menuju kampung sebelah,” ujar Darno, warga desa Sumberagung kepada wartawan di lokasi kejadian.
Hingga kini cuaca ekstrem dan hujan deras masih menghantui aktivitas penambangan pasir, di sejumlah sungai aliran lahar sisa erupsi gunung Kelud tahun 2014 lalu. Masyarakat khususnya penambang pasir diminta waspada, agar tidak terjadi hal serupa bahkan korban jiwa.(YN)