Jakarta, reportasenews.com – Para milenial menyelami Chairil Anwar. Kecintaan kepada bangsa, tumbuh. Kesadaran berbangsa, bangkit. Apa artinya literasi bagi kemajuan bangsa?
Secara waktu, Chairil Anwar adalah masa lalu. Tapi, selalu ada jalan untuk menghubungkan antar zaman. Itulah hakekat literasi, yang memungkinkan generasi milenial kini, menyelami pikiran serta perasaan Chairil Anwar, yang lahir hampir 100 tahun yang lalu.
Para milenial menyelami Chairil Anwar melalui sajak-sajak ciptaannya. Mencermati kata demi kata. Menghayati spirit yang dikandungnya. Kemudian, mengartikulasikannya ke generasi yang kini terus bertumbuh.
Apa yang disuarakan Chairil Anwar berpuluh tahun yang lalu, ternyata masih relevan untuk digemakan di zaman milenial ini. Kenapa? Salah satunya, karena Chairil Anwar mampu memadatkan hakekat kemanusiaan dalam bait-bait sajaknya.
Menyimak para milenial membaca Chairil Anwar, seolah tak ada jarak, antara mereka dengan sajak-sajak tersebut. Padahal, dalam konteks waktu, ada puluhan tahun yang membentang. Ada serentetan pergulatan hidup yang terjadi di era Chairil Anwar, yang mungkin belum dialami oleh para milenial.
Sekali lagi, itulah hakekat literasi. Spirit suatu zaman, misalnya, bisa dijangkau melalui karya literasi pada zaman yang bersangkutan. Bahwa ada karya literasi yang mampu melintasi zaman, seperti sajak-sajak Chairil Anwar, itulah keistimewaan yang barangkali tidak dimiliki oleh penyair lain.
Sebaliknya, para milenial yang saya cermati ketika mereka membaca Chairil Anwar, mereka berhasil masuk ke dalam nafas Chairil Anwar. Artinya, mereka mampu menyerap spirit yang berasal dari luar zamannya.
Kok bisa? Ya, tentu saja bisa, karena mereka terus-menerus berlatih. Arin, Indar, dan Mia adalah tiga sosok milenial yang menunjukkan keberhasilan dari latihan yang dimaksud. Arin dan Indar sama-sama siswa SMA Negeri 70, Jakarta Selatan. Mia adalah murid SMP Negeri 210, Jakarta Timur.
Ketiga milenial tersebut sama-sama bergabung dalam Gliter Jak, komunitas seni budaya, yang anggotanya adalah para siswa di DKI Jakarta. Aktivitas Gliter Jak tentu saja bukan hanya membaca puisi, tapi juga menari dan berteater.
Intinya, Gliter Jak adalah komunitas untuk mengembangkan minat. Para siswa dari berbagai SMP dan SMA di DKI Jakarta, berlatih bersama serta beraktivitas bersama. Komunitas lintas sekolah tersebut, tentulah menjadi wadah yang penting untuk tumbuh kembangnya para milenial.
Ekspresi Bersama Satu Abad
Bahwa kali ini ketiga milenial tersebut membaca Chairil Anwar, itu karena mereka sedang berlatih untuk persiapan mentas di Road Show to Seabad Chairil Anwar, pada 22 Juni 2022 nanti di kawasan Banjir Kanal Timur, Jakarta Timur.
Itu bagian dari Peringatan Satu Abad Chairil Anwar. Milenial yang tergabung dalam Gliter Jak, sudah tiga kali berpartisipasi, dari tiga kali Road Show. Yang di Banjir Kanal Timur, merupakan Road Show yang keempat.
Moktavianus Masheka selaku Ketua Pelaksana Peringatan Satu Abad Chairil Anwar, menuturkan, “Dalam Peringatan ini, banyak komunitas yang terlibat. Itu terutama karena mengacu kepada spirit kebangsaan yang diwariskan Chairil Anwar.”
Dengan kata lain, Peringatan ini adalah bagian dari upaya untuk menggelorakan spirit kebangsaan, terutama ke generasi milenial. Konteks itu pula yang mendorong Sri Kustiah Binti Soewardjo selaku Pimpinan Gliter Jak untuk berpartisipasi dalam rangkaian Peringatan Satu Abad Chairil Anwar.
Melalui Peringatan ini, Gliter Jak terhubung dengan Jose Rizal Manua, deklamator ulung yang berkali-kali menjadi Juara Baca Puisi tingkat Nasional. Jose adalah juga Pimpinan sekaligus Sutradara Teater Tanah Air, yang sudah malang-melintang di berbagai Festival Teater Anak Internasional.
Jose Rizal Manua kemudian turut melatih serta membina para milenial di Gliter Jak. Bahkan, Moktavianus Masheka pun turun tangan untuk melatih para milenial tersebut. “Ini bagian dari upaya kami untuk meningkatkan literasi para milenial. Mudah-mudahan mereka kelak menjadi penggerak literasi, setidaknya di sesama para milenial,” ungkap Jose Rizal Manua.
Kolaborasi serta kesungguhan Sri Kustiah Binti Soewardjo, Moktavianus Masheka, dan Jose Rizal Manua membina para milenial dalam ber-literasi, tentu saja diapresiasi oleh Iwan Henry Wardhana selaku Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.
“Peringatan Satu Abad Chairil Anwar menjadi momentum penting untuk bersama menggerakkan literasi bangsa. Bukan kah literasi menjadi salah satu indikator kemajuan suatu bangsa?” tukas Iwan Henry Wardhana dalam diskusi dengan Panitia Peringatan Satu Abad Chairil Anwar.
Ya, Iwan Henry Wardhana benar adanya. Bahkan, Rahayu Saraswati selaku pegiat literasi nasional mengungkapkan, mereka yang peduli kepada bangsa ini, perlu mencermati karya-karya Chairil Anwar. Salah satunya adalah sajak Krawang Bekasi, yang dibacakan Rahayu Saraswati dalam Road Show ketiga di Tebet Eco Park, Jakarta Selatan, pada Minggu, 29 Mei 2022 lalu. (isson Khairul)