REPORTASE: Kemarin google membuat keputusan penting pertama kali untuk memblokir semua situs yang memuat berita hoax agar masuk dalam daftar AdSense kategori iklan mereka. Keputusan Google ini akan membuat para pemilik situs berita hoax tidak akan lagi mendapatkan sumber uang karena asik memainkan penyebaran berita bohong yang menjadi viral karena diteruskan oleh netizen sampai ribuan kali melalui jaringan medsos seperti Facebook.
Beita hoax yang di-share oleh para pemakai internet menjadi ladang permainan untuk mendulang uang bagi segelintir orang karena memanfaatkan jaringan medsos dan mesin pencari sehingga menguasai Trending Topics tertinggi dan justru mengalahkan berita asli yang sah. Berita hoax menjadi sorotan saat pemilu AS kemarin dan dianggap bisa mempengaruhi hasil pemilu AS kemarin karena netizen selalu disodori berita hoax dimedsos..
“Ke depan, kita akan membatasi penayangan iklan pada halaman yang menggambarkan, salah mengutarakan, atau menyembunyikan informasi tentang penerbit, isi penerbit, atau tujuan utama dari properti web,” kata juru bicara Google dalam sebuah pernyataan yang diberikan kepada Reuters. Kebijakan ini mencakup situs berita palsu, tambah juru bicara saat mengkonfirmasi. Google juga mencegah program AdSense yang digunakan oleh situs hoax itu untuk latah mempromosikan video kekerasan dan citra, pornografi, dan kebencian.
Isu berita palsu di media sosial mendapatkan perhatian nasional ketika Gizmodo melaporkan bahwa tim di Facebook ikut bertanggung jawab untuk daftar Trending Topics berita palsu selama Pemilu Pilpres AS sehingga menekan link dari sumber konservatif. Kontroversi muncul karena menyebut Facebook sebagai sumber utama berita untuk puluhan juta orang Amerika.netizen hanya melihat Facebook untuk mencari berita, dan akibat trending topics tertinggi dikuasai berita hoax maka membuat pembaca di Facebook mempercayai berita bohong itu.
Tudingan bahwa Facebook ikut mempengaruhi hasil Pemilu AS kemarin disebut Mark Zukerberg sebagai “adalah gila meyangka jika Facebook bisa mempengaruhi hasil Pemilu”. Tapi suka tidak suka, trending topics diplatform medsos turut memberi pengaruh apa yang dibaca netizen karena berita teratas dan paling dicari justru berita aspal semua. Gizmodo melaporkan bahwa Facebook telah mengembangkan alat untuk mengidentifikasi berita palsu pada platform mereka, tetapi memilih untuk tidak menyebarkan karena takut tidak proporsional akan mempengaruhi situs konservatif
Kejadian di Pemilu AS ini mirip sekali dengan apa yang terjadi di Pilpres Indonesia 2014 kemarin. Berita hoax yang dilakukan oleh “Cyber Army” dengan ratusan akun bodong menyebar dijaringan medsos cukup gencar sehingga membuat ujung tombak pembentukan opini publik justru sangat tinggi dijaringan medsos seperti Facebook. Kasus ini sama sebangun dengan yang terjadi di Pemilu Pilpres Amerika, dan sekarang mereka “kena batunya” karena kerepotan dengan berita hoax yang menyebar cepat dan justru menduduki ranking tertinggi dimesin pencari dan AdSense (HSG/ TheVerge)