Jakarta, reportasenews.com – Usai meninggalnya Patmi (48), dua petani pegunungan Kendeng, Gunarti dan Gunarto, diterima Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Rabu (22/03). Kedua petani tersebut datang sebagai delegasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara.
Usai Jokowi pidato, acara dilanjutkan foto bersama. Namun, justru Gunarti memilih menyingkir dari kerumunan, dan memilih berdiri di pojok pilar. Tiba-tiba, Gunarti yang dating mengenakan kostum adat Jawa menangis.
Gunarti dan Gunarto, kemudian menghampiri Jokowi untuk bersalaman. Mereka juga sempat berbincang. Tidak lama Gunarti menyerahkan secarik kertas kepada Jokowi. Dia menanyakan keberadaan PT. Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah,yang sampai hari ini keberadaannya ditolak warga.
“Bapak kami petani pegunungan Kendeng. Bagaimana dengan pabrik semen yang masih beroperasi di Rembang?” keluh Gunarti.
Jokowi menegaskan kepada dua perwakilan petani tersebut, kasus pabrik Semen Indonesia akan diselesaikan di tingkat provinsi.
“Ya, diselesaikan dulu di tingkat provinsi, di gubernur, Pak Ganjar Pranowo, baru ke saya. Jangan apa-apa ke saya,” kata Jokowi.
Usai pertemuan, Gunarti mengaku sebenarnya masih banyak ingin menyampaikan kepada Jokowi tentang permasalahan di tengah masyarakat pegunungan Kendeng sejak ada pabrik semen tersebut.
“Saya penginnya sih bicara baik-baik, dikasih waktu dari bicara dari hati ke hati, ibaratnya anak sama Bapak begitu. Tetapi saya nggak punya kesempatan itu, ya saya datang ke sini sebenarnya harapannya itu,” tutur Gunarti.
Kertas yang diserahkan kepada Jokowi tadi, kata dia, rupanya berisi tembang pangkur. Tadinya, dia ingin menyanyikannya, tetapi tak diberi kesempatan karena waktu yang terbatas.
“Saya menulis dua tembang pangkur yang ingin saya tembangkan di depan Bapak Jokowi, tapi nggak ada kesempatan. Kertasnya sudah saya kasihan ke Pak Jokowi,” kata dia.
Keberadaan pabrik semen dinilai menjadi alasan 50 petani pegunungan Kendeng demonstrasi dengan cara mengecor kaki di depan Istana Merdeka, Jakarta. Kemarin, salah satu petani bernama Patmi, meninggal dunia.
Mereka memprotes keberadaan Semen Indonesia di Rembang karena mengancam kelestarian lingkungan dan pertanian masyarakat. (tam)