Pasuruan, reportasenews.com – Mangga klonal 21 yang sebagian besar dihasilkan oleh petani di kawasan Rembang, hingga saat ini menjadi bidikan para pecinta mangga. Bahkan mereka datang dari luar kota, menyerbu kawasan Dusun Balekambang, Desa Pandean dan kawasan Desa Oro-Oro Ombo Wetan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, sejak beberapa tahun ini menjadi sentra mangga.
Meski lahan di kawasan Rembang yang selama ini dikenal gersang, namun membawa keberkahan tersendiri bagi petani setempat. Seperti lahan milik Sudiono Fauzan yang punya 1.000 pohon mangga berbagai jenis seperti Gadung Klonal 21, Namdokmai Thailand dan Garifta Merah. Mangga tersebut banyak diburu kalangan peminat mangga dari berbagai pelosok nusantara.
Mangga gadung klonal 21 yang telah punya hak paten dari Kementerian Pertanian ini, rasanya bisa dibedakan. Jadi tak perlu repot-repot cara memakannya. Yakni cukup diiris pakai pisau tengahnya dengan cara melingkar. Kemudian diputar hingga terlepas tinggal bijinya. Makannya cukup mudah yakni dengan menggunakan sendok dan tak perlu mengupasnya lagi.
Sejak panen melimpah sekitar 2 bulanan ini, kebun mangga diserbu warga dari luar kota. Bahkan setiap harinya penikmat mangga ini datang ke lokasi dan hanya tinggal petik mangga dan gratis dimakan di tempat. “Kami dari Probolinggo datang karena penasaran mangga klonal atau yang dikenal alpukat ini, “jelas Fatma, seorang pengunjung, saat di lokasi, Minggu (12/11).
Para pengunjung yang datang hanya tinggal memetik mangga yang dikehendaki dan hanya dibatasi membeli 10 kg saja dengan harga antara Rp 15 ribu – Rp 20 ribu per kilonya. Para pengunjung ini rata-rata penasaran akan rasa mangga yang berasal dari kawasan Kecamatan Rembang ini. “Rasanya bikin penasaran, “imbuh Fatma, warga asal Kademangan, Kota Probolibggo ini.
Meski harus mengeluarkan uang banyak hanya untuk merasakan buah mangga yang manis dan legit tersebut, pengunjung mengaku lega dan berencana akan datang kembali.
“Memang rasanya mangga klonal ini manis, legit dan rasanya sangat beda dengan mangga gadung lainnya yang ada di pasaran, “ujar Tety Agustin, asal Semobor, Kabupaten Jember ini.
Sejak mangga alpukat viral di media sosial, Sudiono mengaku kewalahan menerima pengunjung yang tiap hari mencapai 30 -40 mobil rombongan dari luar daerah. “Banyak warga yang datang tahunya dari medsos. Ada dari luar kota diantaranya Tangerang, Gresik dan Surabaya. Bahkan, ada yang dari Jakarta dan Sumatra. Banyaknya pengunjung datang, bawa berkah, “papar Sudiono.
Dikatakannya, kalau barang menipis, pihaknya akan mengambil barang dari petani lainnya di Desa Oro-Oro Ombo Wetan, Oro-Oro Ombo Kulon dan Pekoren yang banyak petani mangga. “Kami berharap dengan Rembang dikenal sebagai centra mangga klonal 21, pemerintah kabupaten pasuruan harus serius lagi. Sebab tahun depan sebagai tahun wisata, “imbuhnya. (abd)