Jakarta, reportasenews.com  – Deputi Kerja Sama Internasional BNPT RI Andhika Chrisnayudhanto menyebut salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan keterlibatan perempuan dalam terorisme adalah kemajuan teknologi.

Ia menegaskan hal ini diperkuat dengan data penelitian yang dilakukan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) bersama sejumlah lembaga riset pada tahun 2020 bahwa perempuan, generasi muda, dan aktif di internet memiliki indeks potensi terpapar radikal terorisme yang tinggi.

“Survei tahun 2020. Perempuan generasi muda dan aktif di internet mencatat indeks potensi radikalisme lebih tinggi sehingga rentan terpapar narasi radikal,” kata Andhika dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa, dikutip antaranews.com.

Meski demikian, lanjutnya, hal ini tidak berarti laki-laki tidak rentan terhadap terorisme. Kelompok teror memanfaatkan kerentanan masyarakat sehingga baik laki-laki maupun perempuan dari berbagai latar belakang sosial berpotensi terpapar.

Oleh karena itu, menurutnya perlu adanya sinergi dalam memberantas terorisme hingga ke akarnya.

Pakar terorisme Noor Huda Ismail mengatakan, untuk memberantas   terorisme tidak cukup dengan melakukan kontranarasi dan meluruskan pemahaman yang ekstrem saja, tetapi juga mengelola teknologi yang dipakai dalam mempropagandakan paham tersebut dalam hal ini media sosial.

Selain itu, lanjut Noor Huda, literasi digital juga harus ditingkatkan agar masyarakat bijak dalam bermedia sosial.

“Radikalisasi tidak berbicara secara paham saja, tapi juga teknologi, perlu kerja sama semua pihak termasuk pengelola teknologi informasi,” kata Noor Huda. (*)