Palestina, reportasenews.com – Minggu lalu setelah AS mengatakan Yerusalem milik Israel, wilayah pendudukan langsung bergolak dengan intifadah dan demo besar. Pada saat itu seorang bocah remaja Palestina dikeroyok oleh 20 tentara IDF Israel dengan mata tertutup dan diseret paksa.
Foto itu menjadi viral diseluruh dunia menunjukan bagaimana IDF militer Israel bersenjata lengkap memang menyiksa anak-anak Palestina.
Tercatat IDF satu-satunya militer didunia dengan senjata tempur lengkap yang memang sengaja menangkap dan menyiksa anak-anak dalam target operasi mereka. Anak-anak ini tidak membawa senjata, dan masih dibawah umur semua.
Bocah laki Palestina berusia 16 tahun yang muncul difoto itu telah menuai kecaman pedas bagaiamana penyiksaan dan penangkapan meluas dilakukan tentara Israel. Nocah itu dikenai tuduhan melempar batu ke sekelompok tentara Israel bersenjata.
Fawzi al-Junaidi, ditutup matanya dan dikelilingi oleh lebih dari 20 tentara penjajah Israel, fotonya menjadi viral dan dibagikan di media sosial awal pekan ini.
Gambar adegan al-Junaidi dengan mata ditutup, mengenakan kemeja abu-abu dan celana jins robek saat puluhan tentara berkerumun di sekelilingnya membawa senjata perang dan memakai perlengkapan pelindung, termasuk helm dan bantalan lutut.
Remaja tersebut menyangkal melempar batu, dia ditangkap pada hari Kamis di tengah berlangsungnya demonstrasi di Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza sebagai buntut keputusan AS pada 6 Desember untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Dalam enam hari setelah pengumuman AS, setidaknya 16 orang Palestina lainnya ditangkap karena melakukan demonstrasi. Sedikitnya empat orang terbunuh dalam kekerasan tersebut sejak deklarasi AS tersebut, dan lebih dari 700 lainnya cedera.
https://youtu.be/n2BvJc0zODk
“Dia mengatakan dia takut dan melarikan diri saat tabung gas air mata dilempar,” kata pengacaranya, Farah Bayadsi, mengatakan kepada Al Jazeera. “Fawzi mengatakan bahwa dia dipukuli bertubi-tubi dengan senapan dan dia mendapat memar di leher, dada dan punggungnya.”
Anak tersebut menghadapi sebuah pengadilan militer Israel pada hari Rabu, setelah sebuah hearing awal pada hari Senin. Dia didakwa melempar batu, namun keputusan tentang hukuman atau pembebasannya ditunda sampai 18 Desember.
“Polisi telah meminta perpanjangan atas penangkapan Fawzi selama persidangan awal,” kata Bayadsi, yang bekerja di bawah Pertahanan untuk Anak-anak Internasional – Palestina (DCIP).
“Jaksa menuntut perpanjangan tujuh hari untuk penangkapan tersebut sehingga mereka dapat menyiapkan daftar dakwaan, namun kami menolak,” katanya.
Menurut Bayadsi, hakim tertegun dengan unjuk kekuatan yang berlebihan pada Al-Junaidi, terlihat paling jelas dengan cara dia dipindahkan ke penjara.
“Dia muncul dengan sandal dari penjara, dia telah kehilangan sepatunya dan berbicara tentang cara dia diperlakukan kasar saat dipindahkan ke penjara,” katanya.
“Jaksa bahkan tidak mengatakan apakah tentara akan diselidiki karena menggunakan kekuatan yang berlebihan. Seluruh kasus sejauh ini telah ditangani dengan seenaknya.”
Meski tidak mungkin, Bayadsi mengatakan bahwa tim pembela akan berusaha membebaskan al-Junaidi saat kasusnya terus berlanjut.
“Akan lebih mudah untuk berbicara dengan dia dan saksi lainnya, dan untuk mengumpulkan lebih banyak bukti,” katanya.
Fawzi al-Junaidi adalah tulang punggung hidup keluarganya karena ayahnya mengalami sakit menua dikaki, dan sakit panjang ibunya.
Pamannya Rashad mengatakan bahwa dia berada di tempat yang salah pada waktu yang salah.
“Dia meninggalkan rumahnya untuk membeli beberapa belanjaan. Sayangnya, saat mencari toko, dia bertemu dengan sebuah serangan militer dan dihadapkan dengan pasukan Israel.
“Mereka memukulinya, menutup matanya, menangkapnya, dan pertama membawanya ke pusat penahanan di pemukiman terdekat. Malam itu, pukul 02:00, dia dipindahkan ke pusat penahanan lain,” katanya kepada Al Jazeera. (Hsg)