Banda Aceh, reportasenews.com-Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengda Aceh, Ir Faizal Adriansyah MSi mengatakan gempa bumi di Aceh tetap akan terjadi, karena itu bagian dari proses geologi pelepasan energi pergeseran lempeng bumi.
“Posisi menuju kestabilan inilah yang mengharuskan terjadinya gempa-gempa di wilayah Aceh. Sampai kapan gempa ini akan berakhir? Di sinilah kita sadar bahwa ilmu manusia tentang gempa ini masih sangat sedikit,†kata Faizal.
Karena lempeng-lempeng bumi satu sama lain saling terhubung, maka tidak mustahil gempa besar di tempat lain memicu terjadinya pelepasan energi di wilayah yang sudah rentan seperti Aceh.
Sejarah kegempaan Aceh yang paling fenomenal adalah gempa 26 Desember 2004 yang berpusat di Samudera Hindia dengan kekuatan 9,1 SR.
Gempa ini memicu tsunami, sehingga menimbulkan korban jiwa hampir ¼ juta jiwa. Tsunami Aceh juga merambat ke utara menghantam beberapa wilayah seperti Darul Aman di Penang Malaysia, Phuket di Thailand, Maladewa, dan terus merambat hingga pesisir timur Afrika.
Sedikitnya 12 negara kena imbas “teletsunami†(tsunami kiriman dari Aceh) saat itu.
Menurutnya, kondisi Aceh pascagempa dahsyat 26 Desember 2004 menjadikan wilayah ini sangat rentan dengan adanya gempa-gempa besar di tempat lain.
“Kita tahu bahwa beberapa bulan yang lalu ada pergerakan lempeng di dekat kita yang memicu gempa Nepal di Himalaya. Hal ini tidak mustahil berpengaruh terhadap kestabilan lempeng di wilayah Aceh,†kata mantan sekretaris Bappeda Aceh ini.
Faizal Adriansyah juga mengingatkan bahwa gempa bumi adalah getaran bumi yang disebabkan oleh pelepasan energi secara mendadak. Pelepasan energi ini diperlukan untuk mengurangi tekanan lempeng bumi.
“Maka secara teori kita berharap banyaknya gempa yang terjadi beberapa hari ini memiliki nilai positif dari sisi pengurangan energi, sehingga tekanan semakin melemah. Yang kita khawatikan justru kalau energi terakumulasi dan lepasnya sekaligus, maka ini bisa memicu gempa besar,†ucap Faizal Adriansyah. (srb/tat)