Noyan, reportasenews.com – Bayangkan menyeruput kopi panas di puncak bukit, ditemani hamparan lautan awan yang bergulung perlahan di antara puncak-puncak hijau. Angin sepoi-sepoi membawa kesegaran khas pegunungan, sementara pandangan lepas ke horizon menghidangkan lukisan alam yang tak ternilai. Inilah pengalaman yang ditawarkan oleh Bukit Ningan (687 mdpl)- sebuah permata tersembunyi di Dusun Kobuk, Desa Idas, Kecamatan Noyan, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Perjalanan ke Dusun Kobuk, di Desa Idas, Kecamatan Noyan di mulai dari kota Pontianak pada Sabtu, 1 Februari 2025. Di tengah cuaca yang sedang tidak bersahabat, hujan disertai banjir, tekad sudah bulat untuk melipir ke sana. Terlebih sejak pagi, sudah berkomunikasi via chat Whatsapp dengan Jaka (33) seorang pemuda yang bersedia mengantarkan perjalanan ini hingga ke puncak Bukit Ningan.
Ini adalah perjalanan perdana menuju destinasi Bukit Ningan, walau sangat berdekatan dengan Bukit Telogah dan Riam Telogah yang sudah menjadi destinasi wisata alam favorit warga Kalimantan Barat, Bukit Ningan menawarkan sensasi pemandangan alam yang berbeda.
Dari kota Pontianak, perjalanan mengendarai sepeda motor memerlukan waktu sekitar dua jam lebih, ini karena ada beberapa titik jalan Trans Kalimantan di Dusun Lintang Batang, Desa Teluk Bakung, Kabupaten Kubu Raya, yang terendam banjir. Banyak lubang mengangga di tengah jalan, yang mesti dilalui dengan sangat hati-hati, terlebih jalan-jalan ini tertutup air. Jadi secara kasat mata, tidak terlihat, sehingga memungkin ban roda kendaraan terjeblos masuk ke dalam lubang.
Suasana perjalanan yang dimulai pagi hari memang menguntungkan. Dimana udara yang sejuk disertai kabut lembut dengan butiran-butiran air menerpa wajah sehingga kulit terasa sejuk dan menyegarkan. Hingga akhirnya sorot mata tertuju aktivitas masyarakat Desa Subah, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau yang mulai berangkat menuju ke ladangnya berjalan kaki sembari membawa keranjang rotan yang besar yang dijinjing di kepala. Beragam nama keranjang rotan atau sebutannya, – yang menyerupai tabung dengan anyaman rotan dengan celah-celahnya dengan tinggi sekitar 70 cm dan garis lingkaran sekitar 50 cm. Warga Dayak Bumate menyebutnya Engei atau Jarai. Keranjang ini nantinya dipakai untuk membawa hasil panen dan kebutuhan lainnya yang ditemukan di hutan atau dalam perjalanan ke ladang, termasuk kayu bakar atau buah-buahan khas Kalimantan.
Di Bukit Rebung ini, juga terdapat pasar unik yang hanya menjual sayur-mayur yang diperoleh dari kawasan hutan tropis Kalimantan seperti rebung (bambu muda), pakis, dan lainnya termasuk obat-obatan herbal yang terkenal seperti akar Bajakah, dan Pasak Bumi. Jika musim buah, banyak buah-buahan khas yang dijual, dari Durian, pisang, manggis, mangga, bacang, tampoi, langsat hutan, belimbing merah dan lainnya. Bukit Rebung ini adalah batas antara Kabupaten Kubu Raya dengan Kabupaten Sanggau.
Melewati jalur di Trans Kalimantan dari Sungai Ambawang menuju ke simpang Ampar, Tayan Hilir, ada banyak spot yang dilewati seperti Pondok Lait yang khas adalah sebuah air mancurnya yang keluar dari sumber air pengunungan, dan spot wisata alam Danau Laet.
Setelah melewati rute ini, perjalanan dilanjutkan menuju ke Sosok, Tayan Hulu, Kabupaten Sanggau, tanpa menemui kendala berarti, hingga berhenti dan menikmati waktu istirahat sejenak di tepian Riam Bondes, di Dusun Bondes, Desa Pandan Sembuat, Kecamatan Tayan Hulu, Kabupaten Sanggau. Destinasi ini menjadi tempat wisata alam favorit untuk singgah sejenak, merelaksasi tubuh ini dari rasa letih sepanjang berkendara dari kota Pontianak yang membutuhkan waktu dua jam perjalanan. Masuknya gratis, dan tentu dengan fasilitas seadanya, asri dan udaranya sejuk.
Tak lupa di tepian Riam Bondes, adalah menyantap makanan yang dibekali sejak dari kota Pontianak. Nasi bungkus yang lauknya berupa ayam bakar dan sayurnya pucuk ubi di tambah sambal tomat yang khas, rasanya sedap. Hanya dalam hitungan menit, makanan ini ludes disantap. Sembari menikmati sejuknya air terjun pengunungan di Riam Bondes, secangkir kopi panas menambah nikmatnya menyeruput kopi di suasana alam yang indah dan cuaca yang cerah. Kopi menjadi penghangat tubuh dan membuang jauh-jauh rasa letih itu.
Usai beberapa menit beristirahat, saatnya perjalanan dilanjutkan kembali menuju ke Noyan. Sampailah di simpang Kembayan-Balai Sebut, cuaca mulai tak bersahabat. Hujan ringan hingga saat mendekati lokasi yang di tuju, banjir besar sedang terjadi di Kembayan sejak tiga hari. Desa Tanjung Merpati di Kecamatan Kembayan, Kabupaten Sanggau, menjadi titik banjir terparah yang dialami pada tahun 2025 ini.
Jalan-jalan tergenang air antara satu meter hingga 1,5 meter. Sebagian kendaraan yang melewati seperti mobil bisa menerobos genangan air, termasuk sepeda motor banyak nekat menerobos. Namun tak sedikit alami mati mesin akibat kemasukan air dan mogok di jalan. Kali ini, perjalanan tertunda, karena kembali dipikirkan resiko jika alami mogok saat menerobos genangan air. Tak hanya genangan air yang tinggi, arus air lumayan deras dan belum lagi gelombang air dari kendaraan-kendaraan besar yang menerobos banjir seperti truk atau mobil bak terbuka lainnya. Saat itu, ada beberapa rombongan wisatawan dari Pontianak dengan mengendong tas ransel nekat melanjutkan perjalanan meski dengan mendorong sepeda motornya untuk menerobos genangan air.
Akhirnya memilih menunda perjalanan ini ke Dusun Kobuk. Tapi, setelah bermalam di Kembayan, perjalanan dilanjutkan ke Dusun Kobuk, dimulai pada hari Minggu, 2 Februari 2025, dan perjalanan ini dimulai pada pagi hari. Suasana pagi mirip sama dengan perjalanan awal dari kota Pontianak, kabut lembut menemani perjalanan ini dari simpang Kembayan hingga Desa Sejuah, dan tiba memasuki Dusun Telogah sekitar 45 menit karena ada tiga tanjakan yang lumayan tinggi namun jalan yang dilalui berupa jalan aspal, pasir sirtu dan tanah kuning yang apabila hujan akan becek dan licin. Di pintu gerbang Riam Talogah, dan Bukit Talogah masih pagi, dan perjalanan dilanjutkan menuju ke Dusun Kobuk yang hanya menempuh perjalanan sekitar 5 menit dengan melewati satu tanjakan lagi.
Di Dusun Kobuk, Jaka sudah menanti kedatangan untuk merencanakan pendakian pada sore hari. Kenapa sore hari memulai pendakian? Karena, lebih dahulu mempersiapkan perbekalan selama pendakian termasuk peralatan yang mesti dibawa serta menunggu dua rekan, Ariel dan Dita dari Kembayan yang akan bergabung dalam pendakian ini.
Bukit Ningan bukan sekadar destinasi wisata biasa. Ini adalah tempat di mana alam berbicara lewat hijaunya perbukitan, suara angin yang berdesir, dan keramahan masyarakat Dayak Bumate yang menyambut dengan senyum tulus. Dari rumah di kampung Kobuk, puncak Bukit Ningan yang hijau sudah terlihat jelas. Rasanya tak sabar ingin segera mendaki ke puncaknya.
Kawasan ini masih asri, dikelilingi rumah-rumah khas pedesaan yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kota. Udara sejuk yang menyelimuti bukit menjadikannya tempat sempurna bagi siapa saja yang ingin melepaskan penat dan menghirup kebebasan dalam setiap tarikan napasnya.
Bagi pecinta petualangan, Bukit Ningan menawarkan jalur pendakian yang tidak terlalu sulit, sehingga cocok untuk wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam tanpa harus menjadi pendaki profesional.
Setelah dua rekan, Ariel dan Dita tiba di lokasi rumah Jaka, di Dusun Kobuk, jelang malam di tengah guyuran hujan, pendakian pun di mulai pada pukul 18.05 WIB. Sungai yang melewati dusun Kobuk seketika meluap, airnya agak tinggi dan kami berempat berjuang keras melewatinya.
Dari jalur pendakian ini, hanya ada satu sungai besar yang harus disembarangi. Selebihnya, pendakian akan berat karena berjalan kaki dengan melewati tiga rute menantang yaitu undakan-undakan bukit. Setidaknya ada tiga undakan bukit dengan kemiringan bervariasi yang harus ditempuh pendaki. Terlihat mudah, namun cukup melelahkan, terutama saat musim hujan, jalur terasa semakin licin dan becek.
Sepanjang perjalanan, pengunjung akan disuguhi pemandangan yang semakin menawan, dari pepohonan rindang hingga hamparan ilalang yang menari diterpa angin. Jika pendakian malam hari, maka akan ditemani sinar rembulan dan bintang-bintang bercahaya di langit yang memukau.
Setelah melewati trek yang berupa perjalanan menantang dan melelahkan, akhirnya kami tiba di puncak Bukit Ningan pada pukul 22.45 WIB. Artinya kami membutuhkan waktu pendakian yang lumayan lama yakni lima jam lebih. Setibanya di spot kemah, kami langsung mendirikan tenda dan menyalakan api unggun dilanjutkan memasak makanan dan minuman untuk memulihkan tenaga. Setelah bercerita sejenak sembari menyantap hidangan malam, kami pun tak lama masuk ke tenda masing-masing dan tertidur pulas menunggu pagi yang indah dan berharap mendapat momentum yang indah pula.
Lautan Awan dan Kopi Hangat: Perpaduan yang Tak Terlupakan
Salah satu daya tarik utama Bukit Ningan adalah fenomena lautan awan yang menyelimuti lembah di bawahnya. Momen ini paling sering terjadi saat pagi hari, ketika matahari mulai menyingsing dan kabut masih menggelayut di antara perbukitan. Suasana magis ini akan semakin sempurna dengan secangkir kopi hangat di tangan, menciptakan pengalaman yang begitu syahdu dan berkesan.
Meski belum terdapat warung kopi di puncak bukit, pengunjung dapat membawa sendiri peralatan sederhana untuk menyeduh kopi atau teh. Sensasi menyeduh kopi di ketinggian, dengan latar belakang alam yang megah, menjadikan perjalanan ke Bukit Ningan lebih dari sekadar wisata, melainkan sebuah perayaan akan keindahan ciptaan-Nya.
Destinasi yang Cocok untuk Pelepas Penat
Bukit Ningan bukan hanya tentang pemandangan, tetapi juga tentang ketenangan. Tempat ini menawarkan ruang bagi siapa saja yang ingin beristirahat sejenak dari rutinitas, melebur dengan alam, dan mengisi ulang energi. Tak jauh dari sini, terdapat Bukit Talogah yang juga menyajikan panorama perbukitan dengan hamparan ilalang yang luas, menjadikannya pilihan sempurna bagi mereka yang ingin menjelajah lebih jauh.
Bagi wisatawan yang ingin lebih dekat dengan alam, berkemah di puncak bukit bisa menjadi opsi menarik. Dengan langit malam yang dipenuhi bintang dan udara segar yang menyelimuti, Bukit Ningan adalah tempat yang membuat siapa pun betah berlama-lama.
Jelajahi Keindahan Kalimantan Barat
Bukit Ningan adalah bukti bahwa Kalimantan Barat memiliki pesona alam yang luar biasa. Dengan akses yang masih tergolong alami, tempat ini menjadi destinasi impian bagi mereka yang mendambakan ketenangan dan petualangan dalam satu paket lengkap. Tak hanya sekadar wisata alam, Bukit Ningan adalah perjalanan spiritual, di mana setiap langkahnya mengajarkan kita untuk lebih menghargai keindahan bumi yang kita pijak.
Jadi, siapkah Anda untuk menyeruput kopi di atas awan dan menikmati keajaiban Bukit Ningan?. (das)
