PROBOLINGGO, REPORTASE – Dari ratusan jumlah pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi, yang masih bertahan di tenda padepokan yang rata-rata koordinator, sebetulnya mereka takut untuk pulang ke daerah asalnya. Pasalnya, mereka takut dikeroyok oleh pengikut lainnya yang telah menyetorkan uang. Ini diungkapkan oleh Bupati Probolinggo, Puput Tantriana Sari, Jumat (18/11).
Tantri menuturkan, aktifitas para koordinator itu sebelumya menghimpun uang dari masyarakat di daerahnya. Mereka bertahan dipemondokan padepokan karena mereka takut ditagih oleh pengikut lainnya, mereka lari dari tanggung jawab pasca diamankannya guru besarnya (Taat Pribadi).
“Kalau boleh saya menyimpulkan, pengikut yang ada disana itu, pengikut yang ketakutan, serba salah dia. Bukan mencari ketenangan mereka di sana, tapi mereka takut diminta mengembalikan uang yang telah disetor oleh yang bersangkutan,â€kata Tantri, kepada ReportaseNews.
“Di pemondokan padepokan itu, dibuat tempat pengungsian atau tempat persembunyian, oleh kasus yang melilit para koordinator itu,â€sambung isteri anggota DPR RI Komisi VIII ini.
Disinggung apa tindakan Pemkab Probolinggo, soal status quo di padepokan Dimas Kanjeng, Tantri mengatakan, bahwa dirinya tidak mau gegabah untuk mengambil tindakan terhadap mereka. Dari aturan perundang-undangan dan perda kata Tantri, bisa saja untuk memulangkan paksa mereka di tenda.
“Hanya saja kami tidak mau memindahkan permasalahan ini ke sprit yang lebih luas, jadi untuk sementara ini kita biarkan dulu mereka tinggal di tenda padepokan, selama mereka tidak menimbulkan konflik dan permasalahan. Kami lakukan tarik ulur dengan cara pendekatan, agar mereka pulang dengan keinginannya sendiri,â€tutup Tantri.
Sementara saat ini jumlah pengikut Taat Pribadi, ditengarai bertambah. Sebelumnya yang hanya menyisakan 191 orang pengikut, saat ini mulai bertambah lagi. Beberapa orang yang berasal dari luar Jawa mulai berkumpul lagi di tenda padepokan Dimas Kanjeng.(dic)