Menu

Mode Gelap

Hukum · 18 Okt 2016 18:22 WIB ·

Cerita Sosok Taat Pribadi Sebelum Mendirikan Padepokan Dimas Kanjeng


					Taat Pribadi dengan baju kebesarannya. Perbesar

Taat Pribadi dengan baju kebesarannya.

PROBOLINGGO, REPORTASE – Sosok Dimas Kanjeng Taat Pribadi, sebelum mendirikan padepokan dan terkenal dengan kemampuan menggandakan uang ternyata pernah menjadi pengurus Yayasan Amalillah.

Yayasan Amalillah adalah sebuah yayasan yang didirikan tahun 1999 dengan Ketua Umum Raden Aiyon Suharis Restuningrat alias Agus Winarto. Aktivitas yayasan ini menggalang dana dari ratusan ribu orang dan dijanjikan akan kembali ke masyarakat dalam bentuk modal kerja.

Informasi yang berhasil dihimpun, dalam kurun waktu 2006 sampai 2008, pengurus Yayasan Amalillah disejumlah kota ditangkap polisi atas laporan penipuan dari masyarakat. April 2008, Raden Aiyon sebagai pimpinan pusat Amalillah ditangkap Kepolisian Daerah Jawa Barat. Tahun 2015 Raden Aiyon dikabarkan meninggal dunia.

Tidak diketahui apakah Taat juga tersangkut penipuan dan penggelapan oleh Yayasan Amalillah. Setelah aktivitas Amalillah meredup, Taat yang dikenal suka berguru ke sejumlah guru spiritual, mulai merintis padepokan yang kemudian diberi nama Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.

“Padepokan mulai dirintis tahun 2007 bersama tiga orang yang disebut sebagai santrinya,” kata salah satu sumber yang enggan disebutkan namanya.

Kapolres Probolinggo, AKBP Arman Asmara Syarifuddin, megungkapkan tiga orang yang jadi orang kepercayaan Taat itu antara lain Abdul Gani, Ismail Hidayah, dan Ainul Yaqin. Namun akhirnya Gani dan Ismail dibunuh oleh sejumlah orang atas perintah Taat.

“Keduanya dibunuh karena diduga menyimpan banyak rahasia padepokan yang selama ini melakukan penipuan dengan modus penggandaan uang,” kata Arman, kepada wartawan, saat ditemui diruang kerjanya, Selasa (18/10).

Sementara dikatakan Supriyono, Kepala Desa Gading Wetan, pihaknya membenarkan adanya Yayasan Amalillah tersebut. Bahkan kata dia, jumlah pesertanya mencapai ratusan ribu orang dari berbagai daerah.

“Sebelum terbentuk padepokan ini ada Yayasan Amalillah, waktu itu sekitar tahun 2006. Dan warga disini tidak tahu siapa ketuanya, apakah Dimas Kanjeng atau orang lain, tapi yang jelas orang-orang sebagian menyetorkan ke Dimas Kanjeng,” jelas Supriyono.

Senin (17/10) kemarin, Marwah Daud Ibrahim diperiksa tim penyidik Polda Jatim. Marwah diperiksa terkait posisinya sebagai Ketua Yayasan Keraton Kesultanan Sri Raja Prabu Rajasa Nagara. Yayasan ini bergerak di bidang budaya dan sosial.

Sedangkan Taat Pribadi, saat ini sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan dan penipuan dengan modus penggandaan uang. (DK)

 

 

Komentar

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

BNN Ungkap Peredaran 2,76 kg Heroin, 9 9,83 kg Sabu-sabu, dan 114,23 kg Ganja

4 Oktober 2024 - 14:37 WIB

Jelang Perayaan HUT Ke-79, Panglima TNI dan Kapolri Gelar Doa Bersama di Monas

3 Oktober 2024 - 20:15 WIB

Merasa Tak Adil, Puluhan Nakes RSUD Ahmad Ripin Muaro Jambi Datangi Kantor Bupati

3 Oktober 2024 - 19:12 WIB

4 Pemuda ditetapkan sebagai Tersangka Penganiayaan Anak hingga Tewas karena Mencuri

3 Oktober 2024 - 18:43 WIB

Momen Hari Batik Nasional 2024, Smart Batik Kerjasama dengan Forum Nasional Guru Penggerak Ciptakan Batik Guru Penggerak Nasional

3 Oktober 2024 - 18:35 WIB

Minati Produk Batik Sawit Smart Batik, Thomas Djiwandono: Produknya Bagus dan Harus Terus Dikembangkan

3 Oktober 2024 - 18:31 WIB

Trending di Daerah