Menu

Mode Gelap

Nasional · 21 Des 2016 14:10 WIB ·

Dahsyatnya Keuntungan Pengembang Reklamasi


					Proyek pengerjaan reklamasi / foto istimewa Perbesar

Proyek pengerjaan reklamasi / foto istimewa

Liputan Khusus Reklamasi bagian 2

Jakarta, reportasenews.com -Pengembang reklamasi bagian Giant Sea Wall bisa mengantongi keuntungan Rp 20 juta per meter persegi, dari setiap lahan yang dikuasainya. Soalnya, harga pasir untuk reklamasi hanya seharga sebungkus rokok filter per meter kubiknya.

Menurut hitung-hitungan pakar kelautan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Muslim Muin Ph.D, keuntungan pengembang reklamasi pantai Teluk Jakarta luar biasa besarnya.

“Biaya menguruk reklamasi itu paling mahal  10 dollar AS (Rp 135 ribu) per meter kubik, sementara mereka membeli harga pasir urugan dari pemasok hanya Rp 13.500. Ada disparitas harga pasir Rp 121 ribu, jelas keuntungan awal sudah tinggi banget,” kata Muslim, ketika dihubungi reportasenews.com di Bandung.

(baca: Kemewahan Hidup di Pulau Buatan)

Mereklamasi pantai agar layak huni harus mempertimbangkan kondisi pasang surut, gelombang, settlement dan lain-lain. Untuk di Teluk Jakarta, cukup menguruk 6 meter.

“Artinya biaya reklamasi sekitar 60 dolar AS (Rp 810 ribu M2). Lalu dijual 25 juta rupiah per meter persegi. Dikurangi biaya izin, suap sana-sini dan lain-lain sekitar 4 juta rupiah, paling tidak pengembang untung sekitar 20 juta rupiah per meternya kan, ” Jelasnya.

Dari rencana reklamasi Teluk Jakarta, akan tercipta lahan baru mencapai 5.176 hektare yang menjadi tempat tinggal dan kerja bagi sekitar 1,5 juta orang-2,5 juta orang.

Reklamasi Teluk Jakarta dilakukan dengan membangun 17 pulau baru. Pulau G salah satunya. Pulau ini dikelola dan dikembangkan oleh PT Muara Wisesa Samudra, anak perusahaan PT Agung Podomoro Land.

Pulau G merupakan salah satu pulau reklamasi di kawasan Jakarta Utara yang luasnya mencapai 161 hektare.

Artinya, jika lahan di Pulau G 161 ha sama dengan 1.610.000 M2. Maka keuntungan yang akan didapat PT Agung Podomoro Land, sebesar  1.610.000 x  Rp 30  juta = Rp 48,3 triliun.

“Itu baru keuntungan dari reklamasi, belum dengan keuntungan lainnya,” jelas Muslim.

Meski menarik bagi pengembang, pembangunan lahan di atas laut tersebut tidak bisa dikatakan murah.

Bahkan, Executive Marketing Director PT Muara Wisesa Samudra, Matius Jusuf, memperkirakan, harga lahan rekayasa sekitar Rp 10 juta per meter kubik dengan kedalaman 7,5 meter.

tabel-estimasi-keuntungan

Bagi Muslim yang juga Ketua Kelompok Keahlian Teknik Kelautan ITB,  proyek yang menelan dana lebih dari 280 triliun rupiah tersebut bukan merupakan solusi permasalahan banjir dan penurunan tanah yang terjadi di Jakarta.

“Selain biaya yang mahal ditambah biaya operasional yang belum dihitung, dampak Giant Sea Wall ke depannya justru malah akan memperparah banjir di Jakarta, merusak lingkungan laut Teluk Jakarta, mempercepat pendangkalan sungai, mengancam sektor perikanan lokal, dan menyebabkan permasalahan sosial. Ini dampak nyata. Jadi bukan soal duit saja,” ungkapnya.

Dalam kajian yang dilakukannya, Giant Sea Wall akan menyebabkan kecepatan air sungai berkurang akibat jauhnya muka air untuk mengalirkan air.

Terdapat tiga belas sungai sungai yang bermuara di Teluk Jakarta sehingga bisa diperkirakan bahwa debit airnya tidak sedikit. Menurut Muslim, masalah ini hampir tidak mungkin diselesaikan dengan menambah lebar sungai karena pemukiman yang menempel di sisi sungai.

Satunya-satunya cara yang dapat dilakukan adalah melakukan pengerukan sungai untuk mengurangi laju sedimentasi. Jika pengerukan sungai ini tidak rutin,dengan konsekuensi adanya tambahan biaya operasional, maka yang akan terjadi adalah banjir.

“Saya tidak pernah menolak reklamasisi, kecuali di Teluk Jakarta dan Teluk Benoa,” tegasnya.

Ilustrasi reklamasi Teluk Jakarta / foto istimewa

Ilustrasi reklamasi Teluk Jakarta / foto istimewa

Proyek reklamasi di Teluk Jakarta,  agaknya perlu dikaji ulang. Giant Sea Wall bukanlah solusi yang tepat.

Muslim mengusulkan alternatif lain yaitu River Dike, yaitu pembuatan tanggul sepanjang pantai pada daerah yang mengalami penurunan tanah atau subsidence dan mempertinggi tanggul sungai.

“Tanggul tersebut dirancang dengan menancapkan tiang-tiang kedalam tanah terlebih dahulu, sehingga kontruksi kuat, walaupun terjadi subsidence namun tanggul tetap akan berdiri,” tukas Muslim.

Rancangan ini murah dan tidak menutup fasilitas yang ada. (tat)

 

 

Komentar

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Gegara Nyulut Rokok Saat Istrinya Tuangkan Pertalite, Rumah Warga Situbondo Terbakar

7 Desember 2024 - 13:32 WIB

Ratusan Rumah Warga di Kecamatan Mangaran, Tergenang Air Setinggi Lutut

6 Desember 2024 - 22:27 WIB

Pj Gubernur Sultra Tinjau Bedah Perdana Pintas Arteri Koroner di RS Jantung Oputa Yi Koo

6 Desember 2024 - 22:12 WIB

Jalan Raya Banyuglugur Banjir, Jalur Pantura Situbondo-Probolinggo Sempat Macet

6 Desember 2024 - 20:00 WIB

Pasca 2 Insiden Penembakan Oknum Polisi, Polres Situbondo Periksa 44 Senpi Anggotanya

6 Desember 2024 - 19:56 WIB

Polres Langkat Ungkap Kasus Pencurian Besi Jembatan Tanjungpura

6 Desember 2024 - 17:35 WIB

Trending di Daerah