Probolinggo, reportasenews.com – Inilah Desa yang tak pernah teraliri listrik dari PLN sejak zaman dahulu hingga sekarang. Desa ini terletak di dataran tinggi di kaki Gunung Argopuro di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Adalah Desa Kedungsumur, Kecamatan Pakuniran.
Jika dari pusat Kota Krakasaan Kabupaten setempat, desa pegunungan ini jika ditempuh perjalanan ke desa yang terletak di kaki Gunung Argopuro ini, berjarak sekitar 21 kilometer.
Desa Kedungsumur, yang mempunyai 5 Dusun ini, yakni Dusun Kedungsumur, Kalianyar, Krakjan, Tanian Lanjeng dan Dusun Kohtengah, hingga saat ini warga yang bermukim disana belum pernah merasakan aliran listrik dari PLN.
Lima Dusun tersebut mempunyai 26 unit Mikrohidro. Per unit Mikrohidro mempunyai Watt bervariasi, ada yang memiliki 3000 Watt, dan 5000 Watt. Yang 3000 Watt mampu mengaliri listrik sebanyak 10 kepala keluarga (KK), sedangkan yang 5000 Watt mampu mengaliri 15 KK. Mikrohidro atau Kincir air tersebut disebar di di beberapa anak sungai dari aliran sungai Gunung Argopuro.
Sejak zaman dulu, warga hanya memanfaatkan lampu tempel tradisional berbahan sumbu dan minyak tanah.warga sedikit lega dan bisa menikmati terang ketika malam hari berkat adanya alat Mikrohidro atau kincir air. Warga merasakannya sejak tahun 2009 lalu hingga sekarang. Namun, karena Watt dari alat tersebut terbatas, warga hanya bisa menggunakan kekuatan alat itu sekedarnya.
Dari keterangan warga yang dihimpun, jika kincir air itu sudah terbawa banjir saat musm hujan, maka seluruh warga harus menikmati gelap gulita di pemukimannya, dan mereka harus kembali menggunakan lampu tradisional dari minyak tanah, sampai ada kincir air baru atau setelah diperbaiki untuk kincir air yang rusak.
Setiap memasuki musim hujan, warga mulai resah dan khawatir, seperti memasuki musim hujan tahun ini. Pasalnya, jika musim hujan tiba, alat Mikrohidro yang berada di sungai dengan memanfaatkan aliran air untuk memutar kipas alat itu, sering kali sebagian rusak parah karena dinamo kemasukan air, dan sebagian terbawa arus air atau banjir.
Jika Kincir air tersebut terbawa banjir atau rusak saat musim hujan, sistem perekonomian warga serta belajar mengajar di sekolah di Desa tersebut terhambat. Karena, hasil aliran listrik dari Kincir air itu, oleh warga bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti memasak dengan magic com, lampu, dan televisi, serta kebutuhan elektronik di sekolah.
“Sejak dahulu Desa ini tak pernah ada listrik dari PLN. Kita pakai lampu tempel dari minyak tanah. Baru dari 2009 lalu ada bantuan Kincir air dari PT. Swasta dan perorangan. Tapi, Kalau hampir musim hujan, kita disini mulai resah, karena sering kali Kincir air itu rusak dan ada juga yang terbawa banjir, karena disini kalau hujan sering banjir bandang,”tutur Hasan, warga setempat, Selasa (14/11).
Hasan mengatakan, warga sebetulnya ingin aliran listrik yang dari PLN, agar warga puas menikmati terangnya aliran listrik ketika malam hari, terutama di jalan. Karena jalan, di Desa itu seluruhnya gelap gulita tanpa ada penerangan. Aktivitas warga dan anak sekolah juga terhambat ketika listridari Kincir air itu mati.
Sementara itu Silahol, salah satu perangkat Desa mengatakan. Keinginan warga di Desanya sangat luar biasa. Warga menginginkan jalanan Desa yang gelap gulita ada penerangan, warga juga ingin mengikuti zaman sekarang dengan menggunakan handphone. Di Desanya, kata Silahol, Hndphone tak bisa digunakan karena tidak ada sinyal, warga harus turun ke dataran rendah yang teraliri listrik jika ingin menggunakan handphonenya.
“Mikrohidro tidak seberapa kemampuannya, warga ingin listrik dari PLN. Agar warga disini perekonomiannya lancar, untuk siswa pelajar MI dan SD juga lancar. Apa lagi kalau Mikrohidro itu terbawa banjir, semua aktivitas disini terhambat,”paparnya.
Warga berharap, pemerintah memperhatikan keluhannya untuk mengupayakan agar listrik dari PLN masuk ke Desa tersebut, karena di Desa Kedungsumur itu, banyak potensi yang harus dikembangkan untuk kedepannya.(dic)