PERISTIWA ini terjadi saat saat aku dan teman-temanku mendaki Gunung Merbabu, Jawa Tengah, Agustus 2017 lalu. Saat itu aku mendaki Gunung Merbabu bersama 17 temanku satu kampung halaman. Guna keperluan itu mulai dari tiket kereta api pulang pergi (pp) sampai perlengkapan sudah rapih dipersiapkan. Pendakian kali ini adalah pendakian keduaku, via jalur basecamp Suwanting.
Singkat cerita, kami berangkat dari jakarta pukul 20.10 WIB menuju Stasiun Pasar Senen dengan menggunakan kereta api yg kebetulan memberikan gratis biaya transportasi KA lokal hehehe…
Kira-kira pukul 21.30 WIB. kami sudah tiba di Stasiun Senen untuk menunggu keberangkatan kereta yang akan mengantarkan kami ke Kota Semarang pukul 23.00 WIB.
Sambil menunggu jadwal keberangkatan, kami asik bercanda dan mengisi perut agar tidak kelaparan nanti di dalam kereta (efek backpacker gak mau beli makan di dalam kereta yg harganya lumayan hehehe….) dan akhirnya kami pun berangkat menuju semarang.
Jakarta-Semarang ditempuh dengan waktu kurang lebih tujuh jam. Sesampainya di Stasiun Semarang Tawang kami sudah ditunggu oleh mobil yang kami sewa untuk mengantarkan kami sampai di basecamp pendakian.
Pukul 07.00 WIB, kami memulai perjalanan dari stasiun menuju basecamp. Di perjalan menuju basecamp kami mampir di suatu pasar untuk melengkapi sebagian logistik yangg masih kurang.
Hingga pukul 10.30 WIB kami sampai di basecamp pendakian, karena keadaan lelah akibat perjalanan, akhirnya kami memutuskan untuk beristiraht sambil menunggu Salat Jumat dan mengurus izin pendakian.
Usai Salat Jumat kami packing ulang untuk mengecek sebelum mempersiapkan diri untuk memulai pendakian. Pukul 14.00 WIB kami melakukan pemanasan dan dimulailah pendakian kami. Diawal pendakian aku belum merasakan kejanggalan apapun. Namun di pos 1, Lembah Lempung aku mulai merasakan suasana yg sedikit mencekam.
Aku memutuskan membalap teman-temanku yang di depan agar cepat bisa istirahat. Kurang lebih dua jam akhirnya aku sampai di pos 2 dengan lima kawanku terlebih dahulu. Dan kami memutuskan istirahat sambil menunggu yg lain.
Hampir satu jam teman-tamanku belum juga datang dan akhirnya aku putuskan untuk menjemputnya .. benar saja ada satu kawanku yang mulai keletihan. Akhirnya aku membawakan tasnya.
Udara semakin senja semakin mencekam. Setelah berkumpul semua kami putus kan untuk menyeduh kopi dan teh. sekitar pukul 17.45 WIB kami lanjutkan perjalanan lumayan mengisi waktu sebelum datang Magrib.
Sosok Hitam di Lembah Manding
Waktu itu, sekitar 15 menit kami berjalan dan tibalah di pintu Lembah Manding. sambil menunggu waktu magrib berlalu. aku mengingatkan teman-temanku yang menggunakan kerincingan di tas untuk di sembunyikan waktu melewati Lembah Manding ini.
Sebelumnya warga setempat telah memperingatkan jika melewati Lembah Manding harus salam dan jangan ada bunyi kerincingan.
Hawa saat Magrib benar-benar bikin suasana makin mistis. Perasaanku makin tak karuan. hampir setengah jam kami istirahat di sini sebelum melanjutkan perjalanan.
Lalu kami lanjutkan perjalanan. Tiga temanku, satu persatu mulai merasa kelelahan, hingga di pertengahan Lembah Manding, satu temanku yang baru pertama kali mendaki meminta untuk di bukakan tenda untuk beristrahat.
Kami putuskan, termasuk saya dan tiga teman lainnya menemani teman saya yang sakit. Sementara sisanya melanjutkan perjalanan. Berhubung cuma ada satu tenda berkapasitas dua orang, bertiga akhirnya menunggu di luar bertiga, saya, Oji dan Wongki dan ditenda teman saya yang sakit dan raw.
Saat itu jam menunjukan pukul 20.00 WIB perut kami pun mulai terasa lapar, untungnya kami memoersiapkan tiga bungkus mie instan yang segera saya masak untuk mengisi perut.
Udara pun semakin dingin dan di sinilah semua bermula tiba-tiba aku didatangi sesosok hitam dan suara pijakan kaki dan gemerincing suara lonceng seringkali hadir, aku berpikir ada rombongan yg naik tapi ternyata tidak. Dan aku putuskan untuk menyimpannya sendiri agar tidak menimbulkan kepanikan.
Tiga jam berlalu pikiranku makin tidak karuan memikirkan rombongan yg diatas dan akhirnya aku membangunkan teman-teman untuk melanjutkan perjalanan. Pukul 23.00 WIB kami melanjutkan perjalanan, aku pun masih terbayang-bayang sosok hitam tadi.
Kami pun terus berjalan, hingga satu jam perjalanan ada dua temanku teriak memanggil namaku dan memberitahu bahwa satu teman kami mengalami semi hypo.
Tanpa berpikir panjang akupun memaksakan diri untuk mempercepat pergerakan jalan dan sesampainya di tempat temanku aku dikagetkan dengan sesok wanita hitam berdiri tepat diatas pohon yg ada di kepalanya aku pun langsung mencoba menenangkan dia dan sambil memohon semoga diberi kesembuhan. dan Alhamdulillah akhirnya dia sadar dan bisa kembali jalan.
Akhirnya kami berjalan kembali untuk mencari tempat mendirikan tenda. Sekitar 15 menit perjalanan kami mendapatkan posisi walaupun sedikit miring dan tidak bisa mendirikian tenda berdekatan. Setelah selesai mendirikan tenda saya memasak nasi dan air hangat untuk mengisi perut.
Diikuti Sosok Hitam
Tenda kami yg bisa terpasang hanya empat buah karena tidak muat akhirnya saya memutuskan memasang hammock di luar. Malam makin mencekam disaat semua tertidur pulas saya masih asik di atas hammock memandangi langit yg begitu indah di hiasi bintang sampai aku tertidur.
Sekitar pukul 02.00 WIB, aku terbangun karena hammocku bergoyang kencang aku berpikir angin yang menerjang akan tetapi suasana ternyata adem tanpa angin. Aku pun lanjut berbaring lagi namun terjadi lagi.
Ketika aku hendak turun dari hammock aku di kagetkan dengan sosok hitam besar persis di pohon tempat aku mengikat tali hammock. Aku pun langsung melompat dan buru-buru masuk ke dalam tenda dan membangunkan temanku.
Temanku yg sedang tertidur pulas tiba-tiba terkaget bangun dan langsung menunjuk ke arah ku dengan menyebut gondoruwo sambil berteriak. Aku pun reflek menamparnya dan dia terbangun langsung mengucap Istighfar.
Kaminpun bercakap sebentar sampai akhirnya kami tidur dengan posisi duduk karena tenda yg tidak muat. Akhirnya pagi pun tiba selesai masak kamipun melanjutkan perjalanan untuk melintasi puncak dan turun melalu jalur yg berbeda.
Sekitar tiga jam perjalanan akhirnya kami sampai di puncak setelah asik berfoto ria kami pun melanjutjan perjalan dan berharap sudah bisa sampai desa sebelum gelap.
Melalui jalur Gancik atau yg lebih dikenal dengan Selo Baru, kami memilih jalur turun. Kondisi badan yang sudah mulai lemah karena kurang istirahat kamipun melambat dan banyak istirahatnya.
Baru sampai pos 3 suara Adzan Magribpun terdengar, kami memutuskan untuk beristirahat dan salat. Setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan sekitar pukul 20.00 WIB, kami tiba di pos 2 di jalur ini banyak hal-hal aneh yang kami jumpai dari suara jejak kaki pendaki tapi tidak ada orangnya, sampai temanku yang posisi jalannya terakhir ditarik-tarik tasnya dari belakang padahal dibelakang dia tidak ada satu orangpun.
Dengan sedikit mempercepat jalan kami pun ingin segera sampai di pos 1, kami pun seperti orang balapan jalan biar cepat sampai. Rasa lelah pun tak tertahankan hingga satu temanku berjalan sambil ngesot saat perjalanan kurang 100 meter dari pos 1.
Setelah sampai di pos 1, kami memutuskan naik ojek yang memang sudah ada di sini untuk mengantar ke basecamp. Singkat cerita kamipun sampai di basecamp dan langsung bersih-bersih dan memesan makan dan minum hangat sambil bercerita.
Dan ternyata hal aneh bukan hanya saya yg merasakan ada dua teman juga melihat hal-hal aneh. selesai makan akhirnya kami istirahat untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Jakarta besok harinya.(joank)