Situbondo, reportasenews.com – Puluhan petani tebu yang giling ke Pabrik Gula (PG) Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, mengeluhkan pelayanan pabrik gula yang dinilai tidak berpihak kepada petani tebu kecil.
Pasalnya, memasuki musim tebang tebu milik para petani hingga belasan haritidak ditebang, dengan alasan yang tidak jelas.
Permasalahan klasik ini menuai protes karena ada indikasi permainan. Dugaan sementara, oknum PG Asembagus, Situbondo dalam mengeluarkan Surat Perintah Angkut (SPA) lebih mengutamakan petani yang memiliki lahan lebih luas. Sedangkan petani kecil dibiarkan tebunya hingga berhari-hari tidak ditebang.
Ketua Gerakan Pembela Petani Tebu Rakyat (GPPTR) Kabupaten Situbondo, Fathul Bari mengatakan, berdasarkan laporan yang diterimanya, petani sangat sulit mendapatkan SPA.
“Indikasi permainan SPA sangat terlihat. SPA tidak disebarkan, tapi diberikan kepada para petani yang mempunyai lahan besar,” ujar Fathul Bari, Rabu (9/8).
Menurutnya, dugaan sementara, ada keberpihakan pihak PG kepada kelompok petani tertentu. Hal ini jelas tidak fair. Sebab, dengan masa antrean yang lama, tebu yang sudah tebang akan kering.
Hal tersebut berpengaruh terhadap kualitas tebu yang akan digiling karena bisa mengurangi berat tebu. “Kalau tebu sudah kering, ujung-ujungnya petani yang dirugikan,” bebernya.
Fathul mengatakan, sebetulnya persoalan itu merupakan masalah klasik, karena hal itu terjadi tiap musim giling. Oleh karena itulah, tahun ini tidak seharusnya terjadi lagi.
“Artinya tidak ada usaha pembenahan dari PG. Kok bisa masalah yang sama tetap muncul,” katanya.
Terkait dengan hal itu, GPPTR langsung mendatangi PG Asembagus, untuk menanyakan langsung ke manajemen PG Asembagus. Hal serupanya juga pernah dilakukan GPPTR tahun lalu.
Tuntutannya sama, PG diminta memberikan pelayanan seharusnya terjadi lagi. “Artinya tidak ada usaha pembenahan dari PG. Kok bisa masalah yang sama tetap muncul,” katanya.
“Kami menuntut PG Asembagus untuk memberikan pelayanan yang baik kepada para petani dengan tidak mendiskriminasi kelompok tani tertentu,” kata pria yang berprofesi sebagai pengacara.
Sementara itu, manager tanam PG Asembagus, Imam Fauzi membantah kalau ada permainan SPA. Masalah antrean kendaraan hingga belasan hari, ini disebabkan karena kemampuan tebang petani lebih tinggi dari kapasitas giling PG Asembagus.
“Kapasitas giling 3.000 TCD (Ton Can per Day) per hari. Sedangkan kemampuan tebang petani 4.000 TCD. Jadi, setiap hari kami kelebihan kemampuan tebang 1.000 TCD,” ujarnya.
Sehingga dengan kondisi itu membuat tidak semua tebu bisa langsung giling. Di satu sisi, petani tetap ngotot tebang sendiri. Padahal, dari PG sudah menentukan jatah SPA. “Petani melanggar dari aturan yang ditetapkan PG,” terangnya.
Dalam ketentuan tebang, ada istilah rencana harian. Di situ sudah ditetapkan siapa saja serta ada di urutan periode keberapa bisa melakukan tebang. Dalam kenyataannya, petani kerap tidak mematuhi rencana harian tersebut.
“Seharusnya lebih sabar menunggu urutannya, jangan ditebang dulu dan menyesuaikan dengan jatah hariannya,” elak Imam.(fat)