Liputan Khusus Reklamasi
Singapura, reportasenews.com – Ketika akan mendarat di Bandara Changi, Singapura, pesawat sepertinya tidak langsung bisa langsung mendarat tapi mengitasi negara mini itu dulu. Nah, ketika memutari langitnya itu, mau tak mau penumpang melihat Marina Bay Sands Hotel, menjulang di sisi timur pantai Singapura.
Bangunan masif setinggi 200 meter itu menjulang megah dan dramatis dari angkasa. Ikonik, seperti perahu layar raksasa.
ReportaseNews sempat menduga sepertinya ada “kewajiban” para pilot untuk mengitari langit Singapura, memberikan kesempatan penumpang menyaksikan bangunan ikonik itu, sebelum mendarat di Bandara Changi yang bersih dan wangi itu.
Masalah lahan, memang sangat terbatas di Singapuran. Luas lahan “aslinya” negara mungil ini hanya 687 km persegi (Kota Jakarta 661 km persegi). Namun di Singapura, terus-menerus menghadapi tantangan untuk menampung populasi penduduknya yang tiap tahun bertambah 4,9 juta orang.
Oleh karena itu, perencanaan kota sangat penting dalam kasus ini. Selain itu, Singapura berupaya menciptakan ruang hidup yang menarik, ditinggali dan berkelanjutan bagi warganya.
Jadi, bagaimana cara memecahkan masalah kendala tanah?
Pertama, Singapura telah mencoba untuk memaksimalkan penggunaan lahan. Karena memang mau tak mau orang Singapura harus berpikir kreatif menciptakan hunian yang efisien, agar tidak ada lahan yang terbuang percuma.
Hal pertama yang di desain, dengan menggapai awan. Sebab, dengan membangun ke atas sejumlah besar orang dapat ditampung di gedung-gedung ini .
Selain membangun ke atas, tentu saja mereka juga dapat membangun ke bawah, tetapi metode itu lebih kompleks dan mahal karena mengharuskan menggali tanah. Perhitungannya, ruangan di bawah tanah bisa untuk bisnis, maka lahan di atasnya bisa digunakan untuk fasilitas lainnya.
Banyak terowongan, lorong-lorong dan stasiun kereta api (MRT) yang dibangun di bawah tanah. Beberapa pusat perbelanjaan, seperti CityLink Mall, di Orchard Road, dibangun di bawah tanah.
Kedua, cara lain untuk mengatasi kendala lahan di Singapura adalah dengan reklamasi. Singapura sejak tahun 1960 an, telah mereklamasi sekitar 70 km persegi. Lahan reklamasi itu telah banyak digunakan untuk komplek pemukiman, jalan raya, fasilitas umum dan fasilitas rekreasi. Termasuk jaringan jalan raya dari Kawasang Changi hingga Marina Bays Sands.
Proyek reklamasi yang dilakukan, pertama menguruk lahan-lahan di pinggir pantai, rawa-rawa dan pulau-pulau kecil yang berdekatan.
Tanah urugan reklamasi diambil dengan memapras bukit-bukit di Bedok, Siglap, Tampines dan Jurong. Tak heran, Kota Singapura saat ini terlihat hampir datar karena bukit-bukitnya sudah dikeruk bertahun-tahun.
Dalam beberapa tahun terakhir, proyek reklamasi menggunakan pasir laut. Entah pasir itu disedot dari dasar laut atau mengimpor pasir dari Indonesia.
Proyek Reklamasi Raksasa
Sejak tahun 2015 lalu, pemerintah Singapura telah memulai proyek reklamasi raksasa di Pantai Timur. Proyek yang akan menguruk pantai dari Bedok hingga Tanjong , akan dibagi dalam 2 fase pengerjaan yang diharapkan mampu menampung pemukiman untuk 200 ribu orang.
Situs The Sunday Times menyebutkan, reklamasi raksasa itu merupakan hasil studi sejak tahun 1961 lalu dan perlahan-lahan dikerjakan.
“Kami telah mengubah garis batas Singapura, termasuk garis pantai di peta,” jelas Menteri Pembangunan Nasional Singapura Lim Kin San.
Di Wilayah Bedok, telah berhasil direklamasi seluas 19 hektar dan akan ditingkatkan lagi hinga mencapai luas 1500 hektar. Pemerintah SIngapura telah mengalokasikan dana hingga 600 juta dolar Singapura, guna membiayai proyek raksasa itu.
Makin ke Tengah Laut
Semakin tahun, proyek reklamasi pantai semakin tinggi tingkat kesulitanya. Jika sebelumnya mereka hanya menguruk laut yang dalamnya 5-10 meter, sekarang mereka harus menjelajah hingga kedalaman laut 15 meter bahkan lebih.
“Ada kebutuhan mempertahankan alur laut, membangun pelabuhan baru yang lebih luas untuk menampung kapal-kapal yang makin besar ukurannya,” kata Lim Kin San.
Kebutuhan reklamasi yang tinggi, serta makin mahalnya proyek reklamasi. Singapura menghadapi dilema menyediakan pemukiman bagi penduduknya.
Menurut penelitian pemerintah Singapura, harus ditemukan metode-metode baru dalam mereklamasi laut untuk menampung pertambahan penduduk dan kebutuhan pengembangan ekonomi.
Kesimpulannya, Singapura memang berhasil dalam mengatasi kendala lahan. Dengan memaksimalkan penggunaan lahan, banyak ruang dihasilkan dengan membangun bangunan tinggi atau mengebor bumi. Reklamasi juga masih menjadi prioritas penambahan lahan.
Diperkirakan luas wilayah Singapura akan meningkat sekitar lain 100 kilometer persegi pada tahun 2030.
Meskipun biaya reklamasi terus meningkat, hal ini tetap menjadi solusi ideal mengatasi masalah keterbatasan lahan. Oleh karena itu, Singapura bisa dikatakan sukses dalam memecahkan kendala lahan. (tat).