Kupang, reportasenews.com- Esok pukul dua belas siang Bapak saya dimakamkan di TPU Fatukowa Kupang, NTT.
Harusnya Bapak dimakamkan Minggu (26/2), lubang yang terletak paling ujung sudah digali dan dicor. Namun posisi makam yang berada di ujung itu terkesan kalau Bapak bersemayam di sudut tersembunyi dan senyap, tak diketahui siapa pun.
Melihat posisi itu pihak keluarga kurang setuju, kemudian atas campur tangan Gubernur NTT Frans Leburaya, Walikota dan jajaran Pemerintah Daerah, lubang digali lagi di jejeran terdepan yang memudahkan masyarakat pencinta sastra dapat langsung melihat makam Bapak.
Berkaitan dengan pemakaman, hampir seluruh komunitas sastra dan sastrawan NTT menginginkan Bapak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Darmaloka Kupang. Keinginan mereka didasarkan tentang kiprah Bapak yang menjadi pionir sastra NTT hingga ke manca negara.
Namun untuk dimakamkan di situ tidak mudah, menurut sang gubernur yang datang menengok jasad Bapak, ada prosedur yang harus diikuti, salah satunya berkaitan dengan pembelaan negara, itu butuh proses yang cukup lama. Dan akhirnya nama Bapak dijadikan nama Taman Budaya Gerson Poyk. Itu lebih bermanfaat, sebab setiap saat namanya akan disebut dan dikenang warga NTT, demikian pendapat Gubernur, Wklnya, yang datang menjenguk Bapak.
Oke, akan di mana pun Bapak dimakamkan, menurut saya jika Bapak tahu, ia pasti tidak mempermasalahkan itu. Sebab semasa hidup tidur di terminal bis pun jadi. Orang akan selalu mengenang karya dan apa pun yang ia lakukan selama hidupnya dan semua yang berkaitan dengan dunia literasi.
Bapak saya, Gerson Poyk, tak akan pernah kembali dalam bentuk fisik. Mungkin puluhan tahun lagi baru akan muncul sosok seperti ayah saya. Namun dalam sikap dan jiwa sosial yang dimilikinya, saya meyakini jarang yang seperti dia, karena saya saksi hidup hari lepas hari apa yang Bapak lakukan.
Di sini, di Kupang, Bapak akan dimakamkan. Pemberitaan yang terus-menerus tentangnya di berbagai media di Kupang NTT menjadi gaung yang menggelitik masyarakat NTT, juga para pejabatnya bahwa Bapak bukan sekedar laki-laki asal Pulau Rote, yang telah mengukir penanya di jagad sastra Indonesia dan khususnya NTT tanpa ‘greget’ yang mumpuni.
Ketika hidup masih banyak yang tak tahu siapa dia, setelah tiada, mereka baru tahu Bapak adalah perintis sastra, jurnalistik dan dunia literasi NTT.
Gegar yang terjadi memang sudah terlambat, namun itu biasa. Hal-hal yang berkaitan dengan melawan lupa, kadang sulit untuk dilakukan. Bapak sudah menemukan kembali jalan untuk pulang, jalan di mana keringat, kenangan dan kisah masa lalu yang telah memberikan ribuan cinta yang memperkaya ruang imajinya.
Selamat jalan Bapakku sayang…
Terima kasih bagi seluruh sahabat yang sudah membantu Bapak baik dalam masa sakitnya hingga ia menuntaskan waktu yang berdetak di denyut nadinya….salam sastra, penuh cinta dari Bapak saya yang sederhana Gerson Poyk…(fanny poyk)