FILM ‘Duka Sedalam Cinta’ (DSC) kini sedang diputar di berbagai kota di Indonesia, film besutan sutradara Firman Syah itu rupanya banyak menarik minat dari berbagi kalangan untuk datang ke gedung bioskop.
Salah satu yang menyedot perhatian yakni bintangnya Hamas Syahid merupakan seorang penghafal Alquran atau Hafidz.
“Kami menantikan film ini dari setahun lalu dan siap dengan daftar penonton. Bahkan mereka telah mengumpukan uang untuk membeli tiket,” ujar Nur Imam, seorang guru di Gorontalo.
“Tahun lalu penonton film ‘Ketika Mas Gagah Pergi’ (prekuel film ‘Duka Sedalam Cinta'(DSC) terbanyak di kota kami,” tambahnya.
Nur Imam, hanyalah satu dari sekian banyak orang yang sudah lama menantikan film DSC. Di Lombok misalnya, ada Sunisa Fuji yang juga seorang guru, menggerakkan nobar untuk para remaja. “Karena pemainnya Hamas Syahid penghafal Alquran, kita akan adakan nobar bersama aktor tersebut dan gubernur kami yang juga penghafal Alquran. Uang tiket sudah terkumpul. Tinggal disetor ke bioskop,” paparnya.
Nobar dan roadshow di awal penayangan di berbagai kota untuk film ini didukung oleh berbagai komunitas, antara lain; Forum Lingkar Pena, Kopfi, One Day One Juz (Odoj), Hijabers Mom Community, Putar Film Islam, Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), Rumah Kepemimpinan, Forum Indonesia Muda, Masyarakat Relawan Indonesia hingga berbagai pesantren di pelosok negeri. Ini di luar lembaga kemanusiaan seperti Dompet Dhuafa dan Aksi Cepat Tanggap (ACT).
“Kami menyediakan Program Sedekah Tiket agar anak-anak yatim dan remaja dhuafa bisa turut menonton film ini,” kata Bambang Suherman, salah satu Direktur Dompet Dhuafa.
Meski merupakan kelanjutan dari Film ‘Ketika Mas Gagah Pergi'(KMGP), film ‘Duka Sedalam Cinta’ tetap dapat dimengerti penonton tanpa mereka harus menonton KMGP.
Film DSC berkisah tentang empat anak muda. Yang pertama Gagah; pemuda masa kini yang mencari jati dirinya dari Jakarta hingga ke Maluku Utara. Yang kedua, Gita, gadis tomboy yang berkonflik dengan sang abang, Gagah, karena perubahan abangnya tersebut.
Lalu ada Yudi, seorang ustadz muda di sebuah pesantren yang juga seorang pemimpin perusahaan, gemar menolong orang lain, dan berdakwah tanpa pamrih di tempat-tempat yang tak biasa, serta Nadia gadis cantik yang menginspirasi banyak orang dengan keberadaannya.
Mereka bertemu dalam sebuah jalinan takdir tak terduga, yang membawa mereka ke Halmahera Selatan. Ada juga kisah tentang tiga preman insyaf teman mereka, yang dalam segala keterbatasan mencoba terus melakukan kebaikan-kebaikan di lingkungan mereka di pinggiran Jakarta yang kumuh.
Shooting di tiga tempat yaitu daerah Muara Angke (Jakarta), Ternate, di Pulau Widi dan Pulau Kasiruta (penghasil Batu Bacan terbaik) yang berada di Halmahera Selatan, film ini juga mengangkat kearifan lokal masyarakat Halmahera Selatan, serta akan memanjakan mata penonton dengan keindahan alam lokasi tersebut. “Capek tapi puas!” kata pemeran Gita (Aquino Umar) yang biasa dipanggil Noy.
Perjalanan ke HalSel dari Jakarta, mendarat di Ternate, lalu naik pesawat hampir satu jam ke Labuha, kemudian naik kapal laut lima jam menuju Pulau Widi.
Para pemeran utama film ini adalah empat wajah baru yang juga bermain di film ‘Ketika Mas Gagah Pergi’, yaitu Hamas Syahid, Aquino Umar, Masaji Wijayanto dan Izzah Ajrina. Lalu ada para aktor dan aktris senior seperti Wulan Guritno, Epy Kusnandar, Ali Syakieb, Mathias Muchus, komika Abdur Arsyad, hingga penampilan cameo seperti M.Cholidi Asadil Alam, Chikita Fawzi, Endy Arfian, juga Bupati Halmahera Selatan Drs Bahrain Kasuba, M.Pd. Turut bermain dalam film ini novelis terkemuka: Asma Nadia dan ustadz kondang dari Yogyakarta: Salim A. Fillah.
Film yang diproduksi KMGP Pictures bersama Studio Samuan ini disutradarai Firman Syah, ditulis skenarionya oleh Fredy Aryanto. Bertindak sebagai DOP Nur Hidayat (Monod), dan editor Rizal Basri.
Musik digarap dengan apik oleh Dwiki Dharmawan bersama Czech Symphony Orchestra dari Praha. DSC juga dihiasi beberapa soundtrack indah seperti “Pesan Cinta” yang dinyanyikan Ita Purnamasari, “Rabbana” dari Indah Nevertari serta “Jalan yang Kupilih” yang dibawakan Hamas Syahid.
Film yang diangkat dari karya sang produser: Helvy Tiana Rosa ini akan tayang mulai tanggal 19 Oktober 2017 di bioskop!(*)