Perancis reportasenews.com – Kemenangan Emmanuel Macron sebagai presiden Perancis tidak lepas dari peran istrinya Brigitte Macron. Masyarakat Perancis serta merta menyorot peran Brigitte yang dahulunya adalah seorang guru kelas drama dan pertama kali bertemu dengan suaminya saat calon presiden Perancis ini berusia 15 tahun.
Emmanuel Macron merayakan kemenangannya atas saingannya dari Front Nasional, Marine Le Pen pada 7 Mei, istri Emmanuel, seorang mantan guru drama yang berusia 40 tahun, berdiri di sampingnya. Kehadiran Brigitte Macron disisinya menegaskan kemenangan Macron dalam pilpres yang berlangsung panas.
Ibu Negara, Brigitte Macron, yang menurut Emmanuel Macron telah melatih suaminya selama kampanye berlangsung, sekarang bersiap-siap menghadapi tahap berikutnya yang lebih besar sebagai ibu negara Perancis.
“Brigitte, selalu hadir, dan bahkan lebih lagi sekarang, tanpa dia maka aku tidak menjadi diriku,” kata Macron kepada orang banyak.
Brigitte Macron selalu hadir di sisi Macron selama kampanye, mengelola agendanya, mengedit pidatonya dan menasihatinya di panggung.
Ini bukan pertama kalinya, Brigitte harus melatih suaminya. Pasangan itu bertemu saat sang calon presiden Macron adalah seorang siswa drama berusia 15 tahun di sebuah sekolah di Amiens, Prancis utara. Istri masa depannya inilah yang mengarahkannya kesebuah kelas drama sekolah.
Desas-desus mulai beredar tentang hubungan mereka dan membuat orang tua Macron memindahkannya untuk menyelesaikan pendidikannya di Lycee Henri IV di Paris. Namun, menurut sumber, saat Macron muda pergi, dia mengatakan kepada Brigitte bahwa dia akan kembali.
“Anda tidak bisa menyingkirkan saya, saya akan kembali dan saya akan menikah dengan kamu,” katanya, menurut penulis biografinya.
Pasangan ini akhirnya menikah pada 2007, saat berusia Macron hampir 30 dan istrinya berusia 54 tahun.
Pasangan tersebut telah diejek karena perbedaan usia 25 tahun dan telah mengklaim bahwa media tersebut bias karena mereka gagal menunjukkan bahwa Presiden AS Donald Trump dan istrinya Melania, yang juga memiliki jarak usia 25 tahun.
Presiden Macron berjanji pada waktunya untuk menentukan peran Ibu Negara dan mengembangkan deskripsi pekerjaan yang sesuai untuknya. Namun, diharapkan mantan guru tersebut akan fokus pada reformasi pendidikan.
“Dia akan berkonsentrasi pada pekerjaan untuk anak-anak yang autis dan kurang beruntung, dari jalur politik,” Candice Nedelec, salah satu penulis biografi pasangan tersebut, mengatakan kepada The Times. (Hsg)