Cirebon, reportasenews.com– Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Kementerian Keuangan mendorong penggunaan produk turunan Kelapa Sawit sebagai bahan baku dalam industri batik. Salah satu sasaran inisiatif ini adalah Cirebon, yang merupakan salah satu sentra industri batik di Indonesia. Batik di Cirebon sudah mulai dikenal sejak masa Sunan Gunung Jati. Saat ini jumlah usaha batik di Cirebon mencapai 595 unit dan jumlah pembatik atau orang yang bekerja di industri batik sejumlah, 4.707 orang. Kegiatan ini berlangsung di KPPN Cirebon, 2-3 Mei 2024 dan diikuti oleh 100 pelaku usaha Batik Cirebon. Turut hadir juga, Ketua Paguyuban Pengrajin dan Pengusaha Batik Cirebon, H. Heri Kismo dan tokoh batik Cirebon, H. Masnedi Masina.
Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana/Plt. Direktur Kemitraan BPDPKS Kabul Wijayanto dalam sambutan pembukaan menyampaikan bahwa kegiatan ini sebagai bentuk dukungan dalam menjaga warisan budaya Indonesia sekaligus upaya meningkatkan penggunaan produk turunan sawit dalam proses produksi kain batik.Pemanfaatan malam sawit sebagai media produksi batik diyakini lebih efisien bagi produsen batik karena bahan bakunya tersedia melimpah di Indonesia, berbeda dengan malam berbahan parafin yang harus diimpor dari luar negeri.
“Inovasi malam sawit dikembangkan pada tahun 2017 oleh peneliti BPPT, yang saat ini telah menjadi BRIN, yang kemudian mulai digunakan dan dikembangkan lebih lanjut oleh beberapa pengrajin batik,” ujar Kabul Wijayanto.
Kepala Divisi UKMK BPDPKS, Helmi Muhansyah, menyatakan bahwa memahami pentingnya perkembangan industri batik di Indonesia merupakan bagian dari komitmen BPDPKS dalam mensosialisasikan industri batik sawit ke berbagai daerah.
”Kami berharap para peserta dapat membawa pulang pengetahuan dari workshop ini dan mengembangkannya di daerah masing-masing,” katanya.
Pada kegiatan kali ini, BPDPKS berkolaborasi dengan CV. Smart Batik Indonesia (Sm-art Batik). Sm-art Batik sendiri merupakan salah satu UKMK mitra BPDPKS dalam pengembangan industri batik sawit. CEO Sm-art Batik, Miftahudin Nur Ihsan (Ihsan) selaku narasumber dalam kegiatan kali ini menceritakan perjalanan dan pengalamannya dalam mengembangkan industri batik sawit. Ihsan juga menjelaskan terkait keunggulan dari malam sawit dibandingkan malam yang ada di pasaran.
“Malam sawit ini memiliki berbagai keunggulan. Kami sudah melakukan riset kepada 50-an pembatik kami, semua mengatakan malamnya enak dipernafasan, empuk, dan lancar digunakan” ujar alumni penerima beasiswa LPDP tersebut.
Selain menyampaikan materi, Ihsan dibantu tim Sm-art Batik juga melakukan demo pembuatan malam sawit secara singkat. Peserta dapat menyaksikan secara langsung proses pembuatan malam sawit. Setelah sesi demo, peserta juga dapat merasakan pengalaman langsung mencanting menggunakan malam sawit. Motif batik yang dicanting pada sesi ini adalah naga yang disusun dari komponen tanaman sawit yang dipadukan dengan motif Megamendung khas Cirebon.
Salah satu peserta dari Trusmi, Saridah menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat positif. “Kegiatannya sangat positif, malam sawitnya enak dan lancar, tidak ada kendala dalam proses pembuatan batik tadi,” ujar Saridah.