Situbondo,reportasenews.com – Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP Jatim), Dr. Chendy Tafakrusnanto, mengingatkan para petani Situbondo, untuk mewaspadai ancaman serangan organisme pengganggu tumbuhan, salah satunya hama ulat grayak pada jagung yang sudah mewabah di beberapa negara bahkan sudah mulai menyerang Aceh dan Banten.
Pernyataan tersebut disampaikan langsung Dr Chendy Tafakrusnanto, saat bertemu dengan para petani jagung di Situbondo, yang dikemas dalam temu lapang panen jagung di Desa Kandang, Kecamatan Kapongan, Kabaupaten Situbondo.”Hama ini akan meledak dan sangat berbahaya, bahkan bisa menurunkan produksi tanaman jagung hingga mencapai 80 persen,”kata Dr Chendy Tafakrusnanto, Rabu (14/8/2019).
Menurutnya, untuk mengantisipasi meluasnya hama ulat grayak, pihaknya telah berdiskusi dengan seluruh tokoh-tokoh hama di Indonesia yang bertempat di Lampung dan menghasilkan buku panduan cara mencegah hama grayak.
“Untuk mencegah hama ulat grayak ini, yang pertama kita harus menggunakan bibit yang tersertifikasi, karena hama timbul dari bibit. Kedua, lingkungan. Jika endemik, maka harus mencegah menggunakan Biopestisida,” ungkapnya.
Untuk wilayah Jawa Timur, lanjut Chendy, sampai saat ini hama ulat grayak masih belum ada, namun pihaknya terus melakukan sosialisasi pencegahan kepada para penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan para petani.
“Jawa Timur merupakan salah satu penyumbang pakan terbesar di Indonesia, jadi kita harus gencar melakukan sosialisasi tentang hama, agar jika ada gejala awal, bisa segera kita atasi,”pungkasnya.
Sementara itu, dalam kegiatan temu lapang dalam rangka panen jagung lahan kering di Desa Kandang, Kecamatan Kapongan, Situbondo itu dihadiri oleh puluhan kelompok tani. Mereka menyampaikan keluh kesahnya kepada Kepala Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian Jawa Timur, untuk mendapatkan solusi, agar hasil produksi tanaman jagungnya meningkat.(fat)