Jakarta, reportasenews.com – Mahalnya harga cabai yang beredar di masyarakat masih dianggap wajar oleh pihak Kementerian Pertanian, dan tidak terjadi hanya di Indonesia saja.
Menurut Kepala Pusat Distribusi Cadangan Pangan Kementerian Pertanian, Riwantoro, fenomena mahalnya harga cabe rawit juga terjadi di luar negeri, dan hal ini masih dianggap wajar.
“Ini masih wajar, mahalnya harga cabai tidak terjadi hanya di Indonesia saja. Bahkan di luar negeri juga terjadi hal demikian, ” kata Riwantoro kepada wartawan, saat meresmikan Toko Tani Indonesia (TTI) mobile di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (13/02).
Riwantoro menilai mahalnya harga cabai dipengaruhi dengan iklim serta cuaca yang terjadi di Indonesia.
“Mahalnya harga cabai juga dipengaruhi dengan kondisi cuaca begitu juga hama,” imbuh Riwantoro.
Untuk mengantisipasi kebutuhan pangan dan sembako, salah satunya cabai, Kementan membentuk Toko Tani Indonesia mobile, yang sedianya bisa dipesan secara online dan akan didistribusikan melalui mobil-mobil yang sudah disiapkan.
“Diharapkan dengan adanya TTI Mobile ini, masyarakat bisa mengakses dan memesan secara online, yang mana nanti kita bisa langsung didistribusikan, ” pungkasnya.
Seperti diketahui, pemerintah dinilai belum bisa menstabilkan kembali harga cabai rawit di pasaran. Sebulan lalu, harganya hanya berkisar Rp 80.000-Rp 90.000 per kilogram, saat telah menyentuh Rp 130.000 per kilogram. Harga tersebut, khusus untuk cabai rawit yang memiliki ukuran lebih besar dari rata-rata.
Kondisi ini pun dikeluhkan oleh masyarakat. Tidak hanya konsumen, akan tetapi juga para pedagang yang terkena imbasnya karena penjualan mereka menurun. (Tam)