Tim BPBD Kalbar melakukan asesmen untuk melihat kondisi terkini pasca semburan lumpur yang terjadi di Pondok Pesantren Nurul Amaliyah, Wajok Hilir. (foto Adi Saputro).
Mempawah, Kalimantan Barat, reportasenews.com – Kemunculan semburan lumpur disertai gas yang sangat kuat terekam kamera warga di Pondok pesantren Nurul Amaliyah, Desa Wajok Hilir, Kecamatan Jongkat, Kabupaten Mempawah, Senin (8/5/2023) sekitar pukul 13.00 WIB.
Warga Desa Wajok Hilir pun panik, terutama santri yang berada di lokasi. Semburan lumpur ini terjadi persis di belakang gedung Laboratorium Pesantren.
Semburan lumpur yang sangat kuat ini terjadi sangat singkat, berlangsung satu jam dan menjelang sore hari semburan lumpur terhenti.
Meski singkat, namun dampak semburan menyebabkan bangunan Laboratorium Pesantren alami kerusakan terutama lantai ruangan yang dipenuhi lumpur bercampur batu kerikil dan pasir setebal 30 cm.
Sejumlah aset yang berada di dalam gedung ini juga kotor termasuk kitab suci Al-Qur’an.
Santri telah mengevakuasi seluruh barang di dalam gedung Laboratorium keluar.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Barat, Polsek Jongkat, Camat Jongkat, dan Kepala Desa Wajok Hilir telah meninjau langsung lokasi bekas semburan lumpur disertai gas ini.
“Saya minta BPBD Mempawah dan instansi terkait untuk mengkaji peristiwa ini, terutama ESDM, “Apakah ada kandungan gas di dalamnya, dan apabila semburan lumpur kembali terjadi, rekomendasi kami adalah agar pihak-pihak mengosongkan kawasan ini agar tidak ada korban. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, kerusakan pada gedung dan buku pelajaran yang kotor. Apabila ada semburan lumpur berulang-ulang, maka bisa jadi ancaman, maka antisipasi jauhi tempat terjadinya semburan lumpur,” kata Ketua Satgas Informasi Bencana BPBD Kalbar, Daniel, saat ditemui di lokasi semburan lumpur.
Untuk penanganan lanjutan dari dampak semburan lumpur ini, pihak pimpinan dan pengurusan Yayasan Pesantren Nurul Amaliyah terpaksa mengosongkan sementara laboratorium pesantren dan mengungsikan beberapa santri yang berada di dekat lokasi semburan lumpur ke tempat lain yang lebih aman.
“Pihak ketiga meminta izin mengebor sumur bor, saya tawarkan di belakang laboratorium, jaraknya 100 meter dari lokasi semburan lumpur yang terjadi pada tahun 2006. Peristiwa semburan lumpur ini ketiga kalinya. Saya kaget ditelpon meledak di laboratorium, bangunan kotor semua, dan retak termasuk di dalam. Besok baru dibersihkan, kita hentikan pengeboran sumur,” kata Pimpinan Ponpes Nurul Amaliyah, Haji Usnan Nur Alam, kepada wartawan.
Saat ini, titik semburan lumpur telah terhenti. Hanya terlihat gelumbung air yang keluar namun tekanan gas yang keluar tidak lagi ada. Bekas semburan lumpur meninggalkan lubang yang mengangga. Polisi telah memasang garis polisi pada titik lokasi semburan lumpur untuk mencegah warga atau santri mendekati lokasi demi menjaga keamanan.
“Pemasangan police line ini tindakan awal kita mengantisipasi santri tidak mendeksti lokasi, serta masyarakat umum tidak boleh melewati garis pokosj. Kejadian pukul 01 siang, sekitar satu jam. Kejadian disebabkan adanya pengeboran sumur, setelah mencapai kedalaman 40 meter terjadi semburan lumpur disertai pasir dan batu,” terang Kapolsek Jongkat, Ipda Fadhila Sakti.
Munculnya semburan lumpur disertai gas metana ini bukan pertama kalinya terjadi di lingkungan pondok pesantren Nurul Alamiyah.
Peristiwa pertama kali terjadi pada tahun 2003, 2006 dan terakhir 2023. Pihak pondok pesantren Nurul Alamiyah pun mengaku jera dan tidak melanjutkan pengeboran sumur bor mencegah para santri trauma atas peristiwa semburan lumpur ini. Untuk sumber air bersih, terpaksa mengandalkan bak penampungan yang ada meski pun terbatas terutama krisis air bersih terjadi saat kemarau. (das)