Indonesia, reportasenews.com: Sudah bukan rahasia lagi, dikalangan nelayan memancing ikan dilaut, mereka kerap menepuk-nepuk permukaan air dengan dayung sehingga menimbulkan suara berisik, nelayan mengatakan mereka memanggil ikan agar tertarik mendekat kearah suara. Setelah mendekat ikan bisa ditarik memakai umpan dimata kail.
Ikan bisa mendengar suara dan menangkap getaran gelombang air. Jadi membuat suara berisik diair diyakini oleh para nelayan dan semua pemancing senior dilaut sebagai upaya agar bisa memancing ikan. Umpan buatan (bait lures) biasanya juga diberikan lonceng mungil agar dapat membuat suara berisik.
Pertanyaannya, apakah ikan dapat mendengar suara? Apakah perilaku makan ikan setiap hari juga dipengaruhi oleh suara selain memakai matanya dan dari bau?
Ikan mempunyai dua organ sensorik, termasuk struktur tulang yang disebut “otoliths” di telinga bagian dalam. Organ lain disebut “garis lateral”, yang membentang di sepanjang setiap sisi tubuh ikan dari insang ke pangkal ekor.
Secara umum, ikan menggunakan telinga batin mereka untuk merasakan suara di kejauhan, kata Cecilia Krahforst, seorang kandidat doktor di East Carolina University yang berfokus pada bagaimana suara berisik mempengaruhi perilaku ikan.
“Semua spesies ikan yang telah diuji bisa mendengar, mereka memanfaatkan kemampuan mendengar untuk beberapa tujuan.” kata Krahforst.
Ikan menggunakannya untuk menemukan makanan, mencari teman mereka, terlibat dalam perkawinan, dan menghindari bahaya. Namun sejauh mana ikan mengandalkan pendengaran bervariasi dengan masing-masing spesies dan dengan tingkat kebisingan ambien dalam setiap tubuh tertentu didalam air.
Ikan pelagis seperti tuna sirip biru, misalnya, tidak tergantung pada sensitivitas pendengaran sebanyak yang dilakukan spesies ikan yang mendiami air dangkal, seperti redfish atau kakap putih putih, kata Larry Allen, ketua biologi di California State University di Northridge.
Penelitian Allen ini telah difokuskan di bagian atas “soniferous” ikan laut (memproduksi suara) di sepanjang pantai Pasifik, termasuk seabass putih, . “Seabass putih memiliki otoliths relatif besar,” katanya. Otoliths besarnya seperti bentuk buah almond akan tumbuh besar ditulang telinga seabass putih.
Arthur N. Popper, profesor emeritus University of departemen Maryland biologi, menunjuk penelitian yang mengatakan bahwa ikan Blue Fin dapat merespon suara.
Dalam studi ini, ikan sirip biru yang ditangkap itu dilatih untuk bereaksi terhadap suara yang dihasilkan melalui loudspeaker bawah air yang berhubungan dengan makanan yang ditempatkan ke kandang mereka. tuna akan bergegas ke lokasi suara setiap kali mereka mendengar suara, bahkan ketika mereka tidak diberi makan.
Suara bukanlah satu-satunya stimulus yang mempengaruhi perilaku ikan untuk makan. “Bluefin tuna mungkin juga mengandalkan visual mata dan bau,” katanya. Salah satu dari indera tersebut dapat mempengaruhi perilaku mereka sebanyak pendengaran, dan keduanya dipengaruhi oleh suara dari perahu boat misal bunyi propeler mesin. (HSG/ Sport Fishing)
[vc_row][vc_column][vc_video link=”https://youtu.be/tpidPq4cSKc”][/vc_column][/vc_row]