Oleh: Edi Saputra Ginting (Wartawan Senior)
JAKARTA, REPORTASE – Dulu saya percaya, ruang interogasi polisi itu ada ‘hantunya’. Bayangkan saja, setiap orang yang menjalani pemeriksaan diruang “panic room” tersebut, umumnya mendadak berubah perangainya.
Pernah suatu ketika, tepatnya sekitar 10 tahun lalu, saya mengikuti pemeriksaan seorang preman besar Jakarta. Asal tahu saja, sang preman tak hanya berbadan besar dengan kumis melintang dan dada berbulu, tapi namanya juga sudah kondang kemana-mana.
Apalah daya, setelah beberapa menit menjalani pemeriksaan di ruang interogasi Polda Metro Jaya, sang preman yang dikenal galak (tak elok disebut namanya) itu pun mulai kelihatan lunglai.
Wajahnya yang sebelumnya teramat sangar, mendadak kuyu. Dan astaga, belakangan tak hanya air mata, bahkan ingusnya pun ikut meleleh karena ketakutan.
Di luar orang boleh galak dan berkoar-koar layaknya seperti macan. Tapi kalau sudah masuk ruang interogasi, macan mendadak berubah jadi tikus. Meski memang tak semua seperti itu.
Tapi itu cerita dulu. Sekarang para interogator sudah baik-baik semua. Mereka tidak mungkin lagi melakukan kekerasan fisik dan kekerasan mental. Apalagi, pengacara yang mendampingi biasanya menyaksikan dari balik kaca jalannya proses pemeriksaan.
Karena polisi itu baik pula, makanya kita sangat yakin Ahok yg jadi tersangka penistaan agama akan diperlakukan bak saudara sendiri. Juga para saksi yang sudah dipanggil terkait kasus dugaan penghinaan terhadap kepala negara Joko Widodo oleh musisi Ahmad Dhani, akan diperlakukan dengan baik.
Istilah kata, polisi pasti mau membelikan “minuman botol” dan “Nasi Padang” buat Habib Rizieq, Prof Dr H Amien Rais, Munarman, HS, Dr H Eggi Sudjana, SH, MSi, Ratna Sarumpaet, dan Mulan Jameela, bila kelelahan saat menjalani pemeriksaan di ruang interogasi. Kita lihat saja nanti !