Jayapura,reportasenews.com – Jenazah korban penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata Organisasi Papua Merdeka, Brigpol Firman rencananya akan dimakamkan di Timika.
Kepala Bidang Humas Polda Papua melalui pesan singkatnya mengatakan bahwa setelah korban dibawah ke Rumah Sakit Tembagapura, nantinya jenazah akan dibawah dirumahnya di Timika selamjutnya akan dimakamkan. “Rencana jenazah akan dimakamkan di Timika, namun pihaknya masih akan terus berkordinasi dengan keluarga korban”. Pungkasnya.
Kamal menambahkan, aparat terus melakukan pendekatan persuasif terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata ini dengan terus melakukan himbauan.
“Saat ini kami terus melakukan tindakan persuasif terhadap kelompok bersenjata ini, namun kami juga melakukan pengejaran pada pelaku penembak”. Tegasnya.
Kamal juga berharap pemimpin Kelompok Kriminal Bersenjata ini sadar sehingga mereka tidak terus meneror aparat dan warga yang hingga saat ini masih ada 1300 warga pendatang dan lokal yang disandera kelompok ini.
“Hingga saat ini masih ada 1300 warga di tiga Kampung Banti, Kimberli dan Utikini yang masih terisolasi, sehingga aparat masih terus fokus pada warga dan terus meminta agar kelompok bersenjata ini turun gunung menyerahkan diri”. Tuturnya.
Menurut data kepolisian, aksi teror penembakan dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata Organisasi Papua Merdeka, dilakukan sejak 17 Agustus 2017 silam dengan melakukan aksi teror terhadap setiap kendaraan milik karyawan freeport yang melintas di areal tambang tembagapura.
Pada 25 Oktober lalu, satu anggota brimob Briptu Berry tewas ditembak kelompok OPM di Utikini. OPM menguasai penuh tiga kampung karena selain mempunyai 35 senjata api, mereka juga sangat menguasai medan yang bergunung gunung. Hal ini membuat aparat kepolisian yang dibantu TNI mengalami kesulitan dalam menangkap pelaku kriminal ini.
Rabu dini hari tadi, pukul 03.15 WIT Brigpol Firman gugur saat melakukan patroli bersama di mile 69 Tembagapura. Total dalam Sebulan ini sudah 2 anggota polri yang gugur.
Belum adanya perintah penyerbuan kepada kelompok ini membuat aparat masih menahan diri sementara kelompok ini terus melakukan aksinya.
Diduga Pelanggaran HAM menjadi kendala aparat untuk melakukan operasi seperti di Poso dan Aceh. (riy)