Jepang, reportasenews.com – Penduduk Jepang buru-buru membangun bunker nuklir, dan membeli purifiers udara (filter pemurni udara) di tengah meningkatnya ketegangan dengan Korea Utara.
Permintaan untuk tempat penampungan bom nuklir dan pemurni udara telah meningkat secara signifikan di antara beberapa orang Jepang akibat meningkatnya ketegangan dengan Korea Utara, yang diduga memiliki kemampuan untuk memukul kepulauan Jepang dengan rudal yang mengandung sarin.
Ketegangan yang tumbuh di kawasan Asia Timur nampaknya telah menghasilkan keuntungan bagi satu sektor bisnis tertentu di Jepang; Mereka yang menyediakan tempat penampungan bom nuklir dan pembersih udara.
“Oribe Seiki Seisakusho”, sebuah perusahaan di Jepang barat yang mengkhususkan diri dalam perancangan dan pemasangan tempat penampungan bom nuklir yang berada di bawah rumah telah menerima delapan permintaan hunian sejak awal April, kata direktur perusahaan Nobuko Oribe menurut Reuters.
Biasanya, perusahaan hanya memiliki enam kontrak sepanjang tahun, laporan media tersebut menyatakan.
“Butuh waktu dan uang untuk membangun tempat penampungan. Tapi dari semua yang kita dengar akhir-akhir ini, dalam suasana tegang sekarang, mereka menginginkannya saat ini juga. Mereka meminta kami untuk segera datang dan memberi mereka perkiraan,” kata Oribe kepada Reuters.
Sekitar 50 pembersih udara buatan Swiss yang disebut mampu menangkis radiasi dan gas beracun terjual habis laris manis, kata Oribe, dia menambahkan bahwa ia ingin membeli lebih banyak purifiers untuk dijual.
Harga untuk purifier udara untuk enam orang dipatok pada 620.000 yen ($ 5,630). Sementara yang untuk 13 orang biasanya dipasang di tempat penampungan keluarga berharga 1,7 juta yen ($ 15,440).
Tempat penampungan telah diperintahkan tidak hanya dibangun untuk rumah-rumah pribadi tetapi juga untuk sejumlah perusahaan, kata Oribe.
Iklan Oribe Seiki Seisakusho mengatakan bahwa tempat penampungan mereka adalah terowongan tertutup rapat yang dilengkapi dengan filter gas radioaktif dan beracun. Ruangan bisa menahan serangan rudal setara dengan bom atom yang dijatuhkan oleh militer AS di Hiroshima pada tahun 1945, jika bom tersebut jatuh sekitar 660 meter atau lebih didalam terowongan.
Sebuah perusahaan serupa, “Earth Shift”, yang berbasis di Prefektur Shizuoka juga telah melaporkan bahwa mereka telah menerima permintaan 10 kali lebih banyak untuk tempat bunker berlindung daripada tahun sebelumnya, menurut Reuters.
Jumlah pesanan yang datang dari pelanggan dari seluruh Jepang terus meningkat sejak Februari, kata manajer penjualannya Akira Shiga.
Perhatian Jepang atas kemungkinan serangan nuklir dan kimia telah meningkat setelah Perdana Menteri Shinzo Abe berbicara pada Kongres pada bulan April, memperingatkan bahwa Korea Utara mampu meluncurkan rudal yang mengandung zat beracun.
Tokyo juga mendesak pemerintah daerah untuk melakukan latihan evakuasi jika terjadi serangan rudal.
Kecemasan Jepang lebih didorong oleh kenangan akan serangan gas beracun mematikan di kereta bawah tanah Tokyo tahun 1995 oleh “sekte kiamat” yang terkenal membuat 12 orang meninggal, dan menyebabkan lebih dari 4.000 orang terluka.
Pekan lalu, dua kapal perang Angkatan Laut Jepang bergabung dengan kelompok gugus tempur kapal induk AS, USS Carl Vinson, dalam perjalanan ke Semenanjung Korea dalam sebuah “show of force” yang bertujuan untuk menekan Korea Utara. Manuver militer bertepatan dengan persiapan Pyongyang untuk memperingati 85 tahun hari jadi militernya.
Pada hari Minggu, Korea Utara mengancam akan menenggelamkan kapal induk AS, yang dijadwalkan tiba di semenanjung Korea “dalam beberapa hari.” (Hsg)