Liputan Khusus Reklamasi
Singapura, reportasenews.com – Lim Hock Koon, Managing Director Moratel International Pte. Ltd, pemilik jaringan kabel internet bawah laut di Singapura heran dengan pemerintah Indonesia yang “senang” melakukan reklamasi pantai.
“How come? Lahan di Indonesia itu masih luas, kenapa harus reklamasi pantai. Kalau di Singapura sih gak ada pilihan lain, karena lahannya memang sempit,” katanya sambil geleng-geleng kepala.
Sebagai salah satu pengelola jaringan kabel internet bawah laut yang menyambung dengan landing point Changi-Batam, pantas khawatir. Karena rencana reklamasi di Batam, mengancam keamanan jaringan kabel yang sudah diinvestasikannya.
Tak seperti di Singapura, yang memiliki master plan dan koridor jalur kabel internet bawah laut yang dijaga ketat dan dilindungi pemerintah. Sementara jalur serupa di Batam, Indonesia, justru sebaliknya. Terancam digusur oleh Pemkot Batam, karena masuk dalam wilayah reklamasi pantai.
“Bayangkan jika ada rusak atau mati saluran kabel itu, komunitas bisnis, dan kegiatan sehari-hari, sosmed bisa mati. Gimana tuh kalau terjadi? Makanya ini sangat penting dalam kehidupan sehari-hari,” tukasnya kepada reportasenews.com, di Singapura.
Pemerintah Singapore dalam hal ini, IDA (Infocomm Development Authority), yang mirip fungsinya dengan Kominfo, sangat memfasilitasi investasi kabel bawah laut yang ada.
Bahkan ada License Code of Practice for Info-communication Facilities in Buildings (COPIF) 2013 tentang (Kompensasi terhadap fasailitas kabel tergelar).
Pemerintah Singapore juga telah menyediakan infrastrukur guna mempersiapkan proses migrasi atau pemindahan kabel yang ada, dan ini akan mempermudah dan mempersingkat proses outage.
“Jika ada proyek di daratan dan kami harus memindahkan, dibantu oleh semua badan pemerintah, memindahkan kabel kami. Biayanya juga dibantu mereka,” jelas Lim.
Tanggungjawab Pemerintah
Dengan desain dan pelaksanaan proyek reklamasi menjadi tanggungjawab pemerintah, maka perencanaannya sangat detail. Sebelum dimulai, semua rencana reklamasi dibeberkan kepada pemilik jaringan ulititas seperti jaringan listrik, gas, telekomunikasi, agar dampak kerusakan dan perubahan sangat minim.
Jumlah kabel yang landing di Singapore bertambah setiap tahun, saat ini sekitar 70 kabel internasional, membuat Singapore menjadi hub terbesar traffic internasional dengan berbagai keuntungan meskipun Singapore hanya pulau yang sangat kecil di bandingkan pulau Jawa dan Sumatra.
“Kabel itu sangat penting, karena membaw a data, suara, komunikasi yang mendukung bisnis, ekonomi, komuniksi internasional. Satelit tidak lagi menjadi tulang punggung komunikasi. Sekarang ini 99 % jalur komunikasi dan data menggunakan kabel bawah laut,” ungkap Lim. (tat)