Situbondo,reportasenews.com – Kasus stunting atau balita kekurangan gizi kronis, yang mengakibatkan balita memiliki tinggi badan tidak sesuai dengan umurnya. Kasus stunting tersebut cukup tinggi di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Bahkan, tingginya kasus stunting atau balita yang diketahui tidak memiliki tinggi badan ideal dengan usianya itu, menempatkan Kabupaten Situbondo pada urutan ketiga, dalam kasus stunting tertinggi di Jawa Timur.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Situbondo Abu Bakar Abdi mengatakan, sejak awal Februari 2018 lalu, tercatat sekitar 30,3 persen dari total 44,386 kasus stunting di Kabupaten Situbondo.”Namun, belum seluruhnya data yang masuk ke Dinkes Pemkab Situbondo, melainkan hanya sekitar 58 persen,”kata Abu Bakar Abdi, saat ditemui diruang kerjanya, Jumat (28/9/2018).
Menurutnya, kasus stunting pada balita dimulai sejak dalam kandungan. Ibu hamil yang kekurangan asupan gizi dan pola hidupnya tidak sehat. Hal itu akan menimbulkan balitanya cenderung menjadi calon stunting.
“Oleh karena itu, saya menghimbau kepada para ibu hamil untuk memenuhi asupan gizi utamanya zat gizi mikro yang kaya vitamin dan mineral serta tidak mengkonsumsi makanan siap saji,” ujarnya.
Lebih jauh Abu Bakar menambahkan, untuk memberikan pemahaman terkait pencegahan stunting, Dinkes Pemkab Situbondo menggencarkan sosialisasi melalui puskesmas dan posyandu, namun dalam melakukan sosialisasi pihaknya melakukan kerjasama dengan lintas sektor dan lintas program.
“Untuk melakukan sosialisasi, Dinkes tidak bisa berdiri sendiri, melainkan harus bekerja sama dengan PKK, dan dinas terkait yang mendukung pola hidup sehat,” bebernya.
Abu Bakar menegaskan, meski kasus stunting di Kabupaten Situbondo dinyatakan cukup tinggi. Bahkan, menempati urutan ketiga di Jawa Timur.
“Namun yang mengheraankan. Situbondo tidak mendapat program dan pendampingan stunting dari pemerintah pusat,”pungkasnya.(fat)