Amsterdam, reportasenews.com-Seniman Indonesia yang tampil di festival seni Europalia Arts Festival Indonesia, Eropa, tidak diperlakukan dengan layak. Lokasi penginapan mereka pada musim dingin, di rumah kumuh dan “berhantu”. Selain itu, beberapa dari mereka juga tidak diberi uang makan seperti yang dijanjikan. Namun hanya diberi beras, sayuran dan lauk, untuk dimasak sendiri.
“Saya pikir ini panitia tidak profesional, karena kami diundang ke Eropa membawa nama negara namun tidak mendapat perlakuan dan penginapan yang layak,” ujar Dr. Otto Sidharta, komposer musik ekperimental kepada Hendrata Yudha dari reportasenews.com, di Amsterdam, Belanda, Jumat (17/11) lalu.
Otto yang sangat dihormati komposer musik Eropa ini tampil di Gedung Berghain Panaorama Bar di Berlin, 15 November 2017 lalu, lokasi penginapan yang disediakan panitia ternyata hanya rumah kumuh tanpa tempat tidur dan furnitur layak.

Dr. Otto Sidharta, komposer musik eksperimental Indonesia yang dihormati seniman Eropa. (foto: Ist)
“Tempat tidurnya di lantai dari tumpukan selimut dan sofanya sudah dekil dan berkutu busuk,” tegasnya.
Otto marah, karena di tengah musim dingin yang menggigit tulang tempat tidurnya di lantai.
Rumah penginapan yang bikin darahnya Dr. Otto Sidharta naik itu, berada di MantheuffleStrasse 5, Kreuzberg, Berlin, Jerman. Kawasan itu dikenal sebagai perumahan kumuh tempat kerusuhan para demostran. Koleganya di Berlin juga heran, mengapa seniman sekelas Otto diberi penginapan oleh panitia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di daerah slum, tempat para kriminal bermarkas.
“Saya komplain keras dengan kerja panitia Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang menunjuk panitia kelas kambing di Eropa. Saya harus pindah dan bayar sendiri hotel karena rumah yang disediakan untuk menginap sangat tidak layak,” kata Otto.
Dari pembicaraan dengan seniman lainnya yang tampil di Europhalia, Otto mendapat informasi bahwa para seniman mengeluhkan perlakuan yang sama.
“Misalnya rombongan seniman Tari Saman dari Aceh yang mengaku tidak diberi uang saku, namun hanya diberi beras, sayur dan lauk pauk saya mirip bekal transmigran,” tuturnya.
Europalia Arts Festival Indonesia akan berlangsung selama lima bulan dan menelan biaya Rp 160 miliar.
Menko Kesra Puan Maharani ketika membuka festival ini di Brussel Belgia, menyebutkan kegiatan ini menjadi etalase budaya Indonesia.
“Festival Seni Budaya Europalia diharapkan menjadi momentum bagi Indonesia untuk menunjukkan kekayaan seni dan budayanya, agar semakin dikenal oleh dunia internasional, khususnya masyarakat Eropa,” ujar Puan. (tat)