Menu

Mode Gelap

Entrepreneur · 18 Nov 2017 02:17 WIB ·

Kebangetan, Seniman Indonesia “Ditelantarkan” Panitia Europalia


					Kebangetan, Seniman Indonesia “Ditelantarkan” Panitia Europalia Perbesar

Amsterdam, reportasenews.com-Seniman Indonesia yang tampil di festival seni Europalia Arts Festival Indonesia, Eropa,  tidak diperlakukan dengan layak. Lokasi penginapan mereka pada musim dingin, di rumah kumuh dan “berhantu”. Selain itu, beberapa dari mereka juga tidak diberi uang makan seperti yang dijanjikan. Namun hanya diberi beras, sayuran dan lauk, untuk dimasak sendiri.

“Saya pikir ini panitia tidak profesional, karena kami diundang ke Eropa membawa nama negara namun tidak mendapat perlakuan dan penginapan yang layak,” ujar Dr. Otto Sidharta, komposer musik ekperimental kepada Hendrata Yudha dari reportasenews.com, di Amsterdam, Belanda, Jumat (17/11) lalu.

Otto yang sangat dihormati komposer musik Eropa ini tampil di Gedung Berghain Panaorama Bar di Berlin, 15 November 2017 lalu,  lokasi penginapan yang disediakan panitia ternyata hanya rumah kumuh tanpa tempat tidur dan furnitur layak.

Dr. Otto Sidharta, komposer musik eksperimental Indonesia yang dihormati seniman Eropa. (foto: Ist)

Dr. Otto Sidharta, komposer musik eksperimental Indonesia yang dihormati seniman Eropa. (foto: Ist)

“Tempat tidurnya di lantai  dari tumpukan selimut dan sofanya sudah dekil dan berkutu busuk,” tegasnya.

Otto marah, karena di tengah musim dingin yang menggigit tulang tempat tidurnya di lantai.

Rumah penginapan yang bikin darahnya Dr. Otto Sidharta naik itu, berada di MantheuffleStrasse 5, Kreuzberg, Berlin, Jerman. Kawasan itu dikenal sebagai perumahan kumuh tempat kerusuhan para demostran. Koleganya di Berlin juga heran, mengapa seniman sekelas Otto diberi penginapan oleh panitia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di daerah slum, tempat para kriminal bermarkas.

“Saya komplain keras dengan kerja panitia Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang menunjuk panitia kelas kambing di Eropa. Saya harus pindah dan bayar sendiri hotel karena rumah yang disediakan untuk menginap sangat tidak layak,” kata Otto.

Dari pembicaraan dengan seniman lainnya yang tampil di Europhalia, Otto mendapat informasi bahwa para seniman mengeluhkan perlakuan yang sama.

“Misalnya rombongan seniman Tari Saman dari Aceh yang mengaku tidak diberi uang saku, namun hanya diberi beras, sayur dan lauk pauk saya mirip bekal transmigran,” tuturnya.

Europalia Arts Festival Indonesia akan berlangsung selama lima bulan dan menelan biaya Rp 160 miliar.

Menko Kesra Puan Maharani ketika membuka  festival ini di Brussel Belgia, menyebutkan kegiatan ini menjadi etalase budaya Indonesia.

“Festival Seni Budaya Europalia diharapkan menjadi momentum bagi Indonesia untuk menunjukkan kekayaan seni dan budayanya, agar semakin dikenal oleh dunia internasional, khususnya masyarakat Eropa,” ujar Puan. (tat)

Komentar

badge-check

Reporter

Baca Lainnya

Polda Jambi Tetapkan Pendi Cs Jadi Tersangka

16 Mei 2025 - 09:45 WIB

Antisipasi Ancaman Siber yang Kian Komplek Moratelindo dan TKMT Dorong Keamanan Jaringan Bisnis

9 Mei 2025 - 19:37 WIB

Dalam Penetapan Hutang, Hakim MK Minta PUPN Tunjukan Dasar Dokumen Rekening Koran

8 Mei 2025 - 10:53 WIB

Rumah Tajwid, Menyatukan Ilmu dan Amal di Tanah Eropa

6 Mei 2025 - 18:33 WIB

Dirjen Kekayaan Negara  Rionald Silaban Dimintai Keterangan Pengadilan MK Terkait Permohonan Uji Materi Andri Tedjadharma

2 Mei 2025 - 00:31 WIB

Relawan Covid-19 Rela Wakafkan Hidupnya Demi Bantu Sesama

21 April 2025 - 09:04 WIB

Trending di Nasional