Jakarta, reportasenews.com-Kasus suap yang menjerat Dirut PT PAL Indonesia M Firmansyah Arifin, merupakan buntut dari pengadaan kapal perang BRP Tarlac yang merupakan pesanan Filipina.
Kapal yang telah diberi nama Tarlac oleh pemesannya itu merupakan kapal perang pertama yang berhasil diekspor Indonesia, dan merupakan pengembangan dari kapal pengangkut jenis Landing Platform Dock (LPD) atau kapal perang pendukung.
Kapal bertipe “Strategic Sealift Vessel” BRP TARLAC (LD-601) tersebut mampu mengangkut 500 personel pasukan dan dua kapal kecil (landing craft utility/LCU) untuk pendaratan di pantai, ditambah empat perahu karet atau kapal sekoci.
“Kapal ini dibuat secara mandiri oleh tenaga ahli anak bangsa, dan mampu mengangkut empat tank, empat truk, satu mobil rumah sakit, dua SUV, bahkan dapat mengangkut helikopter,” ucap Direktur Produksi PT PAL Indonesia, Edi Widarto.
Kapasitas total maksimal penumpang adalah 621 orang, serta memiliki kecepatan sampai 16 knots dan berada di kelas Lloyd Register. kapal perang SSV -1 memiliki panjang 105.11 meter, lebar 14.2 meter dan kemampuan berlayar selama 20 hari pada kecepatan 14 knot.
Situs naval-technology.com menyebutkan jenis kapal ini bisa digunakan untuk misi-misi pendaratan amfibi di pantai, termasuk untuk pendaratan kendaraan tempur darat. Kapal ini juga bisa dipakai untuk misi non tempur seperti SAR, bantuan obat-obatan, dan penanggulangan bencana.
Kapal pertama, BRP Tarlac (LD-601), mulai dibuat pada Januari 2015 dan diluncurkan pada Januari 2016. Sedangkan kapal kedua mulai dibangun pada Juni 2015. Rencananya, kapal kedua akan dikirim ke Filipina pada pertengahan 2017.
Kapal SSV pertama sendiri saat ini sudah mengandung komponen lokal mencapai 30%. Diharapkan, ke depan konten lokal yang digunakan bisa meningkat hingga 35%.

Kapal ini bisa memuat empat tank, empat truk, dan dua kendaraan tempur ringan. Selain itu, kapal ini juga mampu memuat dua landing craft utility (LCU) atau landing craft vehicle personnel (LCVP) serta dua perahu karet. Di bagian depan, dek dapat membawa dua helikopter berukuran medium. Itu belum termasuk hangar untuk menyimpan sebuah helikopter. SSV mampu mengangkut 121 kru dan 500 marinir bersama perlengkapan mereka.
Spesifikasi teknis
Tarlac Class SSV adalah turunan dari kapal Kelas Makassar milik TNI (yang dibuat oleh Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME)). SSV memiliki panjang total 123 m, dan lebar 21,8 m. Panjang tegak lurus kapal mencapai 107,5 m. Berat standar mencapai 7.000 ton dan total muatan mencapai 11.538 ton.
Kapasitas kargo
Kapal ini bisa memuat empat tank, empat truk, dan dua kendaraan tempur ringan. Selain itu, kapal ini juga mampu memuat dua landing craft utility (LCU) atau landing craft vehicle personnel (LCVP) serta dua perahu karet.
Di bagian depan, dek dapat membawa dua helikopter berukuran medium. Itu belum termasuk hangar untuk menyimpan sebuah helikopter. SSV mampu mengangkut 121 kru dan 500 marinir bersama perlengkapan mereka.
Senjata
Persenjataan utama di depan kapal ini adalah senapan 76 mm. SSV juga dipersenjatai dua senapan 25 mm menghadap buritan.
Radar dan sistem komunikasi
SSV menggabungkan radar navigasi, radar permukaan, radar pencari di udara, dengan sistem kendali elektro-optis untuk persenjataan utama. Sistem radar ini dibuat oleh EID atas pesanan DSME dan PT PAL pada Juni 2015.
Sistem ini dilengkapi sistem kendali komunikasi terintegrasi atau integrated communications control system (ICCS) dan sistem radio Harris VLF-HF serta V/UHF. ICCS merupakan sistem yang dipakai lebih dari 130 kapal di seluruh dunia.
Penggerak
SSV digerakkan oleh mesin disel dan sistem propulsi yang digabungkan dengan dua mesin MAN 9L28/32A medium-speed engines. Setiap mesin baling-baling ini menghasilkan tenaga 2,920kW. Kecepatan maksimum mencapai 16 knot dan dapat terus beroperasi maksimal 30 hari.
Situs PT PAL menyebutkan, pengadaan kapal perang Filipina itu mengikuti standar internasional
“Kita telah memenangkan tender pembuatan kapal setelah sebelumnya harus bertarung dengan produsen kapal perang dari delapan negara. Setelah proses dilalui, militer Filipina memilih produk kapal perang tipe SSV buatan Indonesia,” kata Firmansyah.
Dari sejumlah pesaing tersebut, dikemukakannya, ada yang datang dari negara Korea Selatan. PT PAL Indonesia diakuinya pernah belajar dan mengembangkan kapal tipe pedahulu SSV dari Negeri Ginseng itu.
Ia mengemukakan pula, kapal sejenis juga akan dipesan beberapa negara Asia kerana sangat cocok bagi negara kepulauan.

Ketika menyerahkan kapal BRP Tarlac itu ke pemerintah Filipina, 5 Mei 2016 lalu, Wapres Yusuf Kalla juga memuji PT PAL sebagai sebagai badan usaha milik negara (BUMN) perkapalan yang mampu bersaing merebut te dengan bersaing ketat mengalahkan beberapa negara.
Ketika menyerahkan kapal itu ke pemerintah Filipina, 6 Mei 2016 lalu, Wapres Yusuf Kalla juga memuji PT PAL sebagai sebagai badan usaha milik negara (BUMN) perkapalan yang mampu bersaing merebut te dengan bersaing ketat mengalahkan beberapa negara.
Selain itu, Wapres sangat menghargai juga PT PAL (Persero) dapat menyelesaikan pesanan kapal perang Pemerintah Filipina secara tepat waktu.
“Ini memberikan kebanggaan bahwa bangsa ini dapat mengekspor kapal yang lebih baik dan canggih, dan itu semua dapat dilakukan selama kita bekerja keras, serius dan fokus,” ucap Wapres Kalla. (tat)