Jakarta, reportasenews.com – RL, seorang oknum guru agama di sekolah elit ternama di Jakarta Selatan dikabarkan telah melakukan dugaan perbuatan cabul dan penipuan. Berdasarkan pengakuan tiga korban DA (41), WN (38) dan NY (45) masih ada empat lagi korban tindak asusila oknum guru agama tersebut dan diyakini masih ada korban lain yang belum berani buka mulut.
Kasus oknum guru cabul di sekolah elit ternama tersebut, pertama kali diungkapkan Harunul Iksan, SH, kuasa hukum korban pada 1 November 2020.
Sepuluh hari kemudian, tepatnya pada 11 November 2020, ia membeberkan perkembangan kasus tersebut kepada wartawan.
“Sekolah elit di Jakarta Selatan itu berinisial B, kami belum berani menyebut lebih dalam karena kami masih melakukan penulusuran. Masyarakat harus ikut terlibat mendorong kasus ini karena ini kasus moral menyangkut perilaku menyimpang oknum guru agama,” kata Harunul Iksan kepada wartawan di Jakarta, 11 November 2020.
Jika sebelumnya Harunul Iksan membawa dua korban dugaan tindakan pencabulan, ia kini menyatakan ada satu lagi korban yang memberikan kesaksian. Dua korban yang memberi kesaksian di depan wartawan pada 1 November 2020 adalah DA dan WN. Harunul Iksan mengaku telah mendapat laporan satu korban lagi yaitu NY.
“Nah dari kesaksian korban-korban ini, mereka mengetahui ada empat korban lagi. Keempat korban ini belum berani lapor karena takut berhadapan dengan nama besar sekolah elit berinisal B tersebut,” jelas Arul, sapaan Harunul Iksan, kuasa hukum korban.
Hal yang mengejutkan, empat korban terdiri dari tiga guru di sekolah tersebut yang berinisial TA, SL dan AL. Sedangkan satu lagi adalah siswa sekolah.
“Ini benar-benar tindakan amoral yang bisa merusak moral bangsa jika dibiarkan karena oknum pelaku adalah guru agama yang seharusnya mengajarkan moralitas,” cetus Arul.
“Saya belum berani menyebutkan inisial siswi yang menjadi korban pencabulan. Mohon tunggu informasi lebih lanjut,” tambah pengacara muda ini.
Arul menegaskan komitmennya untuk membongkar kasus ini semata peduli terhadap nilai-nilai moralitas agama dan hukum. “Jika tidak ada yang berani melaporkan dan mengusut kasus ini, sama saja kita membiarkan moralitas terobok-obok. Itu yang menjadi titik kepedulian kita.”
Untuk itu ia mengajak sekolah berinisial B, aparat penegak hukum, Kementerian Agama, Komite Sekolah dan Persatuan Guru Republik Indonesia untuk mengusut tuntas kasus yang diperkirakan bakal menggegerkan dunia pendidikan di Indonesia.
“Tujuannya agar tidak muncul korban baru. Dengan adanya 7 korban, dan patut diduga banyak korban lain, jika dibiarkan akan muncul korban-korban tindak asusila berikutnya. Ini letak titik persoalannya, jangan sampai ada muncul korban baru,” tegasnya.
Arul mengaku telah mengantongi bukti-bukti yang akan dibawa ke aparat penegak hukum untuk ditindaklanjuti. “Kasus ini cukup rumit dan butuh keberanian besar untuk membukanya. Ini karena korban tidak berani melaporkan secara langsung ke polisi,” pungkas Arul.
Seperti berita-berita yang beredar di sejumlah media massa, oknum guru yang diduga melakukan tindak pencabulan berinisal RL. Pelaku selain melakukan pencabulan juga diduga melakukan penipuan dengan meminta sejumlah uang dengan modus untuk pengembangan usaha yang tengah digelutinya.
Ketika dikonfirmasi kasus tersebut, kepala sekolah B membenarkan bahwa oknum guru agama berinisial RL bekerja di sekolah tersebut. “Iya Bapak,” jawab kepala sekolah melalui pesan singkat via ponsel.
Namun ketika ditanya lebih jauh, kepala sekolah enggan menjawab. (*)