REPORTASE: Salah satu problema akut diperkotaan padat adalah muncul wilayah kumuh dimana terpusatnya penduduk miskin yang hidup diantara himpitan gang sempit dirumah petak yang sangat kecil. Begitu kecilnya rumah petak ini sehingga hanya tersedia pintu saja tapi tanpa jendela memadai. Udara didalam ruangan gelap dan pengap
Rumah kumuh ini biasanya sangat gelap didalam ruangan, akibat jarak antara satu rumah dan lainnya memang mepet. Satu satunya cara untuk membuat penerangan memadai, mereka harus menyalakan lampu neon atau bohlam pijar, agar ruangan jangn terlalu gelap, dan ini beban biaya listrik buat keluarga miskin.
Mengatasi solusi ruangan yang gelap ini, salah satu warga miskin di Brazil, Alfredo Moser, menciptakan penerangan sederhana dari sinar matahari. Dia memakai tumpukan botol bekas ditempat sampah untuk menyalurkan sinar matahari kedalam ruangan. Botol itu diisi oleh air bening, lalu dicampurkan secukupnya obat kimia pemutih tekstil, tutup rapat botolnya dengan lem penyekat. Gunanya bahan obat pemutih pakaian itu agar air didalam botol tidak ditumbuhi oleh lumut dan algae selama bertahun-tahun.
Langkah selanjutnya atap seng diatas rumah dibolongi seukuran botol terebut, masukan kedalam dudukan lubang, dan berilah lem penyekat anti air seukupnya. Hasilnya luarbiasa, ruangan didalam rumah langsung terang benderang karena sinar matahari berpendar sempurna seperti layaknya sebaran sinar merata dari lampu neon. Jika diukur, kekuatan sinarnya per botol diperkirakan setara lampu 60 watt.
Langkah Alfredo Moser langsung ditularkan kepada tetangganya. Dia memberi tahu cara menyiapkan botol sampai melubangi atap seng rumah penduduk dan memasangnya. Ide cerdas dia ini segera meluas kesemua perkampungan kumuh di Brazil dan menjadi cara untuk menghemat biaya listrik yang dirasakan cukup mahal bagi kaum miskin perkotaan (HSG/ permaculture)
[vc_row][vc_column][vc_video link=”https://youtu.be/owsZxIVc9DE”][/vc_column][/vc_row]