Penulis : Iwan Ahmad Sudirwan – Mantan Producer/Penyiar BBC World Service, London
The London Derby, Next Test for Chelsea?
Chelsea vs Arsenal…!
Pekan ke-24 Liga Primer dibuka dengan laga besar di ibukota Inggris antara dua klub asal London itu. Chelsea menjamu Arsenal di Stamford Bridge pada hari Sabtu 4 Februari 2017 dalam The London Derby yang diprediksi berjalan panas.
Chelsea saat ini memimpin klasemen sementara, dengan 56 poin, dan dijagokan oleh banyak kalangan di Inggris akan bertahan hingga akhir kompetisi, sedangkan Arsenal – di urutan ke-3 dengan 47 poin, adalah rival yang tengah berjuang keras untuk memberikan pembuktian.

Iwan Ahmad Sudirwan – Mantan Producer/Penyiar BBC World Service, London
Ya, diketahui, The Gunners asuhan Coach Arsene Wenger sangat berambisi untuk meraih gelar juara Liga Primer tahun ini, tapi belakangan semakin gencar disorot karena dianggap sebagai tim elit yang tak cukup tangguh dan lacking in consistency.
Wenger dituding tak sanggup membawa Arsenal punya konsistensi yang mutlak dibutuhkan untuk menjadi juara. Ironisnya, Wenger sendiri mengungkapkan bahwa skuatnya tak siap secara mental.
Mungkin saja ekspresi kekecewaan Wenger itu dipicu oleh kekesalannya setelah Arsenal menyerah 2-1 pada Watford, tim yang di atas kertas mestinya mudah ditundukkan, justru di kandang Arsenal sendiri yaitu stadion The Emirates pekan lalu.
Masalahnya, kini banyak kalangan termasuk para pundit sepakbola Inggris menilai kegagalan Arsenal memenangkan partai lawan klub seperti Watford justru menunjukkan ketidakmampuan Wenger sendiri dalam membentuk Arsenal menjadi tim tangguh, konsisten dan tidak soft.
Sebaliknya, Chelsea terus mendemonstrasikan keperkasaan mereka. Asuhan Coach Antonio Conte itu berhasil menahan Liverpool 1-1 di Anfield. Memang tak menang, tapi setidaknya The Blues membawa pulang satu poin.
Lebih penting dari skor itu, menurut para pundit, Chelsea mampu menunjukkan permainan solid dan Conte memuji habis skuatnya seusai laga lawan Liverpool.
Yang lebih menarik, pujian justru dilontarkan Wenger terhadap skuat Conte.
“Mereka telah menemukan keseimbangan yang lebih baik, secara defensif, dan mereka sangat bagus dalam transisi. Saya menonton pertandingan mereka lawan Liverpool pada Rabu malam lalu. N’Golo Kante memberi impact sangat besar terhadap timnya. Itulah kenapa mereka berada di posisi sekarang ini, dan itu sama seperti pada Leicester pada musim lalu”, Wenger menganalisis.
Dua ekspresi kontras di atas, selain komentar Wenger sendiri, cukup menjelaskan seperti apa kondisi masing-masing tim menjelang pekan ke-24 ini, dan, bagaimana pendekatan mereka menghadapi laga.
Maka, The London Derby ini, untuk sementara, lebih pas dikatakan sebagai laga yang menguji bagi The Gunners ketimbang sebagai sebuah test bagi The Blues.
Situasi Batin Tak Tenang Bikin Arsenal Sulit Menang
Coach Arsene Wenger kini mulai terpojok, bukan karena faktor eksternal namun akibat performa labil skuatnya sendiri.
Sempat unggul jauh di atas Chelsea pada pekan-pekan awal kompetisi 2016-2017 ini, Arsenal bahkan mengalahkan Chelsea 3-0 pada leg pertama September lalu, The Gunners kemudian lebih sering menyia-nyiakan peluang untuk kembali unggul di klasemen hanya karena takluk pada klub-klub papan tengah dan bawah.
Sejauh ini Wenger memang tak mengeluhkan sanksi dari FA yang mengharuskannya untuk tidak berada di bench dalam empat pertandingan menyusul insiden dimana dia mendorong official pada pertandingan dua pekan lalu.
Di kandang Chelsea pada Sabtu malam ini, kembali, Wenger akan duduk di tribun penonton. Tak bisa memberikan instruksi bahkan tak dimungkinkan sekedar berkomunikasi dengan para pemain sepanjang pertandingan lawan Chelsea? Padahal ini partai berat dan menentukan bagi kelanjutan ambisi juara Arsenal?
Pasti sangat sulit. Laga kontra Watford adalah contoh jelas. Para pemain Arsenal kesulitan untuk keluar dari situasi tertekan, utamanya saat tertekan secara mental, jika Wenger tak berada di tepi lapangan seperti biasa.
Satu lagi, dan ini semakin kencang disuarakan oleh banyak pundit dan para Gooners, bahwa Arsenal gagal menyelesaikan persoalan yang menyangkut dua mega stars mereka sendiri yakni Mesut Oezil dan Alexis Sanchez.
Ini terkait perpanjangan kontrak kedua andalan itu. Para pendukung The Gunners tak habis pikir bagaimana bisa pihak klub, dan Wenger tentunya, tak kunjung mampu mendapatkan tandatangan kedua pemain untuk kontrak baru mereka.
Beragam spekulasi pun merebak. Secara luas telah diketahui sejak beberapa pekan lalu bahwa Mesut Oezil hanya mau menyepakati kontrak baru bila Coach Arsene Wenger bertahan sebagai Manager Arsenal usai musim ini. Oezil pernah berbicara terbuka bahwa faktor nilai kontrak, dan gaji baru, bukan hal terpenting.
Nah, masalahnya hingga kini masa depan Wenger di Arsenal tetap belum jelas.
Sementara, Sanchez diisukan menuntut kenaikan gaji yang sangat signifikan. Perihal ini juga belum ada keputusan dari manajemen klub.
Mau tidak mau Wenger dikaitkan dengan situasi tak pasti yang membelit Oezil dan Sanchez ini. Padahal, semua pihak paham, kedua pemain merupakan elemen kunci di dalam tubuh The Gunners.
Imbasnya jelas. Performa Oezil dan Sanchez langsung menurun. Tanpa kontribusi maksimal dan kreativitas dari keduanya Arsenal terbukti mengalami kebuntuan. Lagi-lagi, laga kontra Watford menjadi bukti nyata.
Bagaimana cara Wenger membawa Arsenal keluar dari kondisi mental, situasi batin, ini?
Arsenal Lemah Tanpa Ramsey dan Xhaka
Persoalan makin kompleks bagi Coach Wenger karena, kontra Chelsea nanti, dia akan kehilangan Aaron Ramsey. Gelandang asal Wales itu pada Jum’at kemarin dipastikan absen bermain selama tiga minggu karena cedera otot.
Kini, tanpa Ramsey dan Granit Xhaka yang masih menjalani skorsing dari FA, serta Mohammed Elneny yang belum kembali karena membela Mesir di Piala Afrika, Arsenal akan pincang di lapangan tengah.
Harapan Wenger di barisan gelandang sekarang bertumpu pada Francois Cocquelin yang mungkin akan didampingi Alex Iwobi atau Alex Oxlade-Chamberlain.
Wenger sangat paham bahwa pertarungan di lapangan tengah akan menentukan hasil pertandingan.
Dia mengerti betul Arsenal sedang mengalami kemunduran karena alasan cedera dan masalah disiplin (hukuman larangan bertanding bagi Xhaka), sementara Chelsea justru sangat kuat di area ini dengan andalan utamanya N’Golo Kante, Nemanja Matic dan Victor Moses atau Cesc Fabregas.
Wenger tentu berharap striker andalannya Olivier Giroud akan fit untuk menghadapi laga ini. Cuma, pertanyaannya, akankah Arsenal tetap memainkan penyerang tunggal atau berani menampilkan dua penyerang sekaligus, menduetkan Alexis Sanchez dengan Giroud?
Bila itu opsi pilihan Wenger maka Mesut Oezil sangat mungkin ditempatkan di belakang Giroud dan Sanchez. Sementara barisan tengah akan terdiri atas Cocquelin, Iwobi dan Theo Walcott.
Tapi, ini formasi yang sangat ofensif dan, bisa saja, berpotensi didominasi oleh para gelandang tuan rumah. Selain Cocquelin, para gelandang Arsenal yang masih tersedia bukan tipikal pemain-pemain yang tangguh bila bermain dalam phisycal battle.
Hanya saja, memainkan duet striker yang tajam sekaligus tangguh seperti Giroud dan Sanchez rasanya akan bisa memberi ancaman konstan terhadap barisan belakang Chelsea yang bermain dengan pola tiga bek.
Trio David Luiz, Cesar Azpilicueta dan Gary Cahill akan mendapatkan ujian berat jika harus menghadapi duet Giroud-Sanchez yang didukung Oezil dan dua gelandang lain Arsenal yang mampu bermain melebar dan, saat dibutuhkan, juga melakukan terobosan. Peran ini sangat mungkin dijalankan oleh Walcott dan Iwobi atau Oxlade-Chamberlain.
Lalu, kalau Iwobi dimainkan – dan tampil maksimal, maka dia akan bisa mengganggu Kante setidaknya membuat Kante menghadapi dilema antara tugas memotong aliran bola lawan atau terus menerus mengawal Iwobi dan Walcott.
Masalahnya Iwobi sendiri adalah pemain muda yang belum tentu bisa stabil terus performanya sepanjang laga nanti.
Menghadapi Kante yang tangguh, eksplosif, dan memiliki agility yang hebat, maka Iwobi dan gelandang lain Arsenal yang ditugasi untuk mengganggunya perlu bermain sangat cerdas sekaligus cerdik dari awal hingga peluit akhir.
Ini terkait kapan harus berduel dengan Kante, dan kapan harus menjauhkan bola dan permainan darinya. Intinya, bagaimana para Gunners mampu mengisolir Kante dari permainan. Bukan perkara gampang.
Ingat, belakangan, supply bola, through passes bahkan umpan matang buat para penyerang Chelsea juga banyak berasal dari Kante selain dari David Luiz.
Wenger Otak-atik Midfielder dan Striker, Conte Andalkan Kante
Orang hanya dapat menebak strategi Coach Antonio Conte dalam konteks pemenangan di lapangan tengah.
Namun, bila tetap mengusung formasi andalan 3-4-3, maka dipastikan Conte menempatkan Kante dan Matic di pusat permainan di area tengah, sementara Fabregas atau Moses dan Marcos Alonso di posisi gelandang sayap kiri dan kanan.
Tiga posisi penyerang bakal ditempati Diego Costa, Eden Hazard dan Willian atau Pedro yang tak dimainkan sewaktu bertandang ke Liverpool pekan lalu. Nah, kini giliran test bagi barisan pertahanan Arsenal.
Formasi tiga penyerang Chelsea bukanlah sesuatu yang mudah untuk di-handle oleh para bek Arsenal.
Betul, Wenger memiliki duet bek tengah tangguh Laurent Koscielny dan Skodran Mustafi. Namun, fullback Hector Bellerin di kanan dan Nacho Monreal atau Kieran Gibbs di kiri kurang teruji untuk melayani sistim dan gaya menyerang Chelsea dengan tiga pemain depan itu.
Dipastikan kedua bek sayap Arsenal akan lebih sering terpaku di wilayah permainan sendiri karena harus mengawal zona pertahanan, dan khawatir kecolongan jika mereka harus ikut maju menyerang.
Akibatnya mereka, terutama Bellerin, acapkali terlihat awkward. Canggung plus bingung. Jika demikian, mereka akan mudah dipermainkan oleh Eden Hazard dan Moses atau Pedro.
Padahal dukungan Bellerin dan Monreal ataupun Gibbs dari sisi sayap mutlak diperlukan para gelandang dan penyerang The Gunners untuk membongkar pertahanan solid Chelsea.
Apakah Wenger berani memainkan formasi baru? Atau bek baru?
Formasi baru rasanya tidak. Wenger tak pernah memainkan formasi tiga bek, misalnya. Lagi pula Arsenal tak punya kedalaman, depth, di dalam skuat jika memaksakan formasi 3-4-3 atau 3-5-2.
Satu-satunya bek tersisa yang mungkin pas untuk posisi bek tengah, jika memakai formasi tiga bek, adalah Gabriel. Namun, risikonya, jika ada yang cedera, tak ada lagi pelapis.
Dari semua kemungkinan berdasarkan otak-atik kemungkinan strategi dan taktik yang bakal diusung Wenger, maka tetap memainkan pola menyerang dengan formasi yang biasa merupakan opsi paling sensible, masuk akal, dan safe.
Taktik super offensive mungkin bisa menjadi satu opsi lain bagi Wenger. Menurunkan Danny Welbeck sebagai penyerang ketiga. Terkesan menggertak, tapi punya potensi menghadirkan pukulan telak!
Welbeck memang tak secepat Walcott, tapi kemampuan dan kebiasaan dribblingnya bisa memaksa bek Chelsea melanggarnya di kotak pinalti. Asalkan dia bermain efektif, setidaknya kehadiran Welbeck bisa memecah konsentrasi para bek tengah Chelsea.
Cuma, kali ini, para Gunners dituntut bermain lebih lugas tapi cerdas, dingin dan tak takut bertarung serta cerdik mengontrol tempo. Nah, untuk tugas ini, Mesut Oezil mesti bermain maksimal at his best.
Satu lagi buat para pemain Arsenal, mungkin terpenting dari semuanya, tak mempan di-bully oleh para pemain Chelsea teristimewa Diego Costa.
Dikeroyok Rame-rame, Conte Tetap Pede
Apapun, tergambarkan, bahwa Coach Antonio Conte sedikit di atas angin.
Benar, bahwa The Blues kalah 3-0 pada partai pertama saat tandang. Tapi kini, karena tampil di stadion sendiri, layaklah skuat Conte tampil percaya diri. Pressure berada di pihak The Gunners.
Maka, inilah saatnya Chelsea membuat perhitungan atas Arsenal.
Akankah mudah? Tidak juga. Arsenal dipastikan tampil habis-habisan. Selain adu gengsi antara Wenger versus Conte, pertandingan ini sarat pertaruhan bagi The Gunners. Pasukan Wenger ingin meraih poin, bahkan poin penuh, dari laga berat ini.
Poin tiga dari kemenangan atas Chelsea sangatlah crucial bagi Arsenal dalam konteks perburuan gelar juara Liga Primer. Jika menang, Arsenal mempersempit jarak dengan Chelsea menjadi enam poin. Cukup memelihara peluang untuk terus menempel, sambil berharap Chelsea terpeleset sepanjang sisa kompetisi.
Sebaliknya, kemenangan akan membuat Chelsea semakin nyaman. Hanya Tottenham Hotspur dan Liverpool yang masih mungkin mengancam posisi mereka, itupun masih tetap berjarak sembilan dan sepuluh poin, dengan asumsi Spurs dan Liverpool masing-masing menang pada pekan ke-24 ini.
Coach Antonio Conte sendiri tampak relaxed menghadapi laga kontra Arsenal, namun dia tetap menuntut skuatnya untuk waspada.
“Jika orang berpikir bahwa kompetisi liga telah berakhir, saya tak terlalu yakin. Saya ingin menghadapi tensi ini, ketegangan yang benar. Dulu saya berjuang untuk memenangkan gelar dan (kini) saya tahu kami harus memberi perhatian besar. Masih ada 15 partai yang harus dimainkan dan banyak tim besar mengintai kami”, tutur Conte kepada BBC Sport pada Jum’at kemarin.
Para pundit sepakbola Inggris sepakat bahwa semua tim yang menghadapi Chelsea pada putaran kedua ini akan mengerahkan segenap kemampuan untuk mengganjal The Blues, termasuk duo Manchester pada bulan April.
Pekan lalu, Liverpool gagal mengandaskan Chelsea. Pada hari Sabtu ini, giliran Arsenal mencoba untuk menaklukkan pasukan Conte dalam laga panas bertajuk The London Derby..!