Penulis : Iwan Ahmad Sudirwan – Mantan Producer/Penyiar BBC World Service, London
Pekan ke-22 Awal Periode Penentuan Peruntungan
A decisive week for many reasons!
Ya, pekan ke-22 Liga Primer yang digelar Sabtu dan Minggu ini akan tercatat sebagai pekan penegasan ketangguhan atau, justru, kemerosotan kinerja sejumlah klub besar.
Tapi, bagi beberapa tim, pekan ini bisa saja menjadi titik awal kebangkitan dan kejayaan!
Artinya, bagi para Manager Coach masing-masing klub, inilah pekan yang bikin jantung mereka berdebar kencang karena ambisi sekaligus perjalanan nasib mereka bakal ditentukan sejumlah hasil pertandingan-pertandingan pada pekan ke-22 ini.
Mungkin debatable, tapi laga besar antara Manchester City kontra tamunya Tottenham Hotspur, pada hari Minggu, dipastikan akan menjadi faktor yang menentukan tak hanya bagi keduanya namun juga terhadap posisi klub-klub lain di papan atas khususnya di top six.
Diantara partai-partai lain yang tak kalah penting, dalam konteks persaingan memperebutkan trofi juara, adalah pertandingan Arsenal versus Burnley dan laga antara pemuncak klasemen sementara Chelsea kontra Hull City.
Juga, partai antara tim papan atas lainnya, Liverpool, yang akan meladeni tim penghuni dasar klasemen Swansea, sementara Manchester United akan menantang tuan rumah Stoke City.
Kemenangan bagi klub-klub besar di kelompok Enam Besar klasemen jelas akan memantapkan posisi masing-masing, kecuali bagi salah satu di antara Manchester City dan Tottenham Hotspur.
Jika mampu menaklukkan Man City maka Spurs akan semakin mengancam Chelsea, sekaligus menegaskan diri mereka sebagai penantang paling serius dalam perburuan gelar juara.
Sebaliknya, apabila Man City yang menang, maka The Citizens akan menyamai perolehan poin Spurs di klasemen. Sama-sama di urutan kedua klasemen. Tapi, syaratnya Liverpool kalah, begitu pula Arsenal. Mungkinkah?
Menariknya, Liverpool yang akan bermain pada hari Sabtu ini hanya menghadapi lawan mudah, Swansea, tim yang semakin demotivated. Arsenal sendiri berpeluang mengatasi Burnley karena The Gunners bermain di kandang sendiri, Stadion Emirates.
Manchester United, urutan ke-6 klasemen, menghadapi tantangan sulit yaitu bagaimana mengalahkan tuan rumah Stoke City.
Agaknya, hanya Chelsea yang relatif nyaman. Alih-alih terancam terdepak dari puncak, Chelsea malah berpeluang besar memperlebar jarak dengan para pesaingnya. Lawannya, pada Minggu, hanya Hull City, penghuni zona degradasi tepatnya di urutan ke-18.
Poche Tak Gentar, Pep Berdebar…
Man City versus Spurs…Pep vs Poche!
Inilah pertarungan yang paling dinantikan pada pekan ke-22.
Tak hanya di Inggris, laga besar antara tuan rumah Manchester City versus Tottenham Hotspur ini juga menyita perhatian para penggemar Liga Primer di hampir seluruh bagian dunia termasuk Indonesia.
Spurs dengan perolehan 45 poin kini nangkring di urutan kedua klasemen sedangkan Man City, yang terus merosot posisinya, kini di urutan ke-5 klasemen sementara dengan 42 poin.
Pada pertemuan pertama lalu, Spurs menghantam Man City 2-0, sebuah pukulan telak bagi Manager Coach Pep Guardiola, karena, itulah kekalahan pertamanya di kancah Liga Primer setelah mengawali kompetisi dengan enam kemenangan beruntun dan sempat memimpin klasemen.
Fakta dan statistik berlanjut, Spurs kini menjelma menjadi tim yang solid dan produktif. Sementara, Man City rapuh dan gampang takluk. Terakhir, di kandang Everton, Man City kalah memalukan 4-0. Sebaliknya, Spurs menggasak tamunya WBA dengan skor 4-0.
Tapi untuk laga kali ini di Stadion Etihad, kandang Man City, statistik memang harus dilupakan.
Kedua tim memandang pertandingan ini dengan serius. Bahkan, Manager Coach Mauricio Poche Pochettino tak berani gegabah dan menuntut Harry Kane dan kawan-kawan untuk fokus dan tak lengah sepanjang laga melawan Man City nanti.
Agaknya, Poche menyadari bahaya yang sangat mungkin timbul jika asuhannya terlalu percaya diri saat turun ke lapangan. Dalam sepak bola, sikap meremehkan lawan selalu berakibat fatal.
Di sisi lain, Manchester City akan turun bagai singa terluka. Apalagi mereka tampil di depan para pendukung sendiri. Sulit membayangkan Man City tak berambisi untuk membalas kekalahan pada leg pertama lalu. Man City pastilah ingin memulihkan martabat mereka.
Coach Pep Guardiola juga telah belajar banyak dari rentetan catatan negatif selama tiga bulan belakangan terutama sejak kekalahan di kandang Spurs. Semestinyalah Pep telah melakukan berbagai evaluasi dan menyiapkan strategi dan taktik baru yang bakal mengejutkan lawan.
Man City disorot karena pertahanannya yang susceptible, rapuh, dan mudah ditembus. Sementara, serangan City sendiri dianggap kurang mematikan sekalipun mereka selalu mendominasi permainan lewat penguasaan bola yang jauh di atas lawan.
Kritik tajam dilontarkan oleh para pundit sepak bola Inggris bahkan, belakangan, oleh sejumlah fans setia The Citizens atas sikap Pep yang ngotot mempertahankan pola dan skema permainan City yang makin lama makin mudah ditebak lawan.
Penulis senior dari BBC Sport, Phil McNulty berujar: “City sekarang menghadapi pertarungan demi posisi empat besar karena tim mereka tampak lemah secara fisik, rapuh secara defensif dan Claudio Bravo sebagai penjaga gawang tampaknya hampir tak sekali jua mampu menyelamatkan satu tendangan pun”
Ya, beberapa pemain pilihan Pep memang tak luput dari kritik pedas. Selain Claudio Bravo yang terlalu banyak kebobolan, bek tengah John Stones juga acap kali blunder.
Potensi Pesta Gol, Potensi Pesta Man City
Boleh saja Man City dikecam, sah-sah saja Pep dikritik tajam, tapi siapapun tak boleh melupakan fakta bahwa Pep tetaplah seorang peracik strategi ulung, dan, fakta pula, Pep tak pernah menderita dua kekalahan beruntun di kompetisi liga di dalam karirnya sejak di Barcelona.
Lantas, prospek pertandingan seperti apa yang bakal tersaji di Etihad?
Pasukan Poche yang dimotori bek tengah tangguh Eric Dier bersama the reliable Moussa Dembele, Dele Alli dan Christian Eriksen di lapangan tengah, serta striker Harry Kane, dipastikan akan langsung mengancam pertahanan Man City sejak kick off.
Tapi, awas, skuat asuhan Pep kali ini diperkirakan akan memulai laga dengan cara berbeda. Menekan dan langsung menusuk ke jantung pertahanan Spurs. Tak lagi berlama-lama memainkan bola di lapangan tengah.
Diyakini, Pep akan menginstruksikan Raheem Sterling, Kevin de Bruyne dan striker Kun Aguero untuk cepat masuk ke wilayah sepertiga akhir lapangan, dan mengeksploitasi celah diantara gelandang Spurs dan barisan belakang Spurs yang akan memainkan sistim tiga bek tengah.
Barisan penyerang City punya modal untuk tujuan tersebut. Speed serta agility Sterling dan Aguero akan dioptimalkan untuk menaklukkan para bek tengah Spurs yakni Erik Dier, Toby Alderweireld dan kemungkinan Tom Davies.
Sementara, Bruyne yang dibiarkan Pep bermain bebas bisa menusuk dari sisi kiri ataupun kanan guna mendukung rekan-rekannya, atau melepas umpan terukur ke depan gawang Lloris.
Nah, peran kunci David Silva adalah masuk dari belakang Aguero dan menusuk ke penalty area. Kemampuan dribbling Silva, selanjutnya, dapat merepotkan bek-bek jangkung Spurs termasuk Dier sekalipun.
Jika Sterling bermain lebih berani, dan tak egois, serta intens berkombinasi cepat dengan Aguero, dipastikan Man City akan mampu menciptakan banyak peluang, setidaknya menimbulkan kepanikan diantara para bek Spurs dan memaksa lawan melakukan pelanggaran di dalam kotak berbahaya.
Lalu, jika Poche mengubah sistim bertahan kembali ke empat bek sejajar, maka itu berarti advantage bagi Man City. Karena, situasi itu hanya akan membuat para gelandang City terutama Yaya Toure semakin dominan menguasai lapangan tengah, mendikte permainan.
Prospek jalannya laga yang demikian, ditambah dukungan supporter di stadion sendiri, dipastikan akan memacu semangat dan kreativitas para pemain Man City untuk mencetak gol, bahkan beberapa gol, apabila mampu secara konstan menekan pertahanan Spurs dan mencecar gawang Hugo Lloris dari jarak dekat, atau di dalam kotak penalti.
Sebaliknya, kelengahan dan koordinasi buruk di barisan belakang Man City bisa berujung lolosnya Harry Kane atau Dele Alli dan Eriksen untuk, selanjutnya, membuat gol-gol mudah ke gawang Bravo.
Tapi, Man City masih punya satu lagi senjata, amunisi baru, yaitu Gabriel Jesus, striker muda asal Brasil yang sangat mungkin diturunkan sebagai starter.
Andai dia tidak nervous di partai debutnya di Liga Primer, Gabriel bakal menjadi ace card bagi Man City karena tipikal gaya Brasilnya, apalagi jika dipasangkan dengan Aguero, pemuda ini bisa menimbulkan masalah besar bagi para bek tengah Spurs.
Kebanyakan bek-bek Eropa, termasuk mereka yang berasal dari Inggris, mudah bingung kala harus meng-handle manuver penyerang cerdik dan berteknik tinggi bergaya Brasil.
Pep dan Poche sama-sama menginginkan skuatnya bikin banyak gol namun, bagaimanapun, masing-masing punya kekhawatiran dan, pastilah, juga berdebar-debar..
PR Wenger Buat The Gunners
Tekanan hebat yang menyebabkan jantung berdebar kencang pun ada di stadion lain.
Arsenal menjamu Burnley pada hari Minggu. Skenario normal adalah The Gunners bermain menyerang, dominan, dan menang di kandang sendiri Stadion The Emirates.
Tapi, tunggu dulu. Burnley bisa menjadi pain in the neck. Bagi Wenger, Burnley berpotensi merepotkan dan, oleh sebab itu, layak dihargai dengan cara tak meremehkan mereka sedetikpun.
Burnley yang diasuh Coach Sean Dyche kini berada di peringkat ke-10, dan tengah dalam confidence tinggi menyusul hasil-hasil positif mereka belakangan ini. Terbaru, pekan lalu, Burnley menang 1-0 atas tamunya Southampton.
Memang catatan tandang Burnley tidak mengesankan, hanya satu seri dan delapan kali kalah. Namun, yang berbeda kali ini, mereka mendapatkan suntikan semangat baru dengan kedatangan gelandang Joey Barton yang kembali bergabung dari Glasgow Rangers pada awal bulan ini.
Kehadiran Barton memberi efek langsung, mencetak gol tunggal kemenangan Burnley atas Southampton sekaligus mendongkrak posisi Burnley di klasemen.
Selain gaya permainan efisien Burnley yang terbukti pernah menekuk beberapa tim mapan termasuk Liverpool di awal musim, faktor Barton-lah yang kini membuat Wenger waspada.
Homework atau PR Wenger dan The Gunners sungguh tak mudah.
Tapi, Wenger pasti telah menyiapkan rencana dan solusi untuk menjinakkan Burnley. Dia juga mendapatkan kabar bagus bahwa beberapa pemain andalan telah pulih dari cedera termasuk bek kiri Kieran Gibbs dan gelandang bertahan Francois Cocquelin.
Sekalipun Olivier Giroud mungkin belum bisa tampil karena cedera ringan, Arsenal tetap bisa mengandalkan top scorer mereka Alexis Sanchez yang kembali didukung oleh gelandang kreatif Mesut Oezil.
Terlepas dari level performa mereka yang labil sejauh ini, The Gunners wajib mengamankan tiga poin dari laga kandang versus Burnley pada hari Minggu dan, pada 31 Januari, saat menjamu Watford.
Karena pada pekan berikutnya, yaitu pekan ke-24, Arsenal harus bertandang ke kandang Chelsea.
Klopp Tak Sudi Flop, Conte Tak Terlalu Pede
Melakoni dua partai berbeda, Liverpool dan Chelsea juga menargetkan menang. Apalagi lawan mereka masing-masing adalah tim-tim penghuni zona degradasi.
Di kandang sendiri, Stadion Anfield, Liverpool meladeni tim juru kunci klasemen Swansea City pada hari Sabtu ini, sedangkan besok Chelsea menjamu Hull City di Stamford Bridge.
Tapi, bagi Manager Liverpool Juergen Klopp dan Manager Chelsea Antonio Conte, ada persamaan kepentingan dari dua partai berbeda pekan ini.
Boleh dibilang, bagi keduanya, laga pekan ini merupakan pemanasan dan persiapan menjelang laga besar Liverpool versus Chelsea di Anfield pada pekan ke-23, tanggal 31 Januari 2017.
Secara psikologis hasil pertandingan pada pekan ke-22 ini bisa sangat berpengaruh baik bagi Liverpool maupun Chelsea.
Di atas kertas, partai kontra Swansea adalah laga mudah bagi The Reds namun, apabila terjadi hal-hal yang tidak diharapkan, tak mustahil hasil laga ini dapat memukul Liverpool dalam upaya mewujudkan ambisi meraih trofi juara Liga Primer!
Sepak bola adalah olahraga yang kerap menyajikan hasil mengejutkan. Bola itu bundar, tetap berlaku. Apalagi di Liga Primer yang penuh kejutan. Tak mustahil klub papan bawah justru bisa tampil jauh melampaui perkiraan semua kalangan dan mematahkan hati penggemar tim lawan yang jauh lebih diunggulkan.
Jadi, Klopp mesti memastikan formasi terkuat dan bahwa skuatnya tampil maksimal guna memenangkan laga lawan Swansea.
Bagusnya, Klopp sekarang dapat mengandalkan Philippe Countinho sebagai starter, setelah pemain kreatif asal Brasil itu diturunkan sebagai pemain pengganti dalam partai kontra Manchester United yang berakhir imbang 1-1 pekan lalu.
Duet Countinho dan kompatriotnya Roberto Firmino diharapkan Klopp akan mampu membongkar pertahanan Swansea dan menyegel kemenangan Liverpool lewat gol-gol mereka, atau gol yang juga diharapkan lahir dari kaki Daniel Sturridge, Adam Lallana dan bahkan Divock Origi.
Setiap pihak di kubu The Reds sadar bahwa hasil positif atas Swansea akan menjadi moral boost yang tepat untuk laga berikut, menjamu tim yang harus dikalahkan yaitu Chelsea – a team to beat!
Chelsea sendiri tak kalah alert terhadap potensi hasil laga kontra Liverpool nanti terhadap prospek perjalanan mereka menuju gelar juara.
Karena itulah Coach Conte tetap mewaspadai ancaman Hull City dan ingin memastikan skuatnya mengatasi tim tamu, mengamankan tiga poin dan segera berkonsentrasi untuk bertandang ke Anfield pekan depan.
Benar, bahwa Conte sedikit lebih tenang karena striker andalannya Diego Costa telah kembali berlatih, menepiskan kemungkinan hengkang ke Liga China dan sudah pula menegaskan komitmennya bersama The Blues.
Bagaimanapun, Costa punya peran penting. Faktanya, dia adalah topscorer sementara Liga Primer musim ini bersama Alexis Sanchez dari Arsenal dan andalan Manchester United Zlatan Ibrahimovic.
Apalagi para penyerang lain terutama Eden Hazard dan Pedro sedang on fire, menyusul kemenangan 3-0 atas tuan rumah Leicester City, sang juara bertahan, pada pekan lalu.
Tapi, sebagaimana Klopp, Conte pun tak boleh kelewat pede. Sekali lagi, inilah Liga Primer, liga yang penuh kejutan. Bisa saja kali ini giliran Hull City yang menghadirkan nightmare bagi Chelsea.
Karenanya, partai-partai ini sungguh layak diperlakukan sebagai laga besar, dan faktanya memang bikin klub-klub besar dan para manager mereka berdebar-debar…