Manchester City Tertatih
Apa gerangan yang terjadi pada Manchester City?
Dua kekalahan beruntun, ditaklukkan Chelsea dan Leicester City, tak hanya berarti kehilangan enam poin bagi Man City tapi juga turunnya peringkat mereka ke posisi empat di klasemen sementara.
Untung asuhan Coach Pep Guardiola itu mampu bangkit, dengan mengalahkan Watford (?) 2-1 pada Kamis dini hari lalu sehingga, dengan tiga poin hasil kemenangan itu, Man City tetap dapat menjaga jarak dengan Arsenal, Liverpool dan Chelsea. Itu juga cukup mengamankan jarak dengan Tottenham Hotspur di peringkat lima.
Fans dan, terutama, para pundit sepakbola Inggris, menuding bahwa di tangan Pep the Citizens sekarang tak memiliki kualitas kelas atas dalam aspek bertahan.
Mereka menunjuk pada fakta bahwa tim asuhan Pep kebobolan tujuh gol hanya dalam dua laga dan, beberapa dari gol-gol itu, tercipta di gawang Claudio Bravo akibat kelengahan dan kecerobohan pemain belakang dan atau kiper Man City sendiri.
Hebatnya, Pep tak sekalipun mau menyalahkan para pemainnya!
Sebaliknya, Coach Guardiola justru mengakui keunggulan lawan-lawan setidaknya terkait tipikal gaya Inggris yang disebutnya selalu unggul dalam second balls. Ini mengacu kepada bola dari serangan lawan yang rebound, memantul liar, dari kaki pemain Man City namun bola berhasil direbut lagi oleh lawan dan, dalam proses berikut, menjebol gawang the Citizens!
“Di Inggris banyak klub yang jago dalam second balls. Saya sendiri memang tak mengajari para pemain saya untuk melakukan tackleâ€, begitu respon cuek Pep saat dicecar media Inggris usai timnya disikat Leicester 4-2 pada pekan ke-15 lalu.
Sekilas, tangkisan Coach Pep Guardiola mengesankan bahwa penurunan peringkat akibat dua kekalahan itu tak berarti apa-apa, no big deal bagi Man City. Dulu di Inggris itu biasa disebut sebagai hiccup.
Tapi, banyak pula yang menyebut statement Pep itu, bila dicermati, menjadi semacam affirmasi bahwa ada masalah akut di dalam timnya.
Pertanyaannya, apakah avoidance terhadap cara bertahan yang lugas dan dibarengi tackling khas Inggris itu sekedar temporary tactic ataukah gaya itu sudah menjadi pakem di Manchester City saat ini?