Blitar, Reportasenews.com – Arofan, tidak pernah menyangka, jika separuh lebih dari usianya bak terpenjara karena digerogoti penyakit yang menurut medis, disebut kaki gajah.
Penyakit yang diderita pria 63 tahun, warga Desa sukorejo, kecamatan udanawu, kabupaten blitar ini juga menggerogoti bagian testisnya, hingga membesar seukuran bola basket. Untuk berjalan duda tanpa anak ini terpakas harus menggunakan sebilah bambu untuk berjalan, atau
bantuan orang lain untuk memapahnya.
Derita mantan buruh serabutan ini bermula saat ia baru menikah dengan gadis pujaannya, sekitar 32 tahun lalu. Benjolan kecil yang muncul di testisnya, awalnya tidak menggangu, namun seiring berjalanya waktu, ukuranya semakin membesar dan membuat testisnya terus membengkak dan mengeras.
Setahun berselang, penderitaan Arofan semakin bertambah, karena harus bercerai dengan sang istri. Sejak saat itu, lelaki dengan rambut memutih yang hanya bisa mengenakan sarung ini, nyaris menjadi bunga tempat tidur, karena tidak sanggup beraktivitas normal.
“dulu awalnya muncul benjolan kecil di testis saya, tapi lama kelamaan terus membesar hingga seperti sekarang ini,”cerita Arofan dengan bahasa jawa, kepada reportasenews.com, yang menemuinya ditempat tinggalnya, Rabu siang.(18/01).
Meski duduk di kursi panjang, nafasnya sesekali tersengal, seolah menahan berat testisnya yang menggantung dengan ukuran panjang sekitar 70 cm lebih ini. Sejak menderita penyakit kaki gajah ini, Arofan mengaku pernah mendapat perawatan di sejumlah rumah sakit, seperti di Blitar, Malang bahkan hingga ke Surabaya. Terakhir, tahun 2011 lalu melalui program Jamkesda, Arofan dibawa berobat ke Surabaya, namun tidak menujukkan hasil maksimal.
“Saya gak tau penyakitnya ini apa, wong dokter juga gak bilang, saya capek kesana kemari pakai biaya sendiri,” ucap Arofan setengah mengeluh, sambil sesekali membenarkan posisi duduknya.
Pantauan reportasenews.com, Arofan tinggal bersama adiknya, Ibrahim serta seorang keponakanya, di sebuah rumah warisan dari orangtuanya. Rumah tua yang berlantai tanah, dengan kondisi perabotan seadanya ini, juga terlihat tidak terawat.
Sang adik Ibrahim, bekerja sebagai buruh kasar, dengan penghasilan minim untuk biaya hidup sehari hari serta sekolah anaknya. Selama ini, keluarga Arofan juga mendapat belas kasihan dari para tetangga sekitar, yag peduli dengan kondisinya.
“ya untuk bantuan biasanya berupa materiil, atau kalo ada tetangga yang memiliki kelebihan biasanya bantu semampunya,” terang Purwanto, tetangga samping rumah Arofan saat ditanya tentang kebutuhan Arofan.
Sebagai penderita kaki gajah, Arofan hanya berharap jika dirinya bisa sembuh seperti sediakala, dengan bantuan pemerintah melalui dinas kesehatan, maupun dermawan yang mau menolongnya. (YN)