Penulis:Â Adian Napitupulu
JAKARTA, REPORTASE– Kemarin KPUD DKI menyampaikan bahwa Pemilih di Jakarta Utara berkurang sekitar 310.000 orang.
Ini sesuatu yang aneh. Dari tahun 2014 ke tahun 2016 umumnya pemilih cenderung bertambah. Ini kok malah berkurang, jumlahnya tidak tanggung tanggung tapi sebanyak 310.000 orang.
Kenapa ada pengurangan sebesar itu? Ada beberapa kemungkinan. Pertama, terjadi exodus massal seperti layaknya di daerah daerah perang. Kedua, ada meninggal massal serentak mungkin saja dan terorganisir seperti peristiwa bunuh diri massal atau dikarenakan wabah penyakit menular.
Kemungkinan ke tiga terjadi genocida (pembataian massal) di Jakarta Utara tapi kita tidak tahu. Kemungkinan lain tapi sulit diterima akal, mungkin ada ratusan ribu orang yg usia nya justeru turun bukan naik, misalnya tahun 2014 umurnya 17 tahun tapi tahun ini umurnya turun jadi 15 tahun atau mungkin kombinasi dari kesemua kemungkinan itu.
Agak rumit diterima akal. kalau dari 1.336.025 pemilih saat Pilpres kemudian hari ini jumlah pemilih berkurang menjadi 1.025.045 maka tiap hari dari tahun 2014 sampai 2016 rata rata yg meninggal atau pindah ada 420 an orang.
Di Jakarta Utara ada 6 kecamatan dan 32 kelurahan. Dengan berkurang nya 310.000 pemilih maka rata rata dalam 2 tahun terakhir di tiap kelurahan ada 9.600 pemilih yg “hilang”.
Aneh seribu prosen aneh. Pada pilpres 2014 perolehan suara Jokowi Jk di Jakarta Utara sekitar 516.000 sementara Prabowo Hatta sekitar 342.000 dengan selisih sekitar 174.000 suara memenangkan Jokowi JK.
Dari perolehan suara Pilpres dan perbandingan nya dengan perolehan suara Pileg, Jakarta Utara memang kantong Suara PDI Perjuangan sejak lama.
Berkurangnya suara yang terdaftar sebagai pemilih di Jakarta Utara sebesar 310.000 pemilih menjadi angka yang perlu di kaji mendalam apakah pengurangan itu benar adanya atau ada permainan di baliknya.
Kalau benar memang dikemudian hari ditemukan ada permainan pat gulipat di balik ini, maka kondisi pilkada DKI memang jauh dari sehat. (Redaksi)